Hay Hay
•••
Khao mendorong tubuh First ke belakang, bahaya jika sampai ada yang melihat kejadian itu. Bisa-bisa siapapun yang melihat kejadian itu berpikir hal yang tidak-tidak.
First segera bangkit dan melangkahkan kakinya kebelakang perlahan. "L-lo kok narik gue," dia membentaknya karena gugup.
"Jantung lo berdegup kenceng ya?" Khao mengejek sambil mentertawakan-nya. Wajah First semerah tomat, Khao juga bisa merasakan bagaimana jantung First berdetak kencang tadi.
"Ya,ya iyalah, orang gue idup," First mengelak membuang wajahnya ke sembarang arah, Khao ini menyebalkan sekali.
Wajah First sudah sangat memerah sekarang, bagaimana pun juga dia harus bisa melarikan diri dari sini. "Makasih udah ngobatin luka gue, gue pulang dulu." Dengan tergesa-gesa, First mengambil tasnya.
"Gamau di anterin?" Khao masih belum puas mengejek First, dia senang melihat First seperti ini. Tapi First tidak menjawabnya malah pergi begitu saja dari kamarnya.
Belum satu menit First keluar dari kamar Khao, dia sudah kembali sambil menenteng ranselnya. "Kok balik lagi?" Tanya Khao.
"Anterin gue keluar, malu sama orang tua lo." First mengurungkan niatnya untuk pergi tanpa Khao ketika melihat Vlo, ibu Khao, tengah bersantai sambil menonton televisi. Jika First pergi begitu saja tanpa berpamitan tidak sopan.
Khao kembali mentertawakan-nya, "Punya malu ternyata."
"Gak usah banyak bacot!" First menatapnya malas, dia tidak ingin berdebat sekarang. Bawa dia pergi.
•••
Entah petugas polisi dari mana tapi tiba tiba polisi itu menghampiri Win, Nanon, Bright, dan Pawat. Sebelumnya perkelahian mereka memang terhenti karena si pelaku dan korban alias Khao dan First sudah pergi. Tapi mereka bertengkar kembali ketika Bright menolak mentah mentah untuk menghapus video itu. Akhirnya mereka tertangkap basah sedang melakukan pertengkaran itu.
Dengan spontan mereka berlarian ke arah yang berbeda beda, Bright dengan Win, dan Pawat dengan Nanon. Untuk saat ini sepertinya mereka harus menjadi teman terlebih dahulu untuk menyelamatkan diri mereka masing masing.
Sambil berlari, Bright menarik tangan Win. Dia melihat sebuah warung kosong yang sudah tak layak guna, dia menarik win untuk masuk dan bersembunyi disana. Jarak antara Bright dan win saat ini sangat dekat, Bright bisa merasakan deru napas Win, ditambah memang tempatnya yang sangat sempit.
"Kalo disini sama aja ket-" perkataan Win terpotong karena dengan cepat bright menutup mulut Win dengan tangannya.
"Sttt, jangan berisik, diem!" Bright menyuruh Win untuk diam, bahaya jika para polisi itu mendengar ocehannya.
Win segera menyingkirkan tangan Bright dari mulutnya. Tiba tiba petugas polisi itu berdiri di depan warung yang terbengkalai itu. Bright dan Win harus semakin menunduk dan mengecilkan tubuh mereka supaya tak ketahuan. Sial, siapa orang yang sudah memanggil polisi.
Sementara disisi lain, Pawat dan Nanon masih berusaha berlari dari petugas yang tak jauh dari mereka. Kejaran petugas itu semakin lama semakin dekat, ditambah lagi Nanon yang sudah tak sanggup lagi untuk berlari.
Pawat memang sudah tahu jalanan disana, dia menarik tangan Nanon untuk masuk kedalam gang kecil yang sangat kecil, agar petugas itu kesulitan mengejar mereka.
"Lo pokoknya ikutin gua, jangan lepasin tangan gue. Kalo lo ketangkep gue juga ketangkep," suruh Pawat. Benar, jika mereka menjadi teman masalah apapun bisa di selesaikan bersama-sama, tidak perlu ada pertengkaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERACTION | KHAOFIRST
Fanfic"Jadi gimana perasaan lo?" "..." WARNING: •BXB• •Mengandung unsur kekerasan, umpatan, dll•