"All I need, honestly it's just me and you"
-Ariana Grande-
Penerangan dari lampu jalan yang berdiri dibantu tiang-tiang, juga kaca yang menjaganya dari air hujan dan panas, sudah sangat terang ketika Jeika mengikuti pengendara lain untuk menyalakan lampu Mercedes Benz yang ia kemudikan. Seperti biasa, ada lebih banyak yang berjualan makanan saat malam datang, dan pengunjung-pengunjung yang duduk di bangku-bangku kecil saat menikmati semangkuk bakso, atau makanan yang bersifat menyebarkan hangat.
Jeika menoleh pada wanita di sampingnya. Wanita yang belakangan ini lebih daripada sering, menyulut amarahnya. Bahkan saat ia merasa tidak memiliki kesalahan.
Dan tadi, adalah perdebatan mereka yang lebih hebat dari yang pernah ada. Perdebatan yang benar-benar tidak bisa membuat Jeika menahan suara kerasnya, bentakannya, sergahannya. Semuanya ia keluarkan begitu saja, yang segera membuatnya menyesal dan membujuk wanita itu dengan mengajaknya berkeliling.
Semuanya berawal dari permintaan Lalisa yang ingin bekerja. Berniat membantu Jeika dengan menerima tawaran Tommy yang masih bersikeras menawarkan menjadi model busana. Tommy menjelaskan bahwa pakaian yang akan Lalisa kenakan adalah pakaian yang benar-benar tertutup. Sejenis long dress, kulot, dan pakaian-pakaian yang sedikit pun tidak akan berakhir mengumbar aurat.
Jeika tetap melarang, dengan alasan awal bahwa ia masih sanggup.
Lalisa ngotot ingin membantu, dan Jeika ngotot tidak memberi izin.
“Aku harus sesampah apa lagi biarin kamu kerja?! Harus sesampah apa lagi aku di mata orangtua kamu? Harus sesampah apa lagi?!”
Jeika mengulurkan tangan mengusap lengan Lalisa, membuat wanita itu mengalihkan pandangan dari keramaian khalayak di pinggir jalan.
“Apa, sih!”
Tuh, gue cuma nyentuh lengan doang, padahal. Gimana kalau nyentuh yang lain.
“Mau akan apa?”
“Kenyang.”
“Itu ada mi kepiting, Sayang. Kamu suka, kan? Mau?”
“Kenyang,” ulang Lalisa dengan sedikit penekanan.
“Terus maunya gimana?”
“Kan kata kamu cuma keliling-keliling.”
“Iya keliling. Terus kamu mau kita ke mana.”
“Ya terserah kamu.”
Jeika mengembuskan napas, tepat di saat Lalisa menerima panggilan di ponselnya.
“Halo, Bu,” jawab Lalisa.
“Ibu nggak ganggu, kan?”
“Nggak, kok. Lalisa lagi di luar sama Jei.”
Mobil menepi, Jeika keluar dan masuk ke dalam toko. Sendirian.
“Gitu. Ibu mau ngajak kamu arisan besok, Sa. Tante Ami sering nanyain kamu, lho. Katanya pengin banget kamu gabung.”
“Kalau gabung kayaknya nggak, Bu. Tapi kalau nemenin Lisa mau.”
“Oh, yaudah. Jam sepuluh, ya. Nanti sopir di sini yang jemput kamu.”
“Iya, Bu.”
Jeika kembali dengan satu kantong plastik yang segera disodorkan kepada Lalisa.
“Apa kata Ibu?”
“Cuma minta ditemenin arisan.”
Lalisa memeriksa isi kantong plastik, mengernyit saat menemukan dua test pack.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Dandelion✔
RomanceIni tentang Jeika dan perjuangannya dalam mempertahankan pernikahan. Jeika will do anything, because Lalisa is his everything. Cover inspired by mozzarara.