29. Khawatir

856 83 2
                                    

Hay Hay

•••
Semenjak kejadian beberapa waktu lalu, First tidak menyesali langkah yang ia ambil dengan menjadikan Khao sebagai kekasihnya.

Mungkin First belum sepenuhnya mengetahui tentang Khao, dia hanya bisa melihat sisi lain dari diri Khao, bukan diri Khao yang sebenarnya.

Dulu First sangat menyukai Khao, sekarang semenjak sikap Khao berubah sedikit demi sedikit, entah kemana perasaan itu hilang.

"Lo yakin mau tinggal di rumah gue sementara? Gimana kalo ibu lo nyariin, terus Prom?" tanya First, pasalnya Prom membutuhkan dirinya.

Saat ini Khao dan First berada di salah satu kafe yang tak jauh dari rumah First.

Khao menyeruput jus alpukatnya kemudian mengangguk, "Kalo perlu bayar sewa gue bayar."

"Bukan gitu," First tak melanjutkan pembicaraannya, ia terlalu takut jika Khao tersinggung dengan apa yang ia ucapkan.

Helaan napas yang tak terlalu panjang di hembuskan oleh Khao, "Gak ada yang peduli juga, semua orang sayang sama Prom. Beda sama gue siapa yang sayang sama gue?"

"Gue gak di anggep nih? Terus gue ini apa? Benci sama lo?" Tanya First yang lumayan sedikit kesal, dia benci jika harus mengatakan hal hal yang berbau keromantisan.

Khao terkekeh pelan, "bilang dulu lo sayang sama gue, baru gue percaya,"

"Meskipun semua orang benci sama gue, setidaknya ada satu orang yang sayang sama gue," lanjut Khao sembari memasukan kentang goreng ke dalam mulutnya.

First menyipitkan matanya, "Masih marahan sama ayah lo?" Tanya First, sejujurnya dia hanya mengalihkan pembicaraan saja.

Kening Khao berkerut, "Ayah kan di rumah sakit, mau marahan gimana ?"

First memberikan pertanyaan yang salah.

"Abisin makanannya abis itu pulang," Titah First, entahlah topik pembicaraan apa lagi yang harus First buat.

"Gue anterin lu pulang dulu, terus gue mau pergi bareng temen temen gue," Kata Khao.

"Kemana?"

"Biasa anak muda."

First tidak mengerti maksud Khao, yasudahlah selagi dia tidak berbuat macam macam.

•••

"Bro, kenapa lu akhir akhir ini jarang gabung sama kita?" Tanya Bright sembari memegang bahu Khao. Mereka saat ini tengah berada di bar.

"Tumben banget ngajak kita ke bar, banyak masalah lu?" Tanya Pawat yang sudah setengah mabuk.

Iya, Khao yang mengajak mereka ke bar. Bohong jika Khao harus menjauhi minuman minuman beralkohol itu saat dirinya sedang banyak masalah. Pelarian terbaik versi Khao ya seperti ini.

"Gue gak tau masalah lo apa lagi, yang jelas jangan lupa beberapa Minggu lagi ujian," kata Bright, yang sama sudah setengah mabuk, bicaranya pun sudah mulai asal.

"Oh iya, First, Lo udah pacaran sama dia?" Tanya Pawat sembari meneguk wine yang ada di tangannya.

Kepala Khao terlalu pusing untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang di lontarkan teman temannya. Khao datang satu jam lebih dulu dari Pawat dan Bright, itu sebabnya Khao mabuk berat saat ini.

Lama mereka berada di bar, sudah terlalu berat mereka mabuk, itu bisa terlihat dari wajah mereka.

Pawat memincingkan matanya, dia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Nanon.

Pawat memaksakan melangkah mendekati orang itu walau kakinya sangat berat sekali untuk di langkahkan.

Belum sempat mengatakan apapun, Pawat sudah terlebih dahulu tak sadarkan diri dalam pelukan pria yang mirip dengan Nanon itu. Bukan mirip, itu memang Nanon.

INTERACTION | KHAOFIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang