Hay Hay
•••
Pulang sekolah tadi, Bright memilih untuk pergi ke rumah Pawat untuk menenangkan pikirannya.
Pawat penasaran mengapa Bright semarah itu pada Khao. Dia langsung memberikan pertanyaan untuk Bright, "sensi amat lo sama Khao. Baru kali ini gue liat lo semarah itu sama dia, toh belum ada bukti kan Khao pelakunya?"
Bright berdecak kesal, "Gak ada orang lain lagi disana, petugas dateng itu pas bocah itu pergi kan?" Katanya.
"Lo punya dendam apa sih sama Khao? Tumben tau, selama kita berempat temenan gak pernah tuh kayak gini." Iya, Pawat melihat kejanggalan dari kemarahan Bright pada Khao. Sebesar apapun kesalahan yang masing-masing perbuat, Bright tidak akan sampai marah seperti ini. Seperti ada masalah pribadi yang dia sembunyikan.
Bright menendang kaki meja belajar di kamar Pawat, "gue benci sama dia tau gak."
Tapi Pawat malah menendang kaki Bright, dia tak terima jika meja belajarnya di tendang seperti itu, kalau rusak bagaimana. "Marah sih marah, tapi jangan ngerusak barang barang gue"
"Ditambah First tuh selalu belain dia," Bright tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Dari wajahnya dia ingin mengeluarkan unek-unek tentang Khao.
Pawat terdiam sejenak mencerna perkataan temannya ini, mengapa dia harus melibatkan First. "Kenapa sama First?" Tanyanya.
Bright mengusap wajahnya dengan kasar, "kenapa harus Khao coba?" Dia meluapkan emosinya begitu saja.
"Apa masalahnya? Gak salah kan? Kecuali kalo lo emang suka sama First," celetuk Pawat, dia hanya asal menyimpulkan.
Bright mengangguk, dia sudah terlanjur mengatakan setengahnya kepada Pawat. "Iya, gue suka sama First, itu alasan kebencian gue ke Khao."
Pawat terkejut mendengar pengakuan langsung dari Bright, ini diluar perkiraan Pawat. Pawat tau selama ini Bright bukan tipe pria yang menyukai seseorang terlebih dulu, apalagi ini First yang bisa di bilang musuh mereka.
Pawat tertawa mengejek temannya itu, "Lo lagi boong kan? Kalo lo beneran suka sama tu orang, pas birthday party lo gak bakal nyuruh Khao buat nyium tu orang terus lo gak bakal nyebarin videonya. Mau ngibulin gue yang masuk akal dikit deh." Pasalnya Pawat sangat tidak percaya dengan pengakuannya, justru dia pikir jika Bright malah menyukai Win.
Bright menoyor kepala Pawat dengan keras, "gue serius anjing, lo doang yang tau nih jangan di sebar sebar! malu sat!"
Pawat meringis kesakitan, Bright tidak memakai hati saat memukul kepalanya. "Sakit tolol!"
"Pas beres party, lo pada tidur nyenyak banget. Nah, gue gak sengaja liat hp Khao. Di sana banyak notif dari First dan gak ada satupun yang di bales, songong gak sih? Yang paling parah, gue liat ada satu chat dari Khao yang kayanya bikin First sakit hati." Bright menceritakan bagaimana malam itu dia diam-diam memeriksa ponsel Khao karena penasaran.
"Kalo kata gue mah si Khao tuh tolol tau gak," Bright kesal mengingat room chat Khao yang penuh dengan pesan dari First.
"Yaudah nyatain aja, keduluan sama Khao tar uring uringan lagi," Pawat memberi usulan sekaligus mentertawakan-nya.
"Gue gengsi nyet! Udah ah gausah di bahas lagi, gedek gue rasanya pengen gue nonjok muka si Khao yang sok kecakepan itu!" Bright malu setelah jujur pada Pawat, harusnya dia tidak perlu mengaku pada Pawat. Dia sangat menyesal.
Pawat merangkul bahu Bright, "kalo menurut gue lo jangan kayak gini. Lo tanya sama Khao dia suka atau engga sama First, daripada ini ngancurin pertemanan kita kan galucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERACTION | KHAOFIRST
Фанфик"Jadi gimana perasaan lo?" "..." WARNING: •BXB• •Mengandung unsur kekerasan, umpatan, dll•