DAVEL 9

118 56 2
                                    


Saat ini Velisya sedang menulis sebuah catatan kecil, dari dulu Velisya sangat suka menulis Qutes. Karena menurutnya ketika dia menulis tentang Qutes yang berhubungan dengan kehidupannya, ada perasaan lega dalam dirinya.

Dunia itu jahat kenapa harus aku yang mengalami semuanya! Kenapa harus ada perpisahan? kenapa harus aku yang menahan semua rasa sakit? Aku juga berhak bahagia bukan.
Velisya nesyani.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Velisya merebahkan diri di kasur lalu memejamkan matanya.

Suasana masih sejuk, saat ini Velisya sedang memasak, dia bangun subuh supaya bisa cepat pergi ke sekolah soalnya hari ini dia piket.

Najwa dan Siska turun dari tangga mereka menuju ke meja makan, dengan wajah datar mereka memandang Velisya yang sedang menyiapkan makanan.

"Kamu gak dekat-dekat lagi kan sama Kevin?" tanya Najwa dengan suara yang lumayan keras.

"Gak Tan."Velisya menggelengkan kepalanya.

"Bagus,"Najwa tersenyum smirk.

***
"Velisya, VELISYA,"

Velisya menoleh ke arah belakang, saat mendengar seseorang memanggil namanya dengan suara yang lumayan keras. Velisya melihat Keinzy yang sedang berlari ke arahnya.

"Apa?"tanya Velisya dengan lembut.

"Gak ada. Hehehe," Keinzy menyengir menampakkan giginya.

"Yaudah deh. Aku duluan soalnya mau piket," Velisya pergi meninggalkan Keinzy.

"Dih, malah ditinggalin," Keinzy berlari mengikuti Velisya.

Bel sudah berbunyi pertanda masuk,seluruh siswa memasuki aula sekolah untuk apel pagi.

Bu Irma menyampaikan amanat, tentang kebersihan sekolah, sedangkan siswa lain hanya sebagian yang mendengarkan, lebihnya mereka malah asik dengan kegiatan masing masing.

Daniel juga sibuk menggoda cewek yang ada di depan barisannya.
"Keinzy lo cantik banget deh hari ini," Daniel mengedipkan sebelah matanya ke arah Keinzy.

Keinzy memutar bola matanya malas, kenapa harus ada seseorang seperti Daniel yang tak bosan menggangunya.

Putra menyenggol lengan Daniel, saat melihat ada cincin di jari kelingking Daniel. "Lo udah tunangan?"tanyanya.

"Gak,"ucap Daniel, berbohong, padahal baru kemarin dirinya memasang cincin kepada Velisya.

Velisya yang mendengar ucapan Daniel, hanya tersenyum paksa. Dia menahan rasa sakit di hatinya. Sakit sekali rasanya gak dianggap.

Selesai apel pagi, seluruh siswa berhamburan ke kelas mereka. Velisya mendudukkan dirinya di bangku lalu membuka bukunya.

"Kerjain pr gue dong!"Daniel meletakkan bukunya di meja Velisya.

Velisya hanya menganggukkan kepalanya tak menjawab.

"Sok cuek lo!" sarkas Daniel, karena Velisya hanya diam.

Velisya yang mendengar pernyataan Daniel hanya diam, tak berniat mengubris perkataan Daniel. Moodnya sudah hilang.

Di kantin seperti biasa Seluruh siswa makan di warung Bu Ina, termasuk Velisya ia lebih sering ke kantin. Karena Keinzy selalu memaksanya.

"Kenalin gue dong! sama cowok itu. Kan lo udah janji," Keinzy memohon mohon.

"Iyah deh,"Velisya menghela nafas panjang.

Keinzy dengan semangat menarik tangan Velisya. Mereka mendudukkan diri mereka di samping Kevin dan temannya.

Kevin menoleh ke arah samping, ia tersenyum kecil kepada Velisya, sedangkan Keinzy ia sok manis.

"Hai, kami boleh duduk di sini gak," ucap Velisya tersenyum.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang