Bagian 18

51 9 0
                                    

Lama gak ketemu selain makin cantik lo makin gemesin ya, Lun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama gak ketemu selain makin cantik lo makin gemesin ya, Lun.
-Deka Alteza-

~••~

"Kamu bisa anggap apa yang di lakukan Jonathan itu kesalahan, tapi coba kamu ada di posisi Jonathan deh. Luka-lukanya cukup untuk jadi alasan dia egois."

"Luna, mereka itu salah. Gak seharusnya mereka ambil keputusan kayak gini."

"Terus menurut kamu perasaan itu bisa di kendalikan dengan mudah? Gak ada yang benar-benar bisa nempatin posisi akan jatuh cinta sama siapa." melihat Deka diam membuat Luna melanjutkan kalimatnya.

"Setiap orang pasti punya masalah hati sendiri-sendiri Deka, kamu gak bisa paksa perasaan ikutin peraturan norma. Dan keputusan yang mereka diambil masih bisa di pertimbangkan kok, entah itu ngelanjutin atau berhenti, toh mereka cuma lagi menikmati waktu bukannya melawan keadaan. Kamu sendiri yang bilang Jonathan juga dengan suka rela ngelepasin Hara buat Aditya, itu udah sangat cukup, kan?"

"Terus sehabis ini gimana sama perasaan Jonathan?"

"Kamu pernah mikirin perasaan Hara?" Deka kembali diam, menatap Luna dengan gamang.

"Kan? Kamu cuma terfokus sama luka-luka Jonathan sedangkan Hara? Dia juga sama terlukanya, sama-sama ngerasa kehilangan, sama-sama sakit. Dia gak pernah cerita ke kamu bukan berarti dia baik-baik aja, Deka. Kamu gak bisa pukul rata semuanya dan selalu anggap Jonathan pihak yang paling tersakiti, Hara juga maunya bareng terus sama Jona tapi tetep aja gak bisa dan gak akan pernah bisa, sampai sekarang mereka masih berdiri dibalik tembok masing-masing jadi itu udah sangat cukup. Dan stop terus-terusan anggep cinta mereka kesalahan, itu nyakitin banget, Deka!"

Luna beranjak, masuk ke dalam dapur sekedar mengambil segelas air. Rasanya dia ingin menghantam pemikiran alot Deka. Mereka tidak jadi bertemu di kafe karena Deka mengeluh sakit kepala tapi sekarang pria itu justru membuatnya sakit kepala.

"Beberapa hal hadir di dunia ini cuma buat ngajarin kita arti melepaskan, ada yang berakhir baik dan ada juga yang berakhir buruk. Tapi yang namanya selesai itu pasti sakit dan cara sembuh masing-masing orang itu beda-beda. Kalau dipikir-pikir justru aku kasihan sama Aditya." ujarnya setelah kembali duduk di samping Deka.

"Kenapa kasihan sama dia? Kan pada akhirnya Hara juga sama dia."

"Badannya emang ada sama Aditya tapi hatinya?" Deka membeku mendengar ucapan Luna.

"Aku tau siapa Aditya, dia teman dekatnya bos aku. Dia baik tau, orangnya mengayomi banget, agak gak tega kalau denger dia nikah sama orang yang cinta sama orang lain." Deka terdiam, dia merasa tertampar dengan apa yang Luna ucapkan.

Memang benar selama ini Deka selalu menutup mata akan semua rasa sakit orang lain, dirinya hanya terfokus pada sahabat-sahabatnya saja. Hingga Luna hadir kembali dalam hidupnya dan membuat Deka mengerti, akan selalu ada benang lain yang lebih kusut dari pada benang milik kita, akan selalu ada rasa sakit lain yang mungkin saja terhubung dengan rasa sakit kita.

Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang