Meet Again

1.5K 292 109
                                    

"Let the fear you have fall away, I've got my eye on you, say yes yo heaven, say yes to me"

- Lana Del Rey -




Jeika menyentuh rambutnya yang beberapa menit lalu dipotong pendek. Rasanya masih tidak nyaman, ia suka rambut panjang yang menutupi tengkuknya, suka rambut panjang yang selalu ia ikat menggunakan ikat rambut pemberian istrinya.

Jeika membuka ponsel, mencoba mengirimi foto dirinya yang sudah berpenampilan rapi kepada Lalisa.

‘Sa, aku udah potong rambut.’ Ia menatap lama tanda hijau bertuliskan send, cukup ragu-ragu untuk menekannya. Mendadak, Jeika menemukan dirinya mengirim pesan dan menunggu.

Ia menengadah ke arah jendela kaca lantai dua kemudian mengusap layar ponselnya yang retak—menunggu balasan.

Tidak terasa, sudah berhari-hari ia hidup seperti orang sekarat tanpa wanita itu. Ia rutin mengirimi pesan. Mengingatkan jadwal periksa, mengingatkan jam minum susu, mengingatkan minum vitamin dan menurunkan suhu AC sebelum tidur.

Dan rasanya percuma, di rumah itu, Jeika yakin istrinya mendapat perhatian lebih besar dari ART dan kedua orangtuanya.

Yang kemudian menganggunya adalah, mengapa setiap pesan yang berhasil ia kirimkan tidak mendapat balasan hingga sekarang?

Apa Lalisa tidak mengecek ponsel?

Atau—ia telah melihatnya tapi sengaja mengabaikan karena ia marah?

Jeika mendongak kala rintik hujan luruh di ujung hidungnya, disusul kelopak mata, sebagian pipinya dan tubuhnya yang lain. Jeika tahu dirinya harus  mengambil tempat untuk berteduh, ia harus bergegas sekarang.

Tapi ia melihat Sean bersama mobilnya—pria itu turun dengan senyum, mendapat sambutan hangat dari Ibu yang keluar dengan membawa payung. Wanita itu terlihat cemas pada hujan yang membasahi sebagian punggung pria itu.

Jeika terkekeh pahit di tempatnya. Ia juga kebasahan karena hujan.





🌷🌷




Matahari kian redup ketika Andra menemukan Jeika berdiri di depan rumahnya dalam keadaan basah kuyup. Ia buru-buru memerintah maid untuk membawakan payung dan segera memayungi Jeika yang terpaku.

“Ayo masuk.”

Di rumah, Andra memberikan sepasang pakaian ganti untuk Jeika pakai. Jeika kembali ke ruang tamu untuk mendapati satu mug berisi teh hangat yang sepertinya disiapkan maid atas perintah Andra.

“Duduk di sini, Jeika.” Andra menunjuk sofa di hadapannya. “Tehnya diminum aja.”

Andra menaruh fokusnya pada Jeika. Ia memang menyuruh pria ini datang ke rumahnya, ada yang ingin ia sampaikan dan ia berharap pria itu akan menerima dengan baik. Tapi di hujan seperti ini, yang Andra pikir Jeika akan menunda kedatangannya sampai esok hari—Andra tidak pernah berpikir jauh ke sana.

“Kamu kelihatan lesu akhir-akhir ini,” celetuk Andra.

Jeika meletakkan gelas setelah membasahi kerongkongannya dengan rasa manis dan hangat dari teh yang ia teguk. Ia menarik senyum, tetapi tidak memberi tanggapan.

“Ada masalah di tempat kerja?”

“Nggak ada.” Jeika menyahut. “Semua baik.”

“Kalau semua baik, kenapa kamu bersedih?”

“Cuma masalah pribadi.”

“Rhea cerita … katanya kamu dan Lalisa lagi bertengkar.”

Jeika mengalihkan pandangan. “Saya gak mau bahas istri saya sekarang.”

Mrs. Dandelion✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang