DAVEL 53

38 0 0
                                    

Keinzy menangis tersedu-sedu, dia mengurung diri di kamar, hari ini dia libur, karena kondisi dia juga sedang tidak baik-baik saja, fisiknya lelah, dan juga otaknya. Dia masih belum menyangka Kevin akan benar-benar menjauhinya.

Keinzy mengambil handphonenya, lalu masuk ke aplikasi WhatsApp. Dia mencari nama pria yang mampu membuat dirinya tak karuan.

Mas pacar 💐

"Kamu marah sama aku ya?"

"Ayo dong, aku gak bisa tanpa notif dari kamu."

"Aku kangen banget sama kamu, kamu gak ada niat balas chat aku."

"Aku salah apa ya? Kalau kamu ada masalah cerita, jangan pendam sendiri."

"I Miss you, Mas pacar."

MAS PACAR 💐
"BERISIK."

Apa katanya berisik? Keinzy hanya bertanya tentang kabar dari sang kekasihnya, emang salah ya?

Keinzy ada hanya punya dua pilihan yaitu bertahan tanpa kepastian, atau menyerah demi kebaikan batinnya.

****
Di koridor sekolah Keinzy berjalan dengan wajah sembab, matanya terlihat bengkak, bagaimana tidak. Keinzy menangis dari jam sembilan sampai jam sebelas, dua jam dia menangisi pria yang sama sekali tak peduli dengannya. Terlihat bodoh memang, tapi bukan cinta namanya kalau tidak membuat manusia bodoh, dan juga buta.

Keinzy melihat seorang pria sedang berbincang dengan wanita yang tak lain wanita itu adalah wanita yang tidak tidak di sukai oleh Keinzy.

Keinzy melangkah-kan kakinya dengan perasaan yang menggebu-gebu, tangannya sudah panas. Rasanya dia ingin menampar wanita tersebut, tapi karena ini masih di lingkungan sekolah, Keinzy harus bisa menahan emosinya.

"Ternyata begini kelakuan kamu, aku capek nunggu kamu balas chat aku, tapi kamu kayaknya gak peduli deh. Malah asik ngobrol sama cewek ini."Keinzy menatap sengit Dinda setelah mengucapkan kata tersebut, Keinzy pergi. Kalau dia berlama-lama di sini pasti dia akan kehilangan kendali.

'maaf.'batin Kevin, dia menatap punggung Keinzy yang sudah menjauh, ini juga bukan keinginan Kevin.

"Cupu, lo kenapa bisa cantik? Habis open ya?"

"Velisya, jadi pacar gue aja. Gue kaya kok."

"Velisya jadi pacar gue aja, gue punya hati yang kosong nih."

Cibir-cibiran begitu terdengar di telinga Velisya, Velisya hanya bisa menunduk ketakutan, tangannya sudah berkeringat dingin.

Seorang wanita dengan tatapan tajam datang lalu merangkul Velisya, Velisya mendongak menatap seorang yang merangkul-nya.

"Siapa tadi yang bilang Velisya open? Sini maju lawan gue kalau berani!"bentak Siska melihat sekeliling, semua siswa-siswi yang ada di situ pura-pura tidak mendengar.

"Kalau ada yang mau nyakitin Velisya, harus lawan kakak-nya dulu!"setelah mengucapkan itu, Siska membawa Siska ke dalam kelas, terlihat dari wajah Velisya dia masih ketakutan.

"Siska kakak Velisya ya?"

"Kenapa gue baru tau sih."

"Kalau gue sih udah tau dari lama, cuman malas aja bilang-bilang sama orang, gak penting."

Seluruh siswa-siswi Nusantara Jaya sibuk membahas Siska dan juga Velisya. Mereka masih tak menyangka kalau Velisya dan Siska memiliki ikatan darah.

"Lo cinta sama Velisya beneran? Atau karena paksaan dari Kevin. Gue gak yakin sih ini cuman hanya terpaksa doang!"seorang wanita berdecak pinggang menatap pria yang masih sibuk menghembuskan asap rokok.

"Kalau gue bilang gue cinta sama dia, dia bakal balik gak? Gak-kan,"kata Daniel lalu menatap ke depan dengan tatapan kosong.

"Lo bodoh Daniel, lo lebih mentingin sifat egois lo. Lo tau gak? Dia selama ini gak pernah pacaran. Dan juga gue tau kalau di udah benar-benar suka sama lo. Tapi lo aja yang gak peka, dia rela bangun biar buat sarapan sama lo, dia rela begadang demi pr lo, padahal lo bisa buat sendiri, dan gue lebih gak nyangka lagi dia mudah maafin seorang yang udah nyakitin dia."lirih Keinzy dengan suara bergetar, Keinzy tak bisa bohong kalau dia benar-benar terharu melihat perjuangan Velisya selama ini.

Velisya wanita yang kuat, kalau Keinzy ada di posisi Velisya, dia lebih memilih mati. Daripada harus menerima kenyataan kalau dunia dan permainannya begitu jahat.

Daniel diam, mencerna semua perkataan yang baru saja di lontarkan oleh Keinzy, dia menatap Keinzy dengan tatapan yang sulit di jabarkan.

"Tau apa lo tentang gue!"

"Gue gak tau banyak tentang lo, tapi yang pasti gue tau kalau lo adalah manusia yang mementingkan gengsi, sama kayak Abang lo!"Keinzy pergi dengan kesal, ngak Abang sama Adek. Sama aja, sama-sama susah di bilangin.

Niatnya Keinzy ingin menasehati Daniel, supaya dia berjuang, sama seperti Velisya berjuang, tapi apa yang ia dapat. Keinzy sangat kesal melihat Daniel. Manusia keras kepala, manusia yang mirip dengan batu.

****
"Velisya, gue tau gue salah. Gue minta maaf, gue gak bisa janji, tapi gue akan berusaha buat jadi sahabat terbaik lo!"

Velisya hanya diam, dia masih sibuk membaca buku, sedangkan Keinzy masih tak berhenti membujuk Velisya yang sedang marah kepadanya.

"Lo tau gak sih? Kevin sama lo, sama-sama marah sama gue, gue gak tau harus berbuat apa."lirih Keinzy sedangkan Velisya masih diam membaca bukunya.

Velisya menutup bukunya, lalu menatap Keinzy dengan tatapan tajam, ini pertama kali Velisya menatap Keinzy seperti itu.

"Aku gak peduli, dan stop buat sok peduli sama aku, kalau itu semua hanya omong kosong, aku gak butuh di kasihani!"

Velisya pergi dari perpustakaan, niatnya Velisya ingin menenangkan pikirannya.

Keinzy berjalan dengan lesu, rasanya semangat Keinzy sudah hilang, bagaikan di telan bumi.

"Kenapa tuh muka?"

Keinzy menatap ke belakang melihat seorang yang berbicara tapi nihil, tak ada seorangpun.

"Gue ada di samping lo!"

Keinzy melototkan kedua matanya, melihat pria ini dengan perasaan kesal, beruntung saja Keinzy tak pingsan karena kaget.

"Kenapa di tekuk? Beberapa hari gue sering lihat lo murung, kayak gak pernah di kasih makan."

"Emang!"

"Yaudah kalau gitu, ayok makan!"

"Ngak usah, lagi pula udah masuk, nanti gue kena hukum."

"Udah tenang aja, hari ini ada rapat, soalnya guru-guru mau membahas ujian kelulusan,"kata Arya dengan menaikkan kedua sudut bibirnya, Arya menarik lengan Keinzy untuk pergi ke kantin.

Keinzy hanya bisa pasrah, lagipula dia tak mungkin dia berteriak, bisa-bisa dia di bilang orang gila.

Arya mengantar pesanan tak lepas dengan senyuman manis, dia meletakkan di meja mie ayam dengan teh manis.

"Lo kenapa sih? Ada masalah sama Kevin?"

"Hm,"gumam Keinzy dengan wajah cemberut, dia memakan mie ayam dengan tak selera.

"Kevin itu aneh tau, dia suka berubah-ubah. Kadang dia bucin, kadang dia cuek, gue jadi bingung."Siska menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia menyeruput minumannya dengan perasaan yang masih kesal. Sedangkan Arya dia menaikkan kedua sudut bibirnya.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang