Bodoh banget kalau gue bilang semuanya akan baik-baik aja, karena gue juga tahu kalau lo hampir mati gara-gara putus asa, Jo.
-Deka Alteza-~••~
"10:15."
"Deka! Lo gak capek apa dari tadi kayak gitu?"
"Gue gak capek sama sekali kok, hari ini gak ada jadwal ngajar."
"Anjing emang!"
Jonathan benar-benar ingin menghantam kepala teman-temannya ini. Sedari tadi mereka bertengkar dengan permasalahan yang sama, yang satunya sedang fokus melukis untuk acara pameran dan satu lagi entah ada angin apa runtut sekali menginfokan jam setiap menitnya.
"10:16."
"Lo ada masalah apa sih, Ka?"
"Masalah akan datang 14 menit lagi." baiklah Jonathan ingin meledak rasanya.
"Bang Deka! Bintang udah dapet nomernya Bu Cantika!" suara menggelegar dari arah pintu membuat Deka menghela napas.
"Masalah datang lebih cepat ternyata."
Sudah bukan hal aneh lagi jika Bintang selalu menjadi si tengil yang menjengkelkan dan sasaran paling sering selain teman-temannya adalah Deka Alteza, salah satu sahabat Jonathan yang anehnya justru tidak bisa lepas dari si bungsu Adinata itu.
Deka Alteza adalah salah satu dosen di Fakultas Hukum yang terkenal tegas dan tidak bisa di bantah, apa yang di katakannya mutlak tanpa bisa ditawar. Dan entah kemana perginya ketegasan dan wajah ketusnya jika bertemu dengan Bintang juga Mahendra, dirinya bisa menjadi sosok yang sangat berbeda. Istilah pasarannya "banting harga", Deka bisa sampai memohon-mohon jika sudah sangat frustasi dengan kelakuan Bintang.
"Bu Cantika guru mana lagi?"
Bukan, bukan Deka yang menjawab tapi Jonathan. Dia sebenarnya selalu menikmati perseteruan antara Bintang dan Deka yang menurutnya menyenangkan namun untuk hari ini dia ingin melerai dulu, biarkan mereka berdamai sementara waktu sampai Nakula menyelesaikan lukisan terakhirnya.
Ah iya! Nakula Candravika, pelukis dan pemilik galeri seni yang memang selalu mampu membuat penikmatnya takjub. Indah dan memukau adalah kata yang paling cocok untuk lukisan karya Nakula.
Pria yang-- tidak bisa dibilang penuh sabar juga, apalagi berhadapan dengan kekonyolan Deka yang sungguh beragam bisa langsung habis tingkat sabarnya, Deka itu meskipun terlihat garang dan sinis di kampus dia sebenarnya kekanakan juga apalagi bila berhadapan dengan Bintang Geminorum, mereka bisa langsung berubah seperti anak umur lima tahun yang berebut mainan.
Kembali pada Nakula, dia ini sangat teliti dan memang orang tuanya adalah pelukis jadi darah seni mengalir sangat kental dalam dirinya tidak heran jika melukis adalah sebagian dari hidupnya. Tidak butuh waktu lama sebenarnya untuk Nakula menyelesaikan karya-karyanya tapi dengan omelan Deka yang dari tadi tidak berhenti maka kali ini mungkin lukisannya akan selesai sedikit lebih lama. Apalagi sekarang ditambah keberadaan Bintang disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru || Johnny Suh (Completed)✓
Fanfic//Bagian Pertama Adinata Bersaudara// [Kita Yang Selalu Ingin] Bukankah langit setia memeluk senja? Entah saat masih merah merekah bahagia, Atau bahkan saat hitam legam penuh duka. Sampai akhirnya senja hilang ditelan malam, Berganti esok fajar deng...