•••
"Gila, gue gak nyangka sumpah," heboh bright ketika melihat selembar kertas terpajang di mading kelas.
"Apa sih?" Tanya Nanon sambil memberikan Bright tatapan tidak suka, hanya bercanda.
"Lo gak bakal pernah percaya kalo gue masuk 10 besar," kata Bright membanggakan dirinya sendiri.
Nanon membulatkan matanya sempurna, "Hah?"
Baru kali ini Bright mendapatkan posisi ke 7 di kelasnya, sebelumnya dia masuk 20 besar bahkan 30 besar. Menurut Bright ini suatu kejadian yang cukup langka dan perlu diabadikan.
"Kaget, kan?" Tanya Bright pada Nanon.
Nanon menggeleng, "Bukan kaget karena lo peringkat 7,"
Bright mengerutkan keningnya, "Terus?"
Nanon menunjuk satu nama pada kertas yang terpajang di mading kelasnya itu.
"Ngalahin gue anjir, bisa bisanya dia ngerebut posisi gue di akhir," gerutu Nanon ketika melihat nama 'Khao' berada di peringkat ke 3 setelah win, yang pertama tentu saja First.
"Anjir lo bener, Non, nyontek ni orang gue yakin," tuduh Bright, selama ini Khao tidak pernah mendapat tiga besar di kelas.
"Lo pada salah," tiba tiba yang lain bersuara. Itu First, dia baru saja kembali dari ruang guru.
Sontak Nanon dan Bright menoleh secara bersamaan.
"Khao belajar giat banget, makannya dia bisa dapet peringkat 3," kata First.
First menyerahkan dua amplop putih pada mereka, "pengumuman buat perpisahan nanti, baca aja semua tentang acara perpisahan ada disitu."
"Thanks," Kata Nanon dan Bright secara bersamaan. Kemudian First pergi untuk membagikan sisa amplop itu.
Dua amplop tersisa di tangan First, tentu saja itu untuknya dan untuk Khao, siapa lagi.
First duduk di bangku dimana Khao sedang tertidur dengan lelap. First menatap wajah Khao yang tengah memejamkan mata itu. Senyuman di wajah First tak sengaja terukir membuat sebagian siswa memandangnya.
Khao membuka matanya perlahan-lahan mengumpulkan nyawanya. Objek yang Khao lihat pertama kali tentu saja yang tengah memandanginya sedari tadi.
Senyuman First memudar kala ia menyadari Khao yang kini menatapnya.
"Eh, nih, buat perpisahan eh surat, baca aja deh," First gelagapan.
Khao terkekeh, "Lanjutin lagi dong tatap tatapannya."
"Ih." Jujur saja First malu ketika Khao menatapnya kembali. Dia belum terbiasa.
First segera beranjak dari sana, namun tangannya di cekal oleh Khao. "Mau kemana?"
First menunjuk tempat duduknya, "Ke bangku lah."
"Tadi pagi pihak rumah sakit nelpon gue, katanya ayah udah siuman," kata Khao dengan semangat.
Senyum di wajah First kembali, "Serius?"
Khao mengangguk.
"Seneng banget dengernya, pulang sekolah kita jenguk?"
Lagi lagi Khao mengangguk.
Gerd sudah sadarkan diri dari satu hari yang lalu, hanya saja dokter belum mengizinkan siapapun menjenguk nya. Tubuhnya perlu beradaptasi setelah tak sadarkan diri cukup lama.
•••
Khao tak kuasa menahan tangisnya melihat sang ayah yang kini sudah kembali padanya.
"Ayah, Khao kangen," lirih Khao.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERACTION | KHAOFIRST
Fanfiction"Jadi gimana perasaan lo?" "..." WARNING: •BXB• •Mengandung unsur kekerasan, umpatan, dll•