"Cause all of the small things that you do are what remind me why I fell for you, and when we're apart and I'm missing you, I close my eyes and all I see is you"
-NEW WEST-
Jeika segera kembali, ia segera sadar bahwa ia terlalu kasar pada wanita itu. Tapi Lalisa sudah tidak ada di rumah, wanita itu sudah pergi—beserta barang-barangnya—beserta aroma manisnya.
Jeika terdiam di jalan sambil berpikir mengapa—mengapa ia begitu tolol! Mengapa ia mengatakan hal pahit seperti itu pada istri baiknya? Mengapa ia seperti orang idiot!
Jeika mengepalkan tangan, memandangi pekarangan rumah yang mendadak senyap dan sepi. Lalisa-nya … benar-benar tidak ada di sini.
Ia berjalan masuk ke rumah dengan perasaan gamang, mengedarkan pandangan menatap semua sudut rumah yang semua mengingatkan tentang Lalisa. Senyumnya, pekerjaannya di dalam rumah, siluetnya.
Ia seolah bisa melihat Lalisa sekarang. Wanita itu menuruni tangga membawa pakaian kotor untuk di cuci, wanita itu ada di dapur membumbui sup, wanita itu ada di ruang tengah mengganti bunga yang sudah layu.
Jeika mengulum senyum—karena ketika ia mengerjap, wanita itu tidak ada di mana-mana.
Di rumah ibukah ia sekarang? Baik-baik sajakah ia?
Jeika mendudukkan dirinya di ruang tamu, memejam dan menyandarkan kepalanya di sofa. Sudah jam delapan dan ia mungkin akan melewatkan makan malam yang seharusnya ia lakukan untuk mencegah rasa lapar.
Ia memilih berbaring di sofa—mencoba untuk tertidur. Tapi mendadak ada panggilan pada ponselnya yang agak rusak. Dari Saga—teman atau sebut saja manusia yang merasa Jeika adalah sahabatnya.
“Man, lo di mana?”
“Kenapa?”
“Sini datang ke apart baru gue, ada party kecil-kecilan tapi dijamin bisa menghibur lo semalaman.”
“…..”
“Buruan! Banyak minuman kesukaan lo di sini.”
🌷🌷
Sudah kepalang frustrasi, Jeika memutuskan benar-benar mengunjungi apart baru Saga dan masuk ke sana. Ia benar-benar membulatkan mata karena banyak wanita yang tidak ia kenali—sudah akan pulang tapi Saga menariknya kembali.
“Man! Ayolah! Minum aja minum, gue gak maksa lo buat ngenti sama cewek-cewek di sini!” Saga agak berteriak karena dentum musik yang terdengar di dalam ruangan.
Jeika melepas helm asal dan Saga segera memberinya 3 botol whisky beserta satu gelas kosong.
“Gue gak mau diganggu,” tegas Jeika, menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Siap!”
Kendati memasang wajah tak acuh, Jeika masih bisa melihat dua wanita yang tersenyum malu-malu ke arahnya. Saga menjentikkan jari tepat di wajah kedua wanita tersebut, menggeleng memberi peringatan.
Sudah pukul setengah sembilan malam dan hanya menghitung beberapa menit, Jeika sudah mengosongkan satu botol whisky dan membuka botol lain.
Di botol kedua yang terteguk setengahnya—Jeika mulai merasa perutnya bergolak. Sigh, ini pasti karena ia melewatkan makan malam. Ia mengerang, masa bodo dengan perut dan meneguk kembali whisky dalam gelas.
Biar saja—ia akan minum sampai mati.
Jeika mengosongkan botol kedua dan membuka botol ketiga. Kepalanya pening tapi ia tetap memaksa menghabiskan isi di dalam botol tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Dandelion✔
RomanceIni tentang Jeika dan perjuangannya dalam mempertahankan pernikahan. Jeika will do anything, because Lalisa is his everything. Cover inspired by mozzarara.