Fin

3.3K 309 155
                                    

"English is easy, easy as ABC. Hei it's Nini, thanks for read sweetie"

-Traramadhany-



Siang itu matahari belum begitu terik ketika Jeika bersandar santai di dinding sambil mencecap permen tangkai. Sebagai pengganti rokok—kalau kata istrinya. Ia sempat akan mempermasalahkannya, tapi menolak permintaan Lalisa dan membuat wanita marah adalah pilihan terakhir dalam hidupnya.

Satu tangannya tengah menggenggam ponsel, memperhatikan foto-foto Baby saat dimandikan oleh Mama, dipakaikan baju tidur, dibaringkan di tempat tidur.

Hidung dan matanya mirip Lalisa, sementara bentuk wajah dan bibir sangat mirip dirinya—Baby bahkan memiliki senyum yang sama sepertinya—itu menurutnya. Kalau kata Mama, Jeika mengada-ngada.

Uhm, Mas.”

Jeika menoleh sekilas, mendapati Cesil tengah berdiri gugup di dekatnya.

“Rambut Mas udah dipotong pendek ternyata.” Cesil tersenyum, sedang Jeika sudah kembali memperhatikan ponsel.

“Cesil baru tahu Mas sekarang udah jadi personal assistant-nya Pak Andra,” sambung Cesil.

Jeika mengembuskan napas. Wanita ini beserta mulut berisiknya benar-benar menganggu. “Kenapa?” liriknya malas.

“Mas kenapa resign dari sini? Kita-kita kangen Mas.”

Jeika mencecap permen tangkainya. “Bukan urusan lo.”

Cesil terenyak, memainkan jarinya dengan canggung. “Mas resign karena gak nyaman sama Cesil.”

Berisik, berisik, berisik!

Jeika melipat tangan di depan dada, menatap Cesil lurus. “Gue udah nikah, Cesil. Gue punya anak. Gak ada untungnya lo ngeganggu gue, gue gak tertarik sama sekali.”

“Cesil gak pernah ada niatan ganggu, Mas Jei.”

“Kalau gitu pergi,” timpal Jeika dengan nada santai.

“Cesil pengen tau aja, Mas. Apa Mas resign karena gak nyaman sama Cesil.”

“Hidup gue dari dulu gak ada sangkut pautnya sama lo, emang lo seberpengaruh apa di hidup gue sampai harus resign karena lo?”

Jeika tahu ia mulai kasar, tapi yang dihadapinya sekarang adalah Cesil. Bila tidak menekankan kata dengan baik, wanita itu akan terus mengejar.

Cesil terlihat merengut, sepertinya bersedih. But Jeika doesn’t care at all. Lalat pengganggu seperti Cesil sudah seharusnya diberi kata-kata demikian.

“Wah, Cesil. Ini jam kerja, kenapa kamu ada di sini?” Andra muncul, mengernyit karena alih-alih menemukan Cesil di gudang pabrik, wanita itu malah berada di luar bersama Jeika.

Cesil sedikit membungkuk untuk meminta maaf sebelum berlari meninggalkan tempat.

“Ada apa, Jeika?” Andra bertanya.

“Gak penting,” sahut Jeika, kembali mencecap permen tangkainya.


🌷🌷


Pukul lima sore di jam pulangnya, Jeika menepikan motor di depan rumah, menarik serta buah-buahan yang ia beli tadi sebelum masuk ke dalam rumah. Tanpa perlu dikomando, kakinya gegas beranjak ke lantai atas, menemui istrinya yang ternyata tengah mengASIhi Baby.

“Hai, Sayang.” Jeika memberi sapaan singkat berupa kecupan di pipi dan bibir istrinya.

“Hai.” Alisa membalas mengecup. “Beli apa tuh?”

Mrs. Dandelion✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang