15. Hujan

911 121 8
                                    

Hay Hay

•••

Untuk merayakan kesuksesan terjualnya dua ratus delapan puluh pie mereka, Win mengajak ke lima pria itu untuk berpesta di rumahnya. Tapi pesta kali ini tidak ada minuman beralkohol. Mungkin beberapa camilan dan minuman bersoda saja sudah cukup. Sebelum ke rumah Win, Mereka mengunjungi supermarket terlebih dahulu. Baru kemudian rumah Win tujuan utama mereka.

"Di teras luar aja win, kayanya seruan diluar," usul Nanon, lebih menyejukkan di luar dengan angin malam yang menemani perkumpulan mereka.

"Boleh, bantuin angkut keluar dong," Win menyetujuinya.

Rasanya tidak mungkin untuk menyatukan dua kelompok yang sangat sulit untuk berdamai itu. Di temani angin malam yang dingin, mereka semua duduk melingkar dengan camilan dan minuman soda di tengah tengah mereka.

"Gitar dong, Win," sahut Khao, dia mudah bosan.

Win mengangguk, "Bentar gue ambil ke dalem." Kemudian mengambil gitar yang di minta Khao.

"Adem banget liat kita akur kaya gini," kata Pawat sembari memperhatikan teman-temannya.

Win kembali dengan gitar yang Khao minta. Win tadi duduk di sebelah First, tapi sekarang dia duduk di sebelah Khao. "Nyanyi dong, ayo gue lagi mau nyanyi," pinta Win.

"Apasih yang engga buat lo," kata Khao sembari merangkul Win.

"Woy woy, baru akur beberapa hari aja udah pacaran," Pawat menggoda keduanya.

"Kasih tau mereka dong sayang," goda Khao masih dengan rangkulannya pada Win.

Win menoyor kepala Khao cukup keras, "Sayang sayang matamu!"

"Keren menurut gue sih lo Win dapetin Khao, ni orang susah banget jatuh cinta soalnya, gak tau deh hatinya terbuat dari apa," Bright mengejeknya.

"Gua gak pacaran sama ni bocah tengil," Win angkat suara, jujur saja hati win tengah berbunga bunga saat ini. Walaupun mulutnya menolak, tapi hatinya senang.

Ingin rasanya First pergi dari sana. Pemandangan yang sungguh tak layak untuk First lihat, sabar First sabar.

"Lucu banget ya kita kalo akur kaya gini," kata Win dengan kekehannya.

"Lucu lucu matamu! Kesempatan buat lo deketin Khao itu mah!" Gumam First sangat pelan agar tak terdengar oleh yang lain.

"Apalagi kalo lo jadi pacar gue, makin lucu deh kayaknya." Entah sengaja atau tidak, Khao sedari tadi menggoda Win dengan nada yang ia tinggikan.

Seseorang pasti merasa tidak nyaman ketika seseorang yang mereka sukai malah menjadi dekat dengan teman bahkan sahabat mereka sendiri. Itu lah yang First rasakan saat ini, jika bisa ia ingin sekali mengatakan perasaannya pada Khao, tapi itu tidak mungkin setelah apa yang di lakukan Khao padanya.

"Halah ngajak pacaran elit, jadian sulit," Win menyindirnya, untung saja Khao menganggapnya sebagai candaan saja.

Bright menyenggol tubuh Khao, "lampu ijo tuh bro."

Nanon sepertinya peka dengan satu temannya itu. Dia melihat First sepertinya kurang nyaman sekarang, Nanon tahu benar jika First itu menyukai Khao, tanpa berkata pun bisa di lihat dari gerak gerik First. Anehnya apakah win tidak bisa menilai tingkah laku First pada Khao?

Nanon mendekati First dan merangkulnya, "Panas ya? Apalagi dia temen Lo sendiri."

First meneguk minuman bersoda yang ada di tangannya, kemudian menggeleng. "Gue seneng liat win seneng."

"Bohong banget First, gue bisa liat sorot mata lo gasuka liat semua ini," Nanon saja bisa merasakan apa yang First rasakan.

First menoleh ke arah Nanon dan tersenyum padanya., "Bawa gue pergi dari sini non"

INTERACTION | KHAOFIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang