DAVEL 18

111 39 1
                                    

"Biar lo tambah cantik mending kacamatanya di buka aja."Keinzy membuka kacamata Velisya dengan lembut. "Cantik banget, gue jadi insecure,"

Velisya menahan rasa malunya, memang yang dibilang Keinzy itu benar, saat ini Velisya sangat terlihat begitu cantik.

Rambut yang di gerai, di tambah lagi make up di wajahnya. Menambah kecantikan Velisya.

"Kita mau kemana?"tanya Velisya yang melihat taksinya berjalan ke arah cafe.

"Tenang aja, bentar lagi sampai kok!"Keinzy menaikan sudut bibirnya. Keinzy masih teringat rencana mereka untuk mengajak Daniel dan Velisya dinner.

"Kalian tau-kan? Kalau Velisya sama Daniel tunangan?"tanya Velisya di mobil.

Gavin, dan Marvin melihat secara bergantian, lalu mengangguk.

"Gimana kalau kalian bantuin gue buat dekatin mereka? gue kasihan sama Velisya. Masa dia nikah sama pria yang gak mencintainya,"

"Nikah?"tanya Marvin mengerutkan keningnya.

"Iya. Katanya bentar lagi mereka mau dinikahkan,"ucap Keinzy. "Masa Lo gak tau sih?"

"Kita gak tau,"ucap mereka serempak.

"Udah, kembali ke topik tadi aja. Kalian mau gak bantu gue?"

"Bantu apa?"

"Kalian ajak Daniel ke cafe butterfly, bisa gak?"

"Bisa. Kalau soal itu gampang deh,"

"Oke, gue kabarin besok ya..."

****
Daniel bingung dengan sahabatnya, ini bukan jalan untuk ke Club yang sering mereka datangin.

"Ini mau kemana sih? kalian gak mau bunuh gue kan?"ucap Daniel dengan histeris. Dia menatap Marvin yang sedang menyetir.

"Santai aja,"jawab Marvin yang masih sibuk mengemudi.

"Kenapa gue harus pake jas sih?"tanya Daniel heran. "Kita kan cuman mau ke Club, kenapa harus rapi-rapi gini,"protes Daniel.

Sungguh Daniel heran dengan sikap dua sahabatnya.

Mobil berhenti di cafe Butterfly, Daniel turun dan tak lupa dengan dua sahabatnya juga ikut turun. Putra mengambil handphonenya dari saku.

Gavin
"Kita udah nyampe nih, kalian dimana?"

Keinzy
Bentar lagi kami nyampe, jalanan masih macet.

Gavin memasukkan handphonenya kembali ke dalam sakunya.
"Kita duduk sebelah sana aja yuk? yang paling belakang!"ajak Gavin, menarik lengan Daniel.

"Ini bukan Club goblok!"Daniel menghempaskan tangan Gavin dengan kasar.

"Iya. Memang bukan Club. Tenang aja nanti lo juga bakal suka,"Marvin terkekeh ringan.

"Santai aja kali,"ucap Gavin yang melihat sikap Daniel sangat lebay.

Sudah sepuluh menit mereka menunggu, tapi tak ada yang datang datang. Daniel berdiri.

"Eits...Lo sabar dulu."Marvin, menarik lengan Daniel. Lalu mengajaknya untuk duduk kembali.

Velisya berjalan dengan ketakutan, soalnya sepatu yang dia pake tumitnya tinggi. Velisya tak biasa memakai heels setinggi ini.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang