Aku kira sudah mengenalmu dengan baik, tapi hari ini aku menyadari bahwa aku tidak mengenalmu sama sekali. Siapa sebenarnya kamu? Siapa kalian?
~Selena Candravika~~••~
"Kan aku udah bilang aku gak pengen resign!"
Seruan Luna menggelegar dalam rumah besar keluarga Adinata, tampak dari lantai dua Jonathan dan dua bocah tengil sedang menikmati kacang polong sembari menonton keributan di bawah sana, sedangkan di sofa ruang tengah sudah berjejer rapi Aditya, Hara dan Juan yang meringis pelan akibat seruan itu. Keributan antara dua pasang anak adam yang sebentar lagi menikah kembali terjadi dan ini adalah rekor paling tinggi dalam bulan ini.
"Aku tuh masih pengen kerja, Deka, aku gak mau diem aja di rumah."
"Iya tau, makanya aku buatin kamu usaha."
"Kan belum ramai juga, aku masih bisa kerja di Luminar."
"Tapi kerja disana bikin kamu dua kali lebih capek." Luna terdiam.
"Bulan ini aja kamu udah sempat sakit bahkan sampai dirawat, belum lagi bulan-bulan sebelumnya."
"Aku gak mau dikekang kayak gini, Deka."
"Aku gak akan protektif kayak gini kalau kamu bisa jaga badan, Sayang. Kamu aja sering lembur, pola makan gak pernah bener, badan di forsir terus tapi gak diimbangin sama pola hidup sehat. Aku makin kesini makin khawatir, kamu selalu aja nyepelin jadwal makan akunya yang was-was. Dari awal aku gak masalah kamu kerja di Luminar, iyakan? Aku cuma minta kamu jaga kesehatan kamu, itu aja. Tapi kamu selalu nyepelin itu, yang kelabakan aku Laluna, aku takut kamu kenapa-napa."
Deka tidak mengatakannya dengan amarah, dirinya benar-benar pandai menjaga emosi di depan kekasihnya. Nadanya lembut tanpa bentakan atau seruan sama sekali, agar setiap perkataanya dapat didengarkan kekasihnya dengan baik. Deka tahu benar bahwa Luna adalah gadis yang sangat keras kepala, ketika emosinya meledak dirinya hanya perlu di beri pengertian dengan cara yang lembut. Tidak perlu omelan pedas atau perkataan kasar karena hal itu sama saja membunuhnya perlahan, perkataan tajam bisa menjadi belati paling mematikan untuk gadis seperti Laluna Mirea.
Gadisnya terdiam, ada setitik rasa bersalah dalam diri Deka sudah mengatakan hal ini panjang lebar di depan banyak orang. Tapi dirinya bisa apa jika Luna sendiri datang dan langsung marah-marah padanya di depan mereka semua? Perlahan Deka mendekat, membawa Luna pada dekapannya agar sedikitnya kekasihnya ini dapat tenang.
"Aku masih mau kerja di sana, Deka. Izinin aku..." suaranya lirih, tangisnya meledak sedetik setelah pelukan hangat Deka terbalaskan. Deka masih belum menjawab atau mengangguk samar, peluknya mengerat sembari usapan lembut jatuh pada punggung sang gadis.
"Kenapa sih drama percintaan mereka tuh ada aja?" celetuk Gabriel.
"Biar ada bumbunya tuh emang harus berantem." Bintang menjawab dengan enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓
Fanfic//Bagian Pertama Adinata Bersaudara// [Kita Yang Selalu Ingin] Bukankah langit setia memeluk senja? Entah saat masih merah merekah bahagia, Atau bahkan saat hitam legam penuh duka. Sampai akhirnya senja hilang ditelan malam, Berganti esok fajar deng...