"No matter what they say, i'll give you everything that you need. You got a hold on me. Can't you see? i'll never change my ways, i'll give you everything that you need"-Immature-
Lalisa merapikan semua benda-benda yang berada di dalam kamar, tidak terkecuali dengan bungkusan pembalut yang sudah terbuka, meninggalkan dua yang masih belum terpakai. Terhitung sudah lima hari, dan ia telah selesai dari proses menstruasi. Dan itu terjadi setelah ia menunggu selama satu bulan. Dan ia tidak bohong bahwa ia sangat merasa senang, karena peluang untuk mendapatkan calon baby sudah berada di tangan.
“Sayang, aku lupa bawa handuk. Ambilin, dong.” Jeika berteriak dari dalam kamar mandi. Lalisa menghela napas, berjalan menuju lemari untuk mengambil handuk baru. Ia beranjak menuju kamar mandi, mengetuknya sebanyak tiga kali meski tangannya sudah memutar kenop pintu dan membukanya sedikit.
“Kenapa nggak masuk?” sambung Jeika.
Lalisa mendengkus. “Ambil aja.”
“Nggak mau lihat emang?”
“Ambil aja, deh! Aku mau lihat baju.”
Jeika terkekeh di dalam kamar mandi, akhirnya menarik handuk yang dipegang oleh Lalisa, dan wanita itu segera pergi menuju lemari. Jeika muncul di belakangnya saat ia baru saja akan menarik satu kemeja. Dapat ia lihat dari kaca yang menempel di lemari, pria itu tengah sedikit mengibas rambutnya yang basah.
“Kamu mau ambil baju?” tanya Lalisa.
“Mau bantuin?”
“Mau pakai baju yang mana?”
“Yang mana yang menurutmu kamu kalau aku pakai jadi kelihatan ganteng.”
Lalisa memutar bola matanya, tapi tetap menggerakkan tangannya mencari sebuah kaus untuk dipakai Jeika. “Mau yang ini?”
Jeika mengambilnya, segera memakainya.
Ketika Lalisa baru saja mencari satu celana jenas untuk pria itu, Jeika terlihat tengah menunduk, menarik satu celana dari tumpukan pakaian dalam yang bersusun. Dengan jarak yang begitu dekat, dan Jeika yang melengkungkan punggung, Lalisa dapat merasakan dada pria itu bersentuhan dengan pakaian yang ia pakai.
Setelah Jeika mengambil yang ia butuhkan, pria itu sengaja memberi kecupan di rambut wanita itu. Dan Lalisa berusaha fokus ke depan setelah tahu apa yang akan pria itu lakukan.
“Udah?” tanyanya masih menghadap lemari.
“Kenapa, sih?” sahut Jeika, menarik celana jeans yang disodorkan Lalisa tanpa berbalik.
Lalisa tidak menjawab, sesegera mungkin memilihkan sepasang pakaian dalam dan satu gaun selutut untuk dipakai keluar bersama Jeika hari ini. “Aku mandi dulu.”
Jeika yang sudah berpakaian lengkap, hanya mengerutkan dahi. Ia menyalakan hair dryer milik Lalisa, mengeringkan rambutnya dengan benda tersebut. Hari ini ia memang tidak bekerja, restoran ditutup karena Rhea ada urusan dengan keluarga Andra. Lalu, ide untuk menghabiskan waktu seharian dengan istrinya muncul begitu saja, hal yang tidak boleh ia sia-siakan.
Tepat di saat ia hendak menyisir rambut dengan jemari, ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari Saga.
Sembari berdecak dan meletakkan ponsel tersebut di atas meja setelah menerima panggilan, ia bergumam menjawab suara Saga.
“Bisa lo bayar sekarang, kan?”
“Hm.”
“Ada party di apartemen Haira. Inget, kan? Cewek yang pernah nembak lo.” Saga tertawa kecil. “Mumpung lo juga baru gajian, kita bisa seneng-seneng di sana, gimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Dandelion✔
RomanceIni tentang Jeika dan perjuangannya dalam mempertahankan pernikahan. Jeika will do anything, because Lalisa is his everything. Cover inspired by mozzarara.