DAVEL 24

95 43 7
                                    

Di meja Sarapan, sudah ada keluarga kecil Daniel. Yaitu Arjuna, dan Prilly sudah ada dihadapan Velisya. Sedangkan Kevin dan Daniel ada di sampingnya.

"Gimana soal yang kemarin Papa bilang? kalian sudah siap menikah?"tanya Arjuna, menatap Velisya dengan intens.

Pftt
Velisya tersedak, akibat mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan Arjuna. Dengan lihai Kevin langsung memberinya minuman.

"Nih, makanya Kalau makan itu pelan- pelan,"ucap Kevin dengan perhatian, Daniel yang melihat kepedulian Kevin langsung merasa cemburu.

"Makasih."Velisya tersenyum hangat kepada Kevin

"Bicaranya nanti aja Pa, soalnya masih makan,"saran Prilly, Daniel mengangguk menyetujui ucapan Mamanya.

Setelah selesai makan, suasana sangat cangung bagi Velisya, jantungnya berdetak lebih kencang.
Arjuna berdehem lalu membuka suara.

"Gimana?"tanyanya melihat Velisya dan Daniel secara bergantian.

"Gimana kalau pernikahannya di perpanjang Pa,"ucap Daniel memberanikan dirinya.

"Kenapa?"Arjuna menaikkan alisnya.

"Aku belum siap Pa. Lagi pula aku butuh waktu untuk mencintai Velisya. Masa kami nikah tanpa rasa cinta,"

Deg
Jantung Velisya berdetak kencang, rasa kecewanya sungguh besar dengan apa yang baru saja ia dengar. Jadi apa gunanya selama ini dia rela menuruti semua permintaan Daniel?terus Daniel memberinya perhatian yang lebih.

Velisya sadari ini adalah kesalahannya, terlalu berharap kepada Daniel.

"Benar yang dibilang Daniel Pa,"ucap Prilly membenarkan ucapan anak terakhirnya.

Sedangkan Kevin dia hanya diam, menyimak. Terkadang matanya menatap sekilas Velisya.

"Fine. Papa kasih kalian kesempatan selama satu bulan,"

"Makasih Pa,"ucap Daniel menaikkan kedua sudut bibirnya, satu bulan sudah termasuk waktu yang lama bukan.

"Kamu setuju gak?"tanya Prilly Kepada Velisya.

"Setuju, Tan,"

Saat ini Velisya sedang mencuci piring, di wastafel. Bukan di suruh oleh Prilly tapi ini kemauan Velisya sendiri. Karena pembantu dirumah ini sedang pulang kampung. Alhasil Prilly mengiyakannya karena dia ada urusan dibutik.

"Mau gue bantu,"ucap Kevin yang baru saja datang.

"Gak u-sah,"ucap Velisya dengan gugup.

"Lo tau kan gue gak nerima penolakan,"ucap Kevin lalu dia menyusun piring tersebut ke dalam rak piring.

Selesai menyuci piring, Kevin mengajak Velisya untuk ke kamar Karin. Mata Velisya tak pernah berhenti memandang keindahan yang ada di kamar.

kamar yang bercorak barbie, di tambah lagi dengan fasilitasnya begitu lengkap.Sedangkan Daniel dia lebih memilih rebahan di kamar daripada menemani Velisya.

"Biasa aja kali lihatnya,"ucap Kevin yang melihat wajah Velisya serius melihat sebuah barang-barang yang ada di situ.

"Kamarnya cantik,"ucapnya lalu menaikkan kedua sudut bibirnya.

Velisya melangkahkan kakinya menuju foto yang ada di meja. Velisya memegang foto tersebut dengan perasaan iba. Kalau dilihat-lihat Karin dan dirinya memang sangat mirip, bedanya Velisya memakai kacamata, sedangkan Karin tidak.

"Mirip kan sama lo,"ucap Kevin menatap foto Karin dengan tatapan sendu.

Velisya tersenyum manis, tangannya mengelus foto tersebut, dengan lembut."Cantik."

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang