DAVEL 34

62 18 5
                                    

Pagi ini Velisya membawa buku yang banyak atau lebih tepatnya lebih banyak, Velisya sampai kesusahan membawa buku. Ini semua adalah permintaan dari Pak Saleh mau menolak Velisya tak enak hati.

Brak
Velisya tak sengaja menabrak seseorang karena tak terlalu fokus dengan jalannya.

Pria di harapannya menatap sinis, lalu mendekatkan dirinya dengan Velisya. "Lo punya mata gak sih!"bentak pria yang ada di hadapan Velisya, sedangkan Velisya sibuk mengambilnya buku di lantai, yang sudah berjatuhan.

"Maaf kak, aku gak sengaja."

"Maaf, maaf. Makanya kalau jalan itu pake mata!"pria bertubuh tinggi tersebut, menaikkan suaranya sehingga Velisya kaget.

Daniel yang melihat Velisya tidak jauh dari pandangannya mulai berlari, untuk mendekatinya Velisya.

"Ada apa nih?"tanya Daniel kepada Velisya, seraya melihat seorang pria menatap Velisya dengan wajah datar.

"Nih, cewek jalan gak pake mata!"ucap pria tersebut dengan nada tak suka.

"Kan, aku sudah minta maaf."jawab Velisya dengan suara pelan.

Daniel melihat pria yang ada dihadapan ini, Daniel seperti pernah bertemu dengannya, wajahnya tak asing bagi Daniel, setelah Daniel melihat name tag pria tersebut Daniel membulatkan matanya, kaget.

"Lo bukannya Garrel ya? Tetangga gue dulu kan?"tanya Daniel, pria tersebut melotot tak percaya, sekaligus bingung. Kenapa Daniel mengetahui namanya.

Pria tersebut berfikir sejenak, lalu merangkul bahu Daniel seraya menepuk-nepuknya.
"Ternyata kita bisa ketemu di sini ya! Dunia sempit banget,"ucap Garrel terkekeh ringan, Daniel dengan Garrel pernah tetanggaan waktu Daniel masih SD, tapi karena Garrel pergi, jadi mereka harus lost contact deh.

Velisya diam menyimak kejadian yang ada dihadapan, dia tidak tau apa yang mereka bahas.

"Oh, iya. Soal tadi lo harus tanggungjawab!"

"Kan, aku udah bilang maaf,"jawab Velisya dengan nada pelan.

"Maaf, aja gak cukup udah berapa kali gue bilang!"

"Udahlah bro, maafin aja. Lagipula dia gak sengaja-kan?"ucap Daniel, dengan polosnya Velisya mengangguk kecil, Garrel berfikir sejenak, lalu mengangguk tersenyum simpul kepada Daniel.

"Yaudah, gue maafin."

"Makasih ya."Velisya  tersenyum hangat, yang di balas dengan wajah datar, tak ada balasannya.

"Yaudah lah bro, mending kita pergi. Gue rindu tau gak sama lo!"ucap Garrel di selangi kekehen ringan.

"Lebay lo."Daniel tertawa lepas, sejak SD Garrel dan Daniel sudah berteman dari kelas satu sampai enam, tapi karena Mama Andryan meninggal pada waktu kelulusan, alhasil Garrel jadi pindah rumah.

"Garrel, kayaknya aku familiar sama nama itu."batin Velisya.

****
Di kantin suasana ramai sekali, antrian begitu panjang, tapi tak sulit bagi Kevin untuk melewati antrian tersebut lalu memesan makanannya.

Kevin dan Bryan duduk di bangku yang berada di pertengahan, karena yang pojok sudah di isi murid-murid lainnya. Seperti biasa Siska selalu datang untuk menggoda Kevin, ya. Walaupun jawabannya tetap sama Kevin tetap mengacuhkan Siska.

"Kamu kenapa sih selalu ngehindarin aku?"tanya Siska menghentakkan kakinya kesal.

"Terserah gue lah!"jawab Daniel singkat, tapi memberikan luka batin kepada Siska sekaligus malu soalnya di kantin banyak murid-murid.

Karena kesal, Siska pergi begitu saja. Berlari supaya rasa malunya menurun, dia tak mau berlama-lama di sini, bisa-bisa dirinya di bully.

Siska tak melihat jalannya, dia berlari di koridor sekolah, sambil melihat ke bawah, karena tak fokus dengan jalannya. Siska sampai menabrak pria bertubuh tinggi.

"Sorry gue gak sengaja."Siska hendak pergi tapi tangannya sudah di cekal seorang pria, Siska menoleh ke belakang dengan tatapan heran.

"Kenapa?"tanya Siska dengan wajah juteknya.

"Kenapa? Lo masih bilang kenapa? Hp gue jatuh!"

"Gue udah bilang maaf. Lo jangan nyolot gitu dong!"bentak Siska tak terima.

"Maaf, gak bikin HP gue bagus."ucap pria tersebut, sedangkan Siska hanya memutar bola matanya, malas.

"Yaudah, gue ganti besok deh. Soalnya gue gak bawa duit cash."jawab Siska dengan wajah angkuhnya.

"KTP lo mana?"

Siska menaikkan alisnya sebelah, KTP katanya. Sedangkan Siska saja belum mengurus KTP dia, ya. Walaupun Siska sudah lebih dari tujuh belas tahun.

"KTP gue gak ada. Belum di urus,"

"Yaudah, kalau gitu jaminannya apa?"tanya Pria tersebut dengan wajah datar.

Siska melepaskan kalung yang ada di lehernya, lalu memberikan ke pria tersebut.
"Ini kalung penting buat gue, jadi lo bisa buat jaminan."

"Oke, yaudah kalau gitu gue tunggu besok pertanggungjawaban lo!"pria tersebut meninggalkan Siska.

Bel sudah berbunyi pertanda masuk, Siska menghentakkan kakinya geram, padahal dirinya belum sempat ke toilet untuk pakai make up.

Suasana jam pelajaran hening, karena seluruh siswa mencatat, lebih tepatnya sebagian. Karena, Daniel dan temannya sibuk  bermain handphone, Siska dan juga Bintang sama juga, dan Keinzy seperti biasa pekerjaan dia selalu tidur saat jam pelajaran.

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa bel sudah berbunyi pertanda pulang. Velisya memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, selesai.

Keinzy dan Velisya berjalan bergandengan tak memperdulikan keadaan sekelilingnya, Keinzy sangat yakin kalau mereka sudah di bicarakan, bagaimana tidak tadi Keinzy mendengar salah satu perempuan menyebut namanya, dia hanya bersikap acuh tak acuh.

"Keinzy."panggil pria di dari belakang, tanpa menoleh ke belakang Keinzy sudah tau itu adalah Kevin.

Keinzy diam lalu menyuruh Velisya duluan, karena Daniel sudah menunggu Velisya di parkiran. Keinzy tak enak hati kalau Velisya menunggunya.

"Apa?"tanya Keinzy dengan nada cuek.

"Yaelah, lo masih marah sama gue?"tanya Kevin terkekeh melihat wajah Keinzy, begitu gemas.

"Ngak. Mau bilang apa sih?"tanya Keinzy geram karena Kevin tidak langsung ke intinya saja.

"Besok kan hari minggu-,"

"Terus?"tanya Keinzy memotong perkataan yang di lontarkan oleh Kevin.

"Jangan di potong, gue gak suka."

"Gue mau ngajak lo liburan, anggap aja sebagai permintaan maaf gue."

"Serius nih? Tapi hari Minggu gue kerja deh,"jawab Keinzy dengan wajah lesu.

"Tenang aja, cafe itu kan punya bokap gue. Kalau lo lupa!"

Keinzy menjitak kepalanya,  dia lupa kalau yang ada  di hadapannya ini adalah anak dari bosnya.

"Yaudah, gue mau asalkan...."

"Asalkan apa?"tanya Kevin penasaran, karena Keinzy tak melanjutkan perkataannya.

"Asalkan lo yang jemput gue."

"Gue kira apaan. Yaudah kalau gitu kita bareng yok pacar."

Keinzy diam terpaku, lalu tertawa lepas karena kata terakhir yang di ucapkan oleh Kevin membuatnya sakit perut.

"Apa sih? perasaan gue lagi gak bercanda,"tanya  Kevin dengan heran karena melihat Keinzy tertawa begitu kuat, untung saja hanya mereka yang ada di sekolah ini, semua sudah berpulangan, ralat kecuali pak satpam.

"Kenapa kalian masih di sini?"tanya Pak Asep seorang satpam dari Nusantara Jaya.

"Tadi ada rapat OSIS pak,"jawab Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Yaudah. Kalian pulang langsung, tidak baik berduaan begini takut ada setan loh!"

"Kan ada Bapak?  Berarti Bapak dong setannya."Keinzy tertawa lepas seraya memegang perut nya, Sedangkan Kevin hanya terkekeh geli saja.

Pak Asep hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, bingung. Kenapa dirinya di sebut setan.

Sebelum next, jangan lupa vote and komen ya! Biar author makin semangat up><

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang