Andai abang tau sedekat apapun kalau bukan kita tempat berbagi rasanya tetap asing.
-Bintang Geminorum-~••~
"Bang Jona kok belum pulang ya?"
"Kan tadi udah kasih kabar nganterin Kak Hara dulu."
"Bang Jona gak peka!"
"Lah, ya bilang kalau emang pengen Bang Jona pulang cepet."
"Binta laper, Bang."
Rengekan dari Bintang membuat Mahendra merotasi bola matanya. Adik satu-satunya ini memang sangat rewel jika sudah menyangkut isi perut. Tidak lama suara pintu utama terbuka membuat gerakan tangan Mahendra yang akan menelpon sang kakak berhenti. Benar, Jonathan pulang. Dengan membawa dua kotak martabak kesukaan kedua adik kesayangannya.
"Bang Jona!"
Pekikan senang Bintang menyambut kepulangan Jonathan, rasanya Jonathan seperti di sambut oleh anaknya saat Bintang memeluknya erat. Namun sesaat kemudian dia merasa ditipu setelah Bintang mengambil bungkusan ditangannya dan meninggalkan dirinya di ruang tamu.
Jonathan hanya bisa terkekeh pelan melihat tingkah adik bungsunya, senyum tipis penuh makna mengembang saat melihat Bintang dan Mahendra makan dengan lahap di ruang makan. Mereka adalah lentera rumah ini, salah satu alasan kuat Jonathan bisa setegar hari ini.
"Makannya pelan-pelan, nanti kalau kurang Abang beliin lagi."
Bintang hanya mengangguk penuh semangat, dia kelaparan berat sepertinya.
"Bang, apa kabar Kak Hara?"
Mahendra membuka pertanyaan setelah merasa cukup dengan beberapa potong martabak, melihat sang kakak pulang dengan pikiran runyam membuatnya tidak bisa hanya diam.
"Baik kok, masih sehat, masih normal juga napasnya."
"Sebenernya kalau napasnya gak normal Bintang bisa ngasih napas buatan."
Mahendra terkekeh pelan mendengarnya, dia paham Bintang sedang jengkel dengan jawaban Jonathan.
"Kelamaan, mending Abang aja yang ngasih."
"Yeeee maunya!"
Bintang sudah menghabiskan satu kotak martabak miliknya juga separuh porsi milik Mahendra. Dan saat ini dirinya sedang bertopang dagu menatap kedua kakaknya bergantian.
"Bang, Bintang sama Bang Mahen mau ikut acara band di Luminar. Boleh?"
Hening. Jonathan tidak menjawab sama sekali, dirinya termenung menatap Mahendra dalam. Tersirat sesuatu dari tatapan matanya yang entah apa itu.
"Kalau abang bilang jangan emang kamu bakal batalin?" pertanyaan yang sukses membuat Mahendra tersentak pelan.
"Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓
Fiksi Penggemar//Bagian Pertama Adinata Bersaudara// [Kita Yang Selalu Ingin] Bukankah langit setia memeluk senja? Entah saat masih merah merekah bahagia, Atau bahkan saat hitam legam penuh duka. Sampai akhirnya senja hilang ditelan malam, Berganti esok fajar deng...