Bagian 14

80 14 3
                                    

Kalau Abang lagi sedih cari aku, ya!-Bintang Geminorum-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau Abang lagi sedih cari aku, ya!
-Bintang Geminorum-

~••~

Tempat ini pengap dan berdebu, Jonathan sengaja menguncinya dan mengatakan bahwa ruangan ini adalah gudang tua. Padahal di dalam ruangan ini masih berjajar rapi segala jenis alat musik, bahkan tulisan tangan dengan banyak sekali coretan masih tergeletak diatas piano di dekat jendela. Ruangan musik milik mendiang ayah mereka, Tuan Adinata.

Jonathan sengaja membuka kembali ruangan ini saat kedua adik kesayangannya sudah berlayar ke alam mimpi, hari sudah beranjak terlalu pagi untuk di sebut malam. Pukul tiga pagi disertai hawa dingin yang menusuk, juga gemericik air hujan yang turun di luar sana melengkapi suasana hati Jonathan yang kacau balau.

Di ruangan ini masih banyak foto mendiang ayah dan ibu mereka yang berjajar rapi, foto masa kecil Jonathan juga Mahendra, bahkan foto saat sang ibu hamil Bintang. Ruangan ini di kunci tepat seratus hari semenjak kepergian ayah mereka. Jonathan membenci segala bentuk hal yang berkaitan dengan musik karena kematian sang ayah, itu adalah alasan paling kuat dirinya menyerahkan sepenuhnya label musik pada sahabat ayahnya. Dan mulai hari ini terpaksa dengan berat hati dirinya kembali membuka luka lama yang berduri demi kebahagiaan adik pertamanya, Mahendra Vega Adinata.

"Ayah... Jona jahat banget ya sama Mahen?" Jonathan sempat terkekeh miris sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Padahal dia cuma mau jadi musisi kayak Ayah tapi Jona malah bikin semuanya makin rumit, Bunda juga selalu bilang kalau Jona harus berdamai, tapi kok sulit banget ya, Ayah?"

Jonathan duduk pada kursi dekat jendela, memandang potret dirinya yang tersenyum lebar bersama mendiang sang ayah di depan label musik hasil kerja keras sepasang sahabat.

"Jonathan, musik itu bahasa universal, bahasa perasaan. Ada banyak cara kita buat mengungkapkan perasaan, dan musik adalah pelampiasan paling sederhana untuk kita meluapkan semuanya."

"Tapi Jona gak bisa buat lagu kayak, Ayah..."

"Jona gak harus buat lagu kayak, Ayah."

"Terus?"

"Jona cukup jadi penggemar setianya Ayah aja, mau?"

"MAU!!"

Siluet masa lalu kembali membuat Jonathan dihantam pada kenyataan pelik, Ayahnya telah lama sekali pergi dan rindu-rindu yang kian menumpuk tidak pernah bisa terobati sama sekali. Dulu sekali Bunda akan selalu memeluknya sampai tertidur, menceritakan banyak sekali kisah hingga Jonathan lupa pada apa yang membuat bulir air matanya jatuh. Namun bahkan saat ini rindu-rindu pada Ayah menumpuk dan kian menggunung bersamaan dengan rindu-rindunya pada sang Bunda.

Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang