•••
Nanon sedang duduk melamun sembari mencoret coret buku catatannya. Setelah acara pelepasan jabatan tadi, para guru memperbolehkan para siswa untuk pulang. Tapi Nanon terlalu malas untuk pulang ke rumah, di rumah pasti dia akan rebahan dan bermain game. Membosankan.
Pawat tersenyum melihat target sedang sendirian. Pawat berjalan menghampiri Nanon dan mencoba mengagetkannya.
"Gak usah ganggu gue," Kata Nanon yang merasakan kehadiran seseorang di sana.
Pawat menghentikan langkahnya dan tertawa, "Kok bisa tau sih?" Tanyanya kemudian duduk dan merangkul Nanon.
Nanon menyingkirkan tangan Pawat dari bahunya, "Aura negatif lo bisa gue rasain."
Pawat lagi lagi tertawa, dia mencubit gemas hidung Nanon. "Gue negatif? Lo positif? Cocok tuh."
"Gak lucu!" Kesal Nanon karena hidungnya di cubit oleh Pawat.
"Iya emang gue gak lucu, yang lucu kan cuman lo," goda Pawat.
Sial. Kali ini Nanon tergoda oleh kata kata manis Pawat. Apa mungkin Pawat akan menggantikan posisi Bright di hati Nanon?
Takut terlalu jauh, Nanon bangkit dari tempat duduknya lalu membereskan alat alat tulisnya ke dalam tas. Nanon belum siap jika ia mulai menyukai Pawat.
Tapi sialnya pria menyebalkan bernama Pawat ini menarik tangan Nanon untuk duduk ke posisi nya kembali. "Kemana sih non?"
Nanon menepis tangan Pawat, "Pulang lah ngapain disini."
"Takut baper ya sama gue? Nanti malah suka sama gue lagi," Pawat menggodanya lagi.
Nanon menggeleng, "Amit amit gue baper sama cowo kayak lo."
Nanon bohong. Dia mengatakan ingin pulang hanya untuk menghindari Pawat, bisa gawat kalo Pawat liat Nanon mukanya merah karena nahan malu.
"Liat ekspresi lo kayak gitu udah bisa ketebak non, lo lupa kakak gue psikolog?"
Kali ini Nanon benar tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Dia lebih baik memalingkan wajahnya dan berpura pura untuk membereskan alat tulisnya.
"Minggir, gue mau pulang," suruh Nanon.
Pawat tersenyum, "Kan lewat sana bisa, kenapa gue harus minggir?"
Benar, Oh Nanon mengapa kau tidak bisa mengontrol dirimu saat ini. Jangan buat dirimu kehilangan harga diri di depan Pawat.
"Salting banget kayaknya. Setiap hari dong kayak gini, muka lo gemesin kalo lagi salting," Pawat lagi dan lagi menggodanya.
Oh Ayolah Pawat cukup. Nanon mempunyai batas untuk menutupi malunya itu. Jika bisa di dengar, Jantung Nanon berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Nanon kikuk, "Bacot!"
Nanon keluar dari bangkunya kemudian melangkah pergi dari sana. Pawat sudah cukup menyebalkan dan merusak harinya. Di tambah Pawat mengikuti Nanon sekarang keluar.
Nanon mempercepat langkahnya agar Pawat tidak bisa mengejarnya. Namun Nanon salah, Pawat masih bisa mengejarnya dan berjalan berdampingan sesuai langkah Nanon.
Nanon menghentikan langkahnya, "Mau Lo apasih?!"
Kini langkah Pawat juga terhenti, "Lo, dari dulu gue maunya lo, Non."
Nanon berdecak kesal. Dia melanjutkan langkahnya. Lagi lagi Pawat masih mengikutinya.
"Stop ikutin gue, Wat! Lo setan? Ngintilin gue mulu?" Nanon kali ini benar benar kesal dengan Pawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERACTION | KHAOFIRST
Fanfiction"Jadi gimana perasaan lo?" "..." WARNING: •BXB• •Mengandung unsur kekerasan, umpatan, dll•