"When you hold me and kiss me slowly, it's the sweetest thing"-H.E.R-
"Sini, tangannya masukin ke dalem..."
Jeika yang duduk di depan, menarik kedua jemari Lalisa yang bertengger di pinggangnya, memasukkan dua jemari itu ke dalam masing-masing saku jaket. Mereka berdua sedang berada di atas motor Suzuki Satria milik pria itu, berencana akan bersama-sama berangkat ke restoran tempat Jeika bekerja.
Semenjak kemarin, ketika menemukan wanita itu menangis karena mengingat Baby, Jeika sudah berinisiatif untuk menghilangkan apa pun yang sudah mereka buat untuk Baby. Hanya supaya Lalisa tidak selalu terfokus pada hal itu. Namun Lalisa menolak dengan keras. Ia tidak ingin semua hal yang mereka ciptakan demi menyambut Baby dibuang begitu saja.
Kemudian, pada hari ini Jeika akhirnya mengajak wanita itu ikut bersamanya, dan Lalisa setuju di detik pertama.
"Jei..."
"Hm." Jeika menyalakan motor, membawanya melewati jalan kecil di dekat rumah.
"Tadi malam, aku ketemu Baby."
"Hah?" Jeika menarik kaca helm, melirik kaca spion. "Tadi bilang apa?"
"Baby ... dia ternyata udah bisa jalan." Lalisa mengeratkan pelukannya pada Jeika, menempelkan pipi kanannya ke punggung besar pria itu. "Kita ketemu di taman. Terus, dia pergi begitu saja."
"Dia kalihatan senang, nggak?"
Lalisa mengangguk. "Banget."
"Nah, kalau Baby aja senang di sana, kenapa kamu nggak senang juga di sini?"
"Gitu, ya?"
"Iya, dong.
Lalisa mengangguk, mengulas senyum simpul. "Kamu juga jangan sedih-sedih..."
"Siapa yang sedih-sedih?"
"Kamulah! Nggak usah sok kuat ya, Jeika."
"Mana ada." Jeika menurunkan kembali kaca helm-nya, menambah kecepatan motor.
Sesampainya di restoran milik Rhea dan masuk ke dalam, Rhea yang mulanya berkacak pinggang dengan wajah sengit, melebarkan senyum saat melihat Jeika datang bersama Lalisa.
"Kak Rhea."
"Lisa! Udah sehat?"
"Udah dong. Kan aku jagain terus," sahut Jeika.
Rhea memutar bola matanya jenuh, kembali berkacak pinggang. Tolong ya, Jeika terhormat. Sana, sana. Kerja bantuin yang lain! Telat terus!"
Lalisa terkekeh saat melihat wajah merengut Jeika, ia mendorong pria itu agar bergegas. Namun sebelum itu, Jeika menyuruhnya duduk di salah satu kursi, berjanji akan datang lagi setelah berganti pakaian, lalu mencium bibirnya sekilas.
"Apasih, untung udah nggak jomblo," desah Rhea. Ia duduk di depan Lalisa, memasang senyum kembali. "Jadi ... gimana perasaan kamu sekarang?"
"Sebenarnya masih belum bisa relain Baby. Tapi, kalau lihat Jeika yang terus-terusan repot gara-gara aku, aku nggak tega. Aku lagi ngusahain diri buat terlihat baik-baik aja."
Rhea tersenyum tipis, mengalihkan pandangan pada beberapa kursi yang masih kosong. "Sebagai sesama perempuan, aku tau itu nggak akan pernah mudah. Apalagi itu calon anak pertama kalian. Tapi demi kebaikan kalian masing-masing, aku rasa kamu emang harus menghilangkan 'rasa nggak rela buat lepasin' itu. Nggak ada yang perlu dipersalahkan di sini, itu murni kecelakaan, kan? Aku cuma pengen yang terbaik buat kalian berdua. Jeika itu cuma pura-pura kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Dandelion✔
RomanceIni tentang Jeika dan perjuangannya dalam mempertahankan pernikahan. Jeika will do anything, because Lalisa is his everything. Cover inspired by mozzarara.