17. Menjaga perasaan teman itu penting

902 105 8
                                    

•••

Nanon melihat Bright duduk di pinggir lapangan dengan keringat yang bercucuran. Karena Free class jadi Bright, Pawat, dan Khao bermain basket seperti biasa.

Nanon membawakan satu botol minuman yang baru saja dibelinya di kantin. "Nih," dia memberikan minuman itu pada Bright.

Bright menoleh, "tau aja gue lagi haus, thanks," Bright menerima minuman pemberian Nanon. Kemudian Nanon duduk di samping Bright.

Nanon menatap wajah Bright saat meneguk minuman tersebut, tampan, itulah kesan yang Nanon berikan.

Bright yang sadar dirinya tengah di perhatikan Nanon menghentikan tegukannya, dia menoleh ke arah Nanon. "Biasa aja kali liatinnya,"Bright menegurnya.

Malu, tentu saja. Nanon segera memalingkan wajahnya ke arah lain. "Gak di sengaja."

Bright tertawa kecil. Mumpung Nanon sedang bersamanya, ini kesempatan bagi Bright untuk mendapatkan informasi tentang First, secara kan Nanon itu teman First. Bright belum mengetahui tentang perasaan Nanon padanya.

"Non," Bright memanggilnya.

Walaupun masih gugup Nanon menoleh, "Hmm."

"Gue boleh nanya sesuatu gak? Tentang First tapi," hanya Nanon yang bisa Bright percaya untuk di tanyai seperti ini.

Kening Nanon berkerut, "Apa?" 

"First itu suka apa sih? Apa dia suka cowok? Terus, tipe nya tuh yang kaya gimana sih? Gue termasuk tipenya gak?" Bright yang tak sabaran mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu sekaligus.

Nanon terdiam seketika. Apa ini tandanya Nanon harus bertepuk sebelah tangan?

"Nanon, kok diem sih" Bright membuyarkan lamunan Nanon, dia tidak menjawab pertanyaan yang Bright berikan.

"Gue kurang tau," Nanon berbohong, jelas-jelas dia tahu tentang tipe ideal pria yang First sukai. Dia hanya mengalihkan pembicaraan saja.

"First suka sama Khao?" Tanya Bright lagi.

Nanon mengangguk, "Kayaknya."

Bright menggeser tempat duduknya mendekat ke arah Nanon. Kini tak ada jarak antara mereka, bahkan tangan Nanon dan Bright bersentuhan. Tentu saja jantung Nanon bekerja lebih cepat.

"Bisa bantuin gue gak buat dapetin First," Bright berbisik tepat di telinga Nanon.

Sesak rasanya mendengar nama 'First' yang sedari tadi keluar dari mulut Bright. Dia ingin sekali namanya yang di sebut Bright, tapi rasanya itu mustahil.

Nanon menggeleng, "Gue gak bisa bantuin lo."

Bright memiringkan kepalanya, "Kenapa?"

Mana mungkin Nanon bisa membantu Bright, haruskah Nanon menjadi yang terluka disini jika dia menyetujui permintaan Bright, ditambah First itu adalah sahabatnya sendiri.

"Gue punya feeling kalo Khao yang First suka. Kalo iya bener, gue gak bisa bantu maaf, Bai," Itu hanya alasan Nanon saja, tapi memang Nanon tahu jika First hanya menyukai Khao.

Bright menghela napasnya kecewa. "Berarti gue harus dapetin First karena usaha gue sendiri?"

Nanon mengangguk, "Bai, kalo misalkan ada orang lain yang suka sama lo, lo tetep bakal suka sama First?" Dia menaruh penuh harapan pada jawaban yang Bright berikan.

"Mungkin, emang siapa yang suka sama gue?"  Bright memberinya pertanyaan lagi.

Nanon menelan ludahnya, "pemisalan, soalnya kalo cinta lo bertepuk sebelah tangan kan sakit."

INTERACTION | KHAOFIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang