•••
"Gimana dok temen saya ?" Tanya Win setelah melihat dokter keluar dari ruangan Khao.
"Bukan luka yang cukup parah, tapi untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan lebih baik temannya mas di diamkan di sini sekitar satu atau dua hari," kata Dokter.
Win terkekeh mendengar penjelasan dokter itu. "Didiamkan, Dokter kira temen saya pudding kali diamkan sekitar satu dua hari."
Dokter itu juga tertawa, "Maksud saya, di rawat disini saja dulu."
Kemudian Win bertanya dia bisa menjenguk Khao atau tidak, saat dokter mengizinkannya, Win masuk ke dalam ruangan Khao. Terlihat Khao sedang menahan rasa sakitnya, tangannya memegangi luka yang sudah terbalut perban.
"Kata dokter gak papa, lukanya biasa aja, gausah lebay," Win menutup pintu ruangan Khao dan mengejeknya, lucu sekali ketika Khao terkapar di brankar rumah sakit seperti ini.
Khao menoleh kearah sumber suara, dia tak terima Win mengejeknya. "Bangsat lo! Sakit tolol."
Win terkekeh, dia berjalan mendekat kearah Khao kemudian duduk di tepian brankar. "Hidup lo kurang kerjaan banget berantem mulu."
"Bawa gue pulang win, oh iya adek gue mana?" Pinta Khao dengan baik-baik, beda seperti ketika Khao mengobrol dengan First yang bawaannya selalu emosi.
"Si Prom? Gue suruh pulang tadi, kasian besok juga sekolah." Win sudah meyakinkan Prom untuk tidak terlalu memikirkan Khao, ada dokter dan dia di sana. Win juga meyakinkan Khao untuk tidak perlu khawatir soal adiknya.
"Oh iya kata dokter lo disini aja sampe besok atau lusa. Mana nomor orang tua lo? Biar gue hubungin mereka buat jagain Lo." Win mengeluarkan ponselnya hendak memberikannya pada Khao, maksud tujuannya baik, dia hanya ingin orang tua Khao mengetahui kondisi putranya.
Tapi Khao mendecih sebal, dia paling tidak suka mendengar hal yang berkaitan dengan orang tuanya. Lagi pula Khao yakin, orangtuanya akan biasa saja mendengar Khao seperti ini. "Gua gak punya orang tua."
Oh iya, Win melupakan masalah terbesar Khao. First selalu bercerita padanya tentang kehidupan dan keluarga Khao. Win merasa bersalah kali ini. "Ni udah malem banget gue chat semua temen temen Lo termasuk temen temen gue kali aja ada yang mau jagain lo, gue harus pulang kasian supir gue dibawah nungguin dari tadi."
Khao mengangguk, dia tidak ingin merepotkan Win. "Lo pulang aja, gue sendirian disini baik baik aja."
Tapi Win tidak setuju, bagaimana bisa dia meninggalkan Khao sendirian seperti ini. Kalau Khao butuh apa-apa nanti bagaimana? "Kita ini musuhan, tapi kalo ngeliat lo kaya gini gue kasian."
Khao tersenyum mendengar kata 'musuh' keluar dari mulut Win. "Besok lo sekolah."
"Gapapa gue nge bolos sekali," kemudian Win beralih duduk di kursi yang ada di ruangan itu.
Khao mengerutkan keningnya ,"Tumben."
Win tidak menjawabnya, dia pergi menemui supirnya terlebih dahulu kemudian mengabari orangtuanya jika malam ini dia akan menjaga temannya di rumah sakit.
•••
Win tertidur di sofa ruangan Khao, ia harus menemani Khao, katanya sih kalo nolong jangan setengah setengah. Musuh begitu ya Win?
Kata orang, jika sedangan sakit pasti orang itu bisa mimpi buruk. Benar, ini sedang terjadi pada Khao. Jam menunjukkan pukul dua dini hari, Win tak sengaja terbangun karena haus. Niatnya dia ingin mengambil air, tapi dia melihat Khao yang wajahnya penuh keringat sambil berbicara tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERACTION | KHAOFIRST
Fanfiction"Jadi gimana perasaan lo?" "..." WARNING: •BXB• •Mengandung unsur kekerasan, umpatan, dll•