Cuddle

6.3K 646 118
                                    


"So baby let me kiss your inner thigh, let me kiss it for you, I can kiss it for you"

-The Weeknd-


Warning!
Mature Content.

Tangan-tangan Jeika sudah tidak terkendali saat membuka kancing piama tidur wanita itu. Di urutan ketiga, matanya sudah bisa melihat bra baby pink berenda yang membungkus kedua dada wanita itu. Dan jelas saja—tangannya semakin cepat membuka semua kancing hingga urutan paling bawah.

Ia mencium bibir Lalisa, memagut lembut sembari menarik lepas piama tersebut dan dilempar ke sembarang arah.

Tangannya mengusap pelan, merayap ke dada yang entah sejak kapan telah begitu penuh.

Ciumannya berlanjut, menarik bibir merah muda wanita itu dengan bibirnya sendiri. Dan saat wanita itu melenguh di antara bibir mereka yang saling bertabrakan, ia menemukan dirinya menjadi lebih agresif. Bibirnya turun ke bawah, ke setiap sisi leher dan tulang selangka wanita itu, meninggalkan jejak merah yang akan sulit dibersihkan.

Ternyata sama saja, ia masih segila waktu itu, saat ia memaksa Lalisa agar menerimanya. Bedanya, kali ini ia lebih leluasa, tidak ada rontaan atau penolakan agar dilepaskan.

Wanita itu mengerang, menggigit bibir saat mulut basah Jeika berada di dadanya, bermain cukup lama dengan dua puncak merah muda yang memang kesukaan pria itu. Hingga  sebuah sentakan cukup mengejutkannya, membuat tatapan mereka berdua saling bertemu.

“Sakit?” tanya Jeika. Namun tangannya masih di sana, di dalam celana wanita itu.

Mereka sudah di dalam kamar. Beberapa menit lalu, ketika Lalisa menawarkan sesuatu yang sudah lama tidak Jeika rasakan, pria itu segera menggendongnya ke dalam kamar, membawa tubuh mereka ke atas ranjang, lalu mengangkat tubuh wanita itu agar duduk di pangkuannya.

Lalisa merengut, menaruh wajahnya di dada Jeika yang masih ditutupi pakaian. Ia tidak takut, hanya ingat tentang kekasaran Jeika waktu itu. Ia memeluk Jeika, semakin menempelkan wajahnya di sana. Rengekan keluar dari mulutnya tanpa sebuah alasan.

Jeika gemas. Akhirnya mencabut jarinya dari bawah sana.

“Sakit? Iya?” tanyanya lembut.

Lalisa menggeleng, semakin mendekap Jeika.

“Jadi gimana?”

Ada sahutan, tapi tidak dapat ia dengarkan dengan jelas. Wanita itu menggumam, di depan dadanya. Dalam pemikiran Jeika, Lalisa sedang tidak baik-baik saja, mungkin ada rasa perih dari jari tengah yang ia masukkan.

Ia mengecupi bahu terbuka wanita itu, sebelum kemudian, sedikit mendorong tubuhnya, menatap lekat bola mata wanita itu.

“Nggak usah jadi aja, ya…” Ada nada khawatir sekaligus keberatan dengan kata-kata yang ia lontarkan sendiri.

Ia sudah akan menarik piama tidur wanita itu, berniat memasangkan lagi. Tapi alih-alih suka, Lalisa cemberut, menggelengkan kepala dengan tatapan menunduk.

“Nggak mau.”

“Nggak mau?”

Ia ikut menundukkan kepala, hanya ingin melihat bagaimana ekspresi Lalisa saat mengungkapkan yang akan ia katakan.

“Kamu udah besar.”

Ghosh! Ya, itu benar. Tapi—

“Aku bisa nyelesaiin ini sendiri.”

Lalisa mendongak. “Gimana?”

Jeika mengedikkan bahu. “Mudah aja.”

“Nggak mau. Aku udah baik-baik aja. Aku pengen kamu sekarang.”

Mrs. Dandelion✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang