DAVEL 19

106 38 1
                                    

"kalian habis dari mana sih?"tanya Siska yang masih penasaran.

"Udah gue bilang bukan urusan lo!"ucapnya dengan tegas. "Bilang sama Tante Najwa gue pulang ya!"Daniel pergi begitu saja setelah mengucapkan itu.

Siska mengepalkan kedua tangannya. "Gak tunangannya, gak si cupu sama aja! sama-sama ngeselin!"Siska menghentakkan kakinya dengan perasaan geram.

"Kamu kenapa sayang?"tanya Najwa yang baru saja pulang dari kantor.

"Itu Tan, Velisya tadi pergi sama Kevin,"ucap Siska berbohong.

"Sekarang dia dimana?"tanya Najwa seperti emosi.

"Dia udah tidur Tan, mending Tante marahi dia besok aja."Siska menaikkan sudut bibirnya.

Daniel terus memikirkan kejadian tadi, apa yang baru saja mereka lakukan bersama Velisya sungguh terngiang-ngiang di otaknya. Lagi-lagi ia tersenyum seperti orang yang baru saja jatuh cinta.

"Gue gak mungkin sama si cupu kan?"batin Daniel ini sudah berapa kali muncul dibenaknya.

****
Velisya bangun lebih cepat daripada sebelumnya, Velisya tersenyum sekilas mengingat kejadian semalam. Velisya merasakan semuanya seperti mimpi indah. Andai Daniel selalu bersikap lembut kepadanya.

Setelah selesai, dengan acara siap-siapnya Velisya menghidangkan makanan di meja sarapan. Najwa turun lalu menatap Velisya dengan tatapan tajam.

"Habis dari mana kamu semalam?"tanya Najwa seperti membentak.

"Aku habis main, Tan,"jawab Velisya dengan suara bergetar.

Plak
Satu tamparan mendarat di pipi Velisya, Velisya merasakan panas di sekujur tubuhnya. Padahal punggungnya saja belum saja sembuh. Ditambah lagi sekarang tamparan yang membuat pipinya memerah. Kurang sakit apalagj hidupnya.

"Kamu saya besarkan bukan buat jadi Jalang!"Najwa membentak Velisya.

Velisya diam, Velisya sakit hati bukan karena tamparan yang di berikan oleh Najwa, tapi perkataan yang baru saja dilontarkan Tantenya.

"Aku bukan jalang. Tante,"lirih Velisya dengan mata yang berkaca-kaca.

Siska tersenyum seperti setan, rasanya Siska sangat senang Jika Velisya merasakan kesakitan.

Velisya pergi ke sekolah menaiki taksi, Velisya sengaja pergi lebih cepat. Karena Velisya tau kalau Daniel akan menjemputnya. Sesampainya dikelas Velisya memejamkan matanya, lalu menjadikan tas sebagai bantal untuk dia tidur.

Saat berjalan menuju kelas, mata Kevin tak sengaja menangkap Velisya yang sedang tidur, Kevin berjalan ke arah Velisya. Lalu memandang Velisya dengan tatapan sendu.

"Gue yakin lo pasti banyak masalah, tapi kenapa lo gak pernah ceritain sama gue sih,"Kevin berbicara sendiri, lalu mengelus rambut Velisya dengan lembut.

Velisya terbangun dari tidurnya, karena merasakan seseorang ada disampingnya. Mata Velisya kaget melihat Kevin yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit dijabarkan.

"Kam-u ngapain disini?"tanya Velisya dengan terbata-bata.

"Gue cuman mau duduk di samping lo! emang salah?"tanya Kevin menaikkan alisnya sebelah.

Velisya menggelengkan kepalanya "ngak kok,"

"Lo kenapa tidur di kelas?"tanya Kevin seperti khawatir. Mata Kevin menatap mata Velisya yang sembab.
"Mata lo kenapa sembab?"tanyanya lagi.

"Aku habis begadang,"ucap Velisya berbohong.

"Begadang ngapain?"

"Biasa. Ngerjain pr," Velisya terkekeh ringan.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang