Bagian 34

45 8 0
                                    

Sahabatnya Pak Nakula ternyata serbuk berlian semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sahabatnya Pak Nakula ternyata serbuk berlian semua. Berasa gak tinggal di bumi kalau gini, kewarasan cepat balik!
~Nayanika~

~••~

Langit Bali terlihat begitu indah dari atas sini, warna birunya begitu lembut dengan awan-awan putih yang menghiasi. Setelah perjalanan panjang dari San Francisco mereka sempat kembali transit di Singapura hampir empat jam, dan rasa lelah dari hari kemarin terasa langsung terangkat melihat pemandangan dari kaca di samping Jonathan. Selena masih mengingat jelas bagaimana pria disampingnya menceritakan panjang lebar mengenai kenapa dirinya begitu menyukai langit, sosok Tuan Adinata benar-benar begitu bijak di bayangan Selena.

Selena melirik Jonathan yang terlihat tenang merekam cerahnya langit Bali hari ini, Jonathan Auriga memang serupa langit, tenang dan menyejukkan. Diam-diam gadis dengan surai coklat ini melambungkan kalimat pada Tuan Adinata dimanapun pria itu berada bahwa putranya saat ini sudah menjadi seperti keinginannya, begitu tenang menghadapi segala hal, begitu bijak mengambil keputusan dan begitu hebat memeluk semua perasaan tanpa tumpah ruah kemana-mana. Tersemat sedikit rasa iri mengingat Ayahnya bahkan tidak begitu peduli pada anak-anaknya.

Auri, segala hal di hidupmu nampak sempurna kecuali tentang jatuh cinta. Apa mungkin Tuhan memang sengaja mengujimu di titik itu?

Diluar dugaan, Selena kira dirinya dan Jonathan akan dijemput oleh sopir atau pegawai pria itu. Tapi pria yang sedang tersenyum cerah dari kejauhan membuat Selena beku, untuk pertama kali setelah tiga tahun Selena bisa kembali melihat wajah itu dan ini benar-benar di luar ekspektasinya. Selena pikir paling cepat adalah besok dirinya bisa bertemu dengan kakaknya, tapi hari ini Nakula Candravika justru menjemput kedatangan mereka bahkan bersama seorang gadis yang Selena perkiraan umurnya tidak jauh dari dirinya.

Jonathan menghampiri Nakula dan memeluknya ala-ala pria pada umumnya, "Kenalin asisten gue." ujar Nakula menyadari arah pandang Jonathan.

"Naya, Pak."

"Jonathan." mereka saling menjabat tangan masing-masing.

"Oh iya, ini-"

Belum selesai Jonathan memperkenalkan Selena pada gadis di samping Nakula, pria itu sudah memeluk Selena erat membiarkan adik perempuannya mematung karena tindakan tiba-tiba darinya. Persetan dengan segala bentuk tembok yang sudah dirinya bangun bertahun-tahun lamanya, rasa bersalah dan rindunya menyeruak, ada sudut kecil di hatinya yang membuat Nakula tidak ingin lagi berpisah dengan adik perempuannya ini.

"Ele, apa kabar?" tidak ada jawaban, Selena masih bungkam tidak mengerti situasi di sekitarnya. Kepalanya mendadak beku tidak bisa berpikir dengan jernih, dan apa yang barusan dirinya dengar? Ele? Nama kecil itu, benarkah kakaknya yang mengatakan? Jika ini mimpi tolong jangan bangunkan Selena!

Jonathan menepuk pelan bahu Selena, "Di tanyain Bang Naka tuh, apa kabar katanya." tidak ada suara, hanya anggukan kecil tanda baik-baik saja.

"Nginep di vila gue apa punya lo?" Nakula mengalihkan pembicaraan melihat Selena masih dilanda keterkejutan hebat.

Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang