Bagian 30

71 9 0
                                    

Tetap jadi anak kecil ya, Nay, kamu lucu kalau lagi ngambek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetap jadi anak kecil ya, Nay, kamu lucu kalau lagi ngambek.
~Nakula Candravika~

~••~

Nakaels, nama yang selalu menjadi kebanggaan untuk Nakula, nama besar yang menunjukkan bagaimana pelan-pelan karyanya dipandang dengan hebat oleh banyak mata. Tiga tahun lalu dirinya memutuskan menyimpan nama itu dan pergi ke Bali hanya untuk menghindari Selena Candravika, adik perempuan Nakula satu-satunya. Namun setelah mendengar kabar jika gadis itu ada di Chicago bekerja sebagai kurator dan bahkan berteman dengan Jonathan hatinya tergerak, rasanya seperti dirinya memiliki suatu hal yang perlu di perhatikan selain Bundanya. Gadis itu bahkan rela meninggalkan Belanda tanpa restu kedua orang tuanya demi menemui Nakula, dirinya merasa jahat sekarang.

"Pak, pengiriman ke Chicago sudah berangkat." Nakula mengangguk memandang asistennya.

Sama seperti namanya Nayanika, tatapannya begitu cantik dan memukau. Dia adalah gadis sederhana yang gigih dan pekerja keras, gadis satu-satunya yang mampu mendampingi Nakula selama dua tahun terakhir setelah banyak sekali asistennya memilih mengundurkan diri.

"Nay, kamu gak punya niatan resign?"

"Saya masih butuh makan, Pak."

"Kalau kamu resign kamu gak perlu ngadepin saya yang katamu ngeselin."

"Bapak dari bulan pertama saya kerja selalu nanya itu, emangnya Bapak gak sanggup ngasih gaji saya apa gimana sih, Pak?"

"Kasih kamu uang gaji tuh gampang, Nay, yang susah biayain kesehatan mental kamu."

"Mental saya kuat kok, Pak, masih aman kalau harus ngadepin Bapak lima tahun lagi."

"Bagus." Nakula melenggang begitu saja meninggalkan Nayanika yang menggelengkan kepala, akan selalu ada pertanyaan perihal pengunduran diri di setiap kesempatan bahkan Nayanika sudah hafal di luar kepala.

"Naya, jangan lupa galeri di kunci saya mau cuci mata dulu!" seru Nakula dari kejauhan.

"Bilang aja mau ke club, dasar!" Nayanika menggerutu pelan, bagi gadis dua puluh satu tahun ini seorang Nakula Candravika tidak lain hanyalah pria yang doyan sekali buang-buang uang dan sialnya dia merupakan seniman yang hebat.

"Tuhan tuh ciptain Pak Nakula emang kurang akhlak aja yang lainnya udah sempurna, soalnya kalau gak ada kurangnya bisa makin jadi rebutan cewek tuh orang, sekarang aja ceweknya udah kayak sebakul nasi, banyak banget gila!"

Nayanika tidak menyangkal bahwa bosnya itu menawan tapi dia juga adalah haters Nakula garis keras, habisnya Nakula itu selain buaya juga suka sekali membuat pekerjaan Nayanika menjadi dua kali lebih berat karena permintaan yang aneh-aneh. Tapi demi gaji bulanan yang menjanjikan Nayanika tetap akan menuntaskannya.

Setelah membereskan pekerjaannya gadis itu pulang dengan berjalan kaki ringan menikmati angin malam menuju rumah kontrakannya. Meskipun sangat merepotkan, bekerja dengan Nakula juga menyenangkan, pria itu tidak akan segan mengajak Nayanika menemui beberapa orang penting, membawanya ke galeri seni yang lain, mengajarkan Nayanika banyak hal. Baginya Nakula adalah anugrah dan kesengsaraan dari Tuhan dalam bentuk manusia.

"Mampir makan dulu kali, Nay, belum makan, kan?" Nayanika tersentak pelan baru menyadari jika sedari tadi ada yang melangkah di sampingnya.

"Pak Nakula?"

"Menurut kamu kalau saya ganti galeri kita jadi Nakaels gimana?" sempat tertinggal karena terkejut Nayanika berlari kecil menyeimbangkan langkahnya dengan Nakula.

"Kan galeri punya Bapak, mau di ganti jadi Tuan Nona juga terserah, saya cuma karyawan ya nurut aja yang penting gaji lancar." Nakula terkekeh pelan.

"Kamu tau Nakaels, kan?"

"Nakaels?"

"Kamu kerja di galeri seni masa gak tau Nakaels?"

"Galeri seni yang di Jakarta itu, kan? Terus kenapa?"

"Nay, kamu ini gak tau apa pura-pura gak tau sih?"

"Tau kok, Pak, galeri seni yang tiga tahun belakangan tutup itu, kan? Gak apa-apa deh kayaknya kalau namanya di pakai, orangnya juga gak akan tau, Pak."

Nakula terperangah mendengar jawaban Nayanika, "Jadi selama ini dia gak tau kalau Nakaels itu punya gue? Ini dia yang bloon apa gimana sih? Dua tahun gila, gak habis pikir gue."

"Kan namanya udah di patenkan sama pemiliknya."

"Ya kalau gitu cari yang lain aja, Pak, Navika juga bagus tuh."

"Navika?"

"Nakula Candravika disingkat jadi Navika, bagus, kan?"

"Lanika juga bagus."

"Iya bagus, Pak!"

"Lanika dari Nakula Nayanika emang bagus banget, Nay, nama anak kita nanti itu aja kali ya?"

"Kenapa sih mau ganti nama, Pak? Emang yang sekarang kenapa?"

"Pengen aja, udah bosen sama nama yang sekarang."

"Orang kaya mah beda." ledeknya pelan, pasalnya mengganti nama sama saja memperbarui izin dan itu juga butuh uang.

Mereka berjalan beriringan menuju rumah kontrakan Nayanika dengan sesekali meledek dan juga bergurau, bagi Nakula bertemu Nayanika sebagai rekan kerja adalah sebuah hadiah dari Tuhan dan membersamai gadis itu sampai nanti adalah cita-cita yang harus dirinya wujudkan, dimana lagi dia bisa menemukan gadis yang mampu memahaminya sebaik Nayanika?

Nayanika, gadis manis dengan iris mata sepekat malam. Gadis yang dua tahun lalu datang melamar pekerjaan dengan ijazah sekolah menengah atas, memohon untuk di terima dengan posisi apapun karena sudah ditolak puluhan tempat. Gadis yang sampai hari ini masih terus bekerja keras demi dirinya sendiri dan merelakan mimpi besarnya hanya karena tidak mampu bermimpi lebih tinggi selain berharap semoga esok dirinya masih bisa bekerja keras memenuhi semua tanggungan.

"Nay, jadi makan dimana? Saya yang traktir ini."

"Wah! Ke tempat langganan saya aja, Pak, dijamin enak!"

Namanya Naya, Nayanika, tidak lebih panjang dari itu, tapi semoga gadis ini bisa bersamanya dalam waktu yang sangat panjang karena Nakula tidak yakin bisa mendapatkan kenyamanan setenang ini jika bersama gadis lain.

Nayanika jangan lekas dewasa, jadilah anak kecil bila bersamaku. Aku sangat menyukai tingkah menggemaskanmu. Kamu tidak perlu takut lagi akan apapun, aku bersamamu. Aku Nakula Candravika telah jatuh hati sepenuhnya padamu, mari bersamaku selalu sampai kita menua.

Jadi jika ditanya kapan Nakula akan serius dengan seorang gadis dirinya akan dengan lantang mengatakan sekarang, jika ditanya kapan dia akan berhenti bermain dengan banyak wanita jawabannya adalah sekarang. Seolah benang takdir antara dirinya dan Nayanika memang diharuskan bertemu di Pulau Dewata, entah dengan alasan masing-masing yang sungguh tidak terduga.

Sehangat genggaman ini Nakula ingin mendekap Nayanika lebih dalam, semanis senyuman itu Nakula ingin masa depannya lebih indah tentu dengan Nayanika disampingnya, dan berdamai dengan banyak hal yang menyakitkan Nakula hanya perlu tatapan tenang Nayanika untuk tetap berdiri kokoh. Jadi bisakah Tuhan berbaik hati kali ini? Biarkan Nayanika hanya untuk Nakula seorang, jangan sampai lepas jangan dibiarkan hilang.

To be continue...

Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang