DAVEL 8

122 61 6
                                    

Malam hari, bintang- bintang sangat indah menyinari kegelapan. Saat ini Velisya sedang berada di pantulan cermin, menatap dirinya dengan senang, bercampur sedih.

Pintu di buka oleh Siska, lalu Siska berjalan ke arah Velisya."Lo kenapa belum pak make up sih!"

"Aku gak pandai kak,"cicit Velisya dari dulu dia memang tak pernah memegang hal yang berhubungan dengan perhiasan. Rasanya sungguh tak menarik dia hanya tertarik kepada buku.

Siska menghela nafas berat, dengan berat hati Sika mendandani Velisya.

"Lepas kacamata lo!" titah Siska dengan tatapan lekat.

"Gak mau ka-,"

"LEPAS!"potong Siska dengan cepat, Siska tak suka omongannya di bantah.

Dengan tangan gemetaran Velisya membuka kacamatanya, matanya memang tidak ada rabun cuman, Velisya suka memakai kacamata tersebut. Karena itu adalah peninggalan dari Mamanya yang ia punya.

"Cantik,"batin Siska menatap Velisya di pantulan kaca. Kalau dilihat-lihat wajahnya Velisya sangat mirip sama Mamanya.

"Kakak Kenapa ngelamun?"tanya Velisya yang melihat Siska menatap kosong.

"Gak ada,"elak Siska sadar dengan lamunannya. Bisa-bisanya dia memuji si cupu.

Selama di perjalanan, Velisya menatap jalanan yang sangat ramai, ia tidak suka keramaian tapi Velisya sangat takut kesepian.

Sesampainya di cafe Dirgantara milik Papanya Kevin, mereka berjalan ke arah keluarga Dirgantara.

"Kamu jangan malu-maluin!"bisik Najwa tepat di telinga Velisya. Velisya hanya menganggukkan kepalanya, pertanda mengerti.

Daniel menatap Velisya dari atas sampai ke bawah, ia tak percaya bahwa dihadapannya ini adalah Velisya yang dijadikannya babu sekolah.

Dress berwarna hitam sangat menyatu di badan nya menambah kecantikan Velisya.Velisya yang merasa di perhatikan oleh Daniel langsung menunduk malu.

Daniel dengan cepat memalingkan wajahnya,lagipula cantikan pacar-pacarnya dari pada Velisya.

"Mari duduk,"ajak Prilly tersenyum kecil.

Mereka pun mendudukkan diri Mereka di bangku elegan, acara pertunangan ini sangat privasi, tidak ada seseorang yang di undang bahkan teman Daniel. Hanya keluarga terdekat saja.

"Langsung pasangin cincin aja,"goda Arjuna menyenggol lengan Daniel.

Daniel pun mengambil dari sakunya cincin berlian yang berharga ratusan jutaan, bukan Daniel yang membelinya, tapi Prilly Mamanya. Daniel memasang cincin di jari Kelingking Velisya.

"Akhirnya."Prilly tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ma-af aku terlambat," ucap Kevin terbata bata.
Mata Kevin langsung menatap Velisya, Kevin kagum melihat kecantikan Velisya.

"Duduk dulu!"titah Arjuna sambil menepuk bangku yang kosong.

Sedangkan Siska hatinya sangat senang, mengetahui Kevin datang. Pasti Velisya sudah kecewa kalau mengetahui semuanya.

"Ka-mu kok ada di sini?"tanya Velisya menatap Kevin.

"Dia itu Abang, dari Daniel," jawab Arjuna karena Kevin hanya diam.

"Aku pergi." Velisya meninggalkan Cafe tersebut lalu, Velisya berlari dengan perasaan kecewa.

Kevin berniat mengejar Velisya, tapi tangannya sudah di cekal oleh Daniel.

"Biar gue aja yang jelasin."

Velisya berjalan sambil menangis, Velisya menatap kakinya yang sudah terluka akibat jatuh saat berlari tadi.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang