Bagian 6

142 13 7
                                    

Padahal kalau lo berani ngomong dari awal dia akan jadi milik lo seutuhnya tanpa ada yang sempat masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Padahal kalau lo berani ngomong dari awal dia akan jadi milik lo seutuhnya tanpa ada yang sempat masuk.
-Juan Narendra-

~••~

Aditya Widya Kusuma, salah satu pemilik label musik yang cukup terkenal di kalangan musisi lokal. Berkecimpung di industri hiburan membuatnya mengenal banyak sekali musisi hebat, mulai dari yang sangat terkenal hingga pendatang baru. Apalagi musisi yang merilis banyak single bahkan album melalui label miliknya. Tidak hanya itu, tak jarang bahkan dirinya menjadi komposer untuk beberapa musisi yang dekat dengannya.

"Mau sampai kapan berdiri kayak patung disana?" suara dari arah belakangnya membuat Aditya tersenyum tipis, tanpa menoleh dia sudah tau siapa orang itu.

"Hara gak akan kemana-mana." lanjutnya kemudian duduk di salah satu kursi dalam ruangan tersebut.

Ruang kerja Aditya jadi saksi begitu banyaknya cerita tentang harapan-harapan yang dia lambungkan, entah itu tentang mimpinya atau bahkan Hara Syafira.

"Pembicaraan kita kalau bukan kerjaan pasti soal Hara." Aditya kemudian melangkahkan kaki menuju kursi di sebelah sahabatnya.

Juan Narendra namanya, pemilik perusahaan entertainment lokal yang memang cukup terkenal dengan berbagai acara yang di suguhkan. Sahabat karib Aditya sejak sekolah menengah dan pastinya mengenal baik Hara.

"Boleh gue jujur soal Hara?" Aditya mengangguk sekilas, mempersilahkan Juan melanjutkan kalimatnya.

"Hara emang baik, Dit, gue gak akan ngelak dengan fakta itu. Tapi, pertanyaannya sekarang adalah, apa Hara akan cinta sama lo sebesar cinta yang lo kasih ke dia setelah kalian nikah? Atau justru hubungan kalian cuma formalitas aja nantinya?"

Aditya tersenyum manis, sangat manis bahkan. Entah apa yang dipikirkannya hingga timbul bulan sabit indah di bibirnya.

"Gue gak akan pernah bisa gantiin dia, Ju. Dia orang yang selalu ada buat Hara beberapa tahun terakhir. Cukup egois kalau gue minta Hara harus lihat ke arah gue dengan paksa karena nyatanya orang itu jauh lebih baik ngejaga Hara dari pada gue."

"Dan lo akan nerima Hara dengan hatinya yang berantakan kayak gitu?"

"Jatuh cinta sama siapapun itu hak dia tanpa bisa di campuri sama siapa aja termasuk gue dan buat dia jatuh cinta sama gue adalah hak gue, gue cuma perlu sedikit waktu aja."

Juan menatap dalam sahabatnya, nyata sekali ada kesakitan hebat di dalam dirinya dan tersenyum semanis ini justru membuatnya semakin terlihat sekarat.

"Rumit."

Aditya terkekeh pelan mendengar gumaman Juan, dirinya mengiyakan dalam diam. Rumit adalah kata yang pantas untuk hubungannya dengan Hara, tapi bukankah selalu ada masalah dalam setiap hubungan di dunia ini?

Dan kali ini Aditya hanya bisa menunggu waktu saja, menunggu agar Hara berbalik dan melihat ke arahnya. Ah, bukankah sejak lama yang dilakukan Aditya hanya menunggu tanpa berani mengatakan yang sebenarnya?

Juan tau dengan baik bagaimana Aditya memperhatikan dan menjaga Hara dari jauh. Entah apa yang sebenarnya ada di kepala Aditya hingga dia enggan satu langkah lebih dekat dengan Hara. Padahal kalau di ingat-ingat bahkan dulu Aditya dan Hara sangatlah dekat, bukankah hal itu adalah peluang yang cukup untuk setidaknya menyatakan perasaannya pada Hara Syafira, gadis manis putri tunggal keluarga Atmajaya?

***

Sudah lebih dari satu jam lamanya Hara terdiam dan larut dalam kerumitan isi pikirannya sendiri. Perkataan Jonathan dan Aditya saling bersautan dalam kepala membuatnya pening, tentang hubungannya dengan Jonathan atau pernikahannya dengan Aditya seakan membuatnya ingin meledak.

Sepaket makanan didepannya dia abaikan dengan penutup terbuka, Jonathan yang memesankannya. Pria yang genap dua minggu menjadi kekasihnya itu memang tidak pernah absen mengirimkan makan siang seperti ini.

Mengingat obrolan mereka di kedai mie ayam dekat rumah sakit membuat hatinya kembali sesak. Pertanyaan tentang bagaimana perasaan Jonathan setelahnya adalah yang paling dominan, meskipun pada akhirnya mereka akan sama-sama terluka tapi bagaimana Jonathan bisa sembuh setelahnya? Apakah Jonathan akan membuatnya menjadi orang paling asing atau masih akan tetap seperti sebelumnya?

Deringan ponsel membuat Hara bangun dari lamunannya, nama Jonathan tertera di sana. Senyum tipis terbit saat menyadari pria itu pasti sedang dalam keadaan bahagia karena pagi tadi dia memenangkan vendor besar.

"Iya, Jo?"

"Udah dimakan, Ra?"

"Baru aja aku buka makanannya, kamu udah makan?"

"Ini lagi makan, nanti di jemput jam berapa?"

"Jam pulangku tetep kok."

"Oke nanti di jemput kayak biasanya, dihabisin itu makanannya telponnya aku tutup biar kamu makan dengan tenang. See you, Sayang!"

"See you!"

Mendengar kata sayang rasanya seperti ada banyak kupu-kupu beterbangan dalam perutnya. Sederhana namun ada rasa senang yang menyeruak hebat membuatnya seolah menjadi manusia paling bahagia di bumi.

Pikirannya melanglang buan kembali pada pembicaraan mereka malam itu, tentang bagaimana pemikiran Jonathan tentang hubungan keduanya yang membuat Hara tidak bisa berkutik.

"Hara, aku tau tiga bulan itu waktu yang terlalu singkat kalau di bandingkan sama masa pertemanan kita. Tapi boleh aku minta tolong untuk gak masukin kata tiga bulan atau kata pisah dalam pembicaraan kita? Ayo bahagia bareng aku, Ra. Nikmatin masa yang kita punya dengan berpikir kalau ini akan bertahan selamanya, bisa?"

Hara tertegun saat itu, jelas sekali. Berpikir bahwa mereka akan bertahan selamanya adalah hal yang selalu dia sematkan dalam doa. Bertahan sampai menutup usia adalah angan yang selalu ingin Hara wujudkan. Tapi perasaan yang di dalamnya terdapat dua Tuhan tidak akan pernah berakhir baik kedepannya, bukankah berpegang pada apa yang kamu yakini memang harus lebih kuat dari pada cinta pada manusia?

Namun yang bisa Hara lakukan saat itu adalah mengangguk pelan, menyetujui apa yang diinginkan Jonathan. Sekedar mengisi kepingan-kepingan cerita yang belum utuh diantara mereka berdua mungkin adalah jalan untuk bisa melegakan bongkahan rasa yang semakin mengendap dalam hati, setidaknya untuk saat ini.

Notifikasi ponsel membuat Hara menoleh sekilas, pesan dari Aditya.

Aditya W.
Hara, ada waktu?
Aku mau ngobrol soal persiapan pernikahan

Dan pesan singkat dari Aditya seakan membawa Hara kembali pada kenyataan. Jatuh cinta pada Jonathan memang bukan kesalahan, tapi menyembunyikan perihal hubungannya pada Aditya adalah kebodohan. Setidaknya Hara harus memberi tahu pria itu tentang apa yang Hara jalani saat ini. Bukankah Aditya sendiri yang mengatakan pada Hara untuk jatuh cinta dan bahagia sesukanya? Sebelum mereka benar-benar resmi dalam hubungan pernikahan.

Hara Syafira
Iya ada, pulang kerja aja di Langit Cafe

Dan memilih mengenalkan Jonathan dengan Aditya adalah pilihan yang tepat menurut Hara, setidaknya agar tidak ada kesalahan pahaman karena masing-masing dari mereka mendengarnya dari orang lain. Bukankah komunikasi memang sangat diperlukan dalam keadaan apapun?

To be continue...

Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang