DAVEL 55

47 1 0
                                    

"Masa lalu itu bukan pemenang, kalau dia pemenang dia akan jadi masa depan!"


Di ruangan suasana begitu mencekam, mata seorang pria paruh baya menatap pria yang ada dihadapannya.

Kevin yang merasa di pandang Papanya seperti itu, merasa risih. Arjuna, dia seperti melihat musuh di hadapannya.

"Ternyata kamu sama aja seperti Daniel, sama-sama pembangkan!"bentak Arjuna dengan menaikkan nada suaranya, sehingga Kevin refleks kaget.

"Kalau kamu belum jauh-in dia, Papa bakal kasih dia perhitungan!"

"Papa, gak usah ganggu Keinzy, dia gak salah apa-apa Pa!"tekan Kevin dengan tatapan tajam.

"Dia itu bukan siapa-siapa, dia hanya anak orang miskin!"

Kevin yang mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan oleh Arjuna, hanya bisa diam.

"Bukannya Papa dulu, juga orang miskin ya!"

Plak
Satu tamparan sudah mendarat di pipi seorang pria yang memiliki mata setajam elang, dia hanya bisa menahan emosi-nya. Kevin tidak mungkin menampar balik Arjuna.

"Kalau kamu belum jauh-in dia, Papa akan kasih dia perhitungan, dan perlu kamu tahu kalau Papa gak pernah main-main sama ucapan Papa!"setelah mengucapkan itu Arjuna pergi ke luar dari ruangan kerjanya.

Kevin hanya bisa mengepalkan kedua tangannya, Kevin mengambil handphone dari sakunya lalu dia membuka aplikasi WhatsApp-nya.

Keinzy><

Kita putus, maaf.

Kevin kembali memasukkan handphone ke saku lalu pergi.

***

Di ruang tamu suasana yang dari dulu hanya ada kecanggungan, kini berbeda. Velisya akhirnya bisa tertawa bebas, tanpa ada pikiran. Ralat, dia masih memikirkan Daniel.

"Mama kamu dulu, itu cantik banget tau. Tante aja kadang iri,"kata Najwa menampakkan foto Kakaknya.

"Cantik, Tante."lanjut Siska dia tersenyum lalu mengusap foto Mamanya dengan perasaan haru.

"Mirip sama kamu, Velisya."Najwa menaikkan kedua sudut bibirnya, lalu menatap Velisya dengan lembut. Velisya hanya bisa tersenyum lalu melihat foto-foto Mamanya kembali.

"Gimana soal lo sama Daniel, lo udah putusin dia belum?"tanya Siska menaikkan alisnya sebelah.

Velisya hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Besok aja kak, nunggu waktu yang tepat!"

Najwa merangkul bahu Velisya, lalu mengelus pundaknya.
"Kalau kamu gak tahan dengan hubungan kalian, kamu bebas kok untuk milih, kamu mau bertahan atau pergi. Soalnya Tante yakin Mama kamu bakal senang kalau lihat kamu senang juga."

Velisya yang terharu dengan ucapan Najwa mendekap erat tubuh Najwa lalu meneteskan air mata bahagia.

"Ikut dong."Siska memeluk Velisya dan Najwa yang sudah duluan ber-dekapan.

****
Keinzy berjalan dengan wajah lesu, keadaannya kini sangat mengerikan, mata yang sembab, dan rambut yang acak-acakan.

Seorang wanita dari kejauhan sudah melihat Keinzy dengan ekspresi yang murung, dia melangkahkan kakinya untuk mendekat.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang