Sean

6.2K 622 194
                                    

"Cause you're too sexy beautiful and everybody want to taste, that's why I still get jealous"

-Nick Jonas-

Lalisa memijit pelipis sembari berbaring. Sakit kepala sudah menyerangnya dari beberapa menit yang lalu, yang kemudian berusaha mengonsumsi pil, namun diurungkan karena nasehat dari Mama untuk tidak bergantung pada obat saat sakit, dan memintanya untuk beristirahat. Tapi kali ini, alih-alih segera terlelap, ia bahkan kesulitan untuk menutup mata barang lima detik.

Sementara memejam, tangannya meraba-raba nakas, meraih ponsel lalu menelepon nomor siapa saja yang berada di panggilan terakhir, yang semoga saja bukan Jeika.

Karena ia seratus persen yakin, alih-alih tenang, pria itu akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Atau yang lebih tidak bisa dikontrol, Jeika akan kembali sebelum jam pulang kerja, dan membawa seorang dokter ke rumahnya.

“Halo, Sa.”

Ah. Ini suara Ibu.

“Ibu, kepala Lisa sakit,” rengeknya manja.

“Udah minum air hangat?” tanya Ibu lembut. “Kepalanya suruh Jeika pijit-pijit dulu sebentar, jangan minum obat sembarangan. Kamu hamil, lho.”

Membuka mata sepenuhnya, Lalisa mendecak. “Jei kerja, Bu.”

Ibu membuang napas. “Kamu panasin air, gih. Ibu ke sana.”

“Ibu nggak sibuk?”

“Nggak ada yang lebih penting dari kamu, sekarang. Restoran bisa di-handle Hanum untuk sementara. Nanti Ibu bawain makanan, kamu minum air hangatnya, terus coba istirahat.”

“Iya. Nanti bawain green tea latte ya, Bu.”

“Gila kamu. Kamu mana bisa minum teh hijau! Green tea latte lagi!”

“Pengen. Tadi udah baca di internet, katanya bisa kalau nggak banyak-banyak.”

Lalisa terkekeh, meski mendengar Ibu mendecak sebelum mengakhiri panggilan. Permintaan Ibu hamil selalu dikabulkan, salah satu hal yang Lalisa senangi saat ia mengandung. Ia merasa selalu disanjung, selalu disayangi, di prioritaskan, nomor satu dalam segala hal.


🌷🌷



Lalisa baru akan menonton televisi ketika mendengar suara Ibu di depan. Remote yang sebelumnya sudah digenggam di tangan kanan, kembali diletakkan di atas meja, memilih beranjak membuka pintu rumah dan mendapati Ibu tengah menenteng satu kotak makanan dan green tea latte-nya.

Ibu menyunggingkan senyum, hal yang ia sadari setelahnya, begitu Ibu menggeser tubuh, seseorang berdiri tepat di belakangnya.

Sean dan tubuh tegapnya. Terlihat sempurna.

“Hai, Pencinta Ariel,” sapa pria itu dengan kekehan geli.

“Apa sih!” Lalisa membalasnya dengan kekehan yang sama.

Ibu tersenyum. “Ini Sean tadi tiba-tiba ke rumah, ngagetin. Jadi waktu Ibu ceritain kalau kamu udah nggak tinggal di rumah, sekalian aja Ibu bawa ke sini. Udah mendingan sakit kepalanya?” tanya Ibu begitu meletakkan kotak makanan dan satu green tea latte milik Lalisa.

“Udah. Tapi green tea latte-nya tetep diterima, kok.”

“Ih.” Ibu mendengkus. “Ibu masuk ke dalam dulu, kalian ngobrol aja di sini.”

Ibu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Lalisa dan Sean, yang meski sudah menjadi teman sejak kecil, menjadi canggung.

“Gue masih Sean Wandara yang suka Ultraman Cosmos, anyway. Tegang banget.”

Mrs. Dandelion✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang