DAVEL 32

71 29 24
                                    

Di rooftop, disinilah kedua remaja mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, sambil menatap awan yang mendung.

"Lo kenapa ngajak gue kesini? Padahal-kan, gue ada rapat OSIS tau."

"Bentar doang, gak lama kok!"

"Yaudah,  lo mau bilang apa?"

"Gue cuman bingung kemarin-kan lo bilang kita harus pacaran bohongan. Supaya Daniel mau tunangan sama Velisya. Jadi selama ini lo buat dia taruhan gitu?"tanya Keinzy dengan nada tak suka.

"B-ukan,"elak Kevin dengan nada gugup, karena Keinzy sudah mengetahuinya. Keinzy sangat sadar, kalau Kevin sedang berbohong terlihat dari matanya.

"Gue gak nyangka kalian dua jahat banget, gimana kalau Velisya tau!"bentak Keinzy karena terlalu kecewa dengan mereka berdua.

"Maaf."Kevin menunduk, baru kali ini Keinzy mendengar kata maaf dari Kevin, ucapannya terlihat begitu tulus. Tapi tetap saja Keinzy kecewa dengan pola pikir mereka.

"Terus kebohongan apa lagi yang gue gak tau?"

"Gak ada."Kevin menggeleng kecil, lalu mendekatkan langkahnya kepada Keinzy.

"Gue mohon lo jangan bilang sama Keinzy dong, soalnya ini demi Mama gue!"pinta Kevin dengan wajah serius.

"Gue gak janji."Keinzy memutar bola matanya malas, padahal Keinzy sudah berfikir kalau Kevin adalah pria bijak, ternyata dugaannya salah besar.

****
Di kantin, banyak siswa yang menikmati makanan mereka sedangkan Keinzy hanya fokus pada satu objek yaitu meja yang ada dihadapan mereka, sedari tadi Keinzy merasa risih dengan tingkah Siska.

"Kamu mau apa sayang? Biar aku yang pesan."Siska menggenggam tangan Kevin yang dibalas dengan wajah datar.

"Gue gak mau pesan apa-apa, lagi gak selera."tolak Kevin yang membuat wajah Siska murung.

"Mending lo pergi deh!"pinta Kevin dengan nada tak bersahabat.

"Lo pergi aja deh,"sahut Bryan yang melihat wajah Kevin sudah memerah, Bryan sangat paham kalau Kevin tak mau di ganggu.

"Yaudah, kalau gitu aku pamit ya. Kamu harus makan!"Siska melambaikan tangan, yang sama sekali tak dibalas Kevin.

Velisya sudah menyelesaikan kegiatan makanannya, sedangkan Keinzy sedari tadi dia hanya menusuk-nusuk bakso dengan sendok garpu ditambah lagi dengan tatapannya begitu kosong.

"Kamu gak makan? Kasian tau baksonya."Velisya terkekeh ringan.

"Gue lagi gak selera tau!"

"Kamu lagi marahan sama Kevin ya?"tanya Velisya yang dibalas pelototan oleh Keinzy, karena suara Velisya begitu keras bagaimana kalau Kevin mendengarnya.

"Gak ada. Gue cuman lagi bete aja,"jawab Keinzy, Keinzy tidak mau Velisya tau. Kalau Daniel dan Kevin menjadikan Velisya taruhan.

Jam pelajaran sudah berbunyi, untuk sekarang jam pelajaran mereka kosong karena guru ada rapat.

Kelas Velisya begitu heboh, ada yang bernyanyi gak jelas, dan ada juga yang tidur dan tak lupa juga bermain game.

Siska dia hanya sibuk bermain handphone, disampingnya ada Bintang. Mereka tak peduli dengan keadaan sekitar mereka.

Sedangkan Velisya, seperti biasa dia membaca novel yang baru saja ia ambil dari perpustakaan. Saat mendengar seseorang pria bernyanyi, Velisya menoleh ke arah suara itu, suara yang begitu lembut.

Secrets i have held in my heart
Are harder to hide than i thought
Maybe i just  wanna be yours
I wanna be yours

I Wanna be yours
Wanna be yours
Wanna be yours
Wanna be yours

Setelah menyanyikan sedikit lagu dari Alexander David, Daniel menatap Velisya dengan tatapan lekat, seakan membuktikan bahwa lagu ini ia bawakan untuk Velisya.

"Gue mencium bau-bau jatuh cinta nih."Gavin dengan sengaja menyenggol lengan Daniel.

"Apaan sih lo ganggu mulu,"balas Daniel dengan wajah tak suka.

"Jangan di ganggu, dia mau lihat bidadari surga dia tau,"sahut Marvin terkekeh geli, wajah Daniel memerah, ini pertama kali mereka melihat Daniel salah tingkah.

Velisya menoleh ke arah Daniel sebentar, benar dugaannya kalau sedari tadi Daniel menatapnya. Dengan malu Velisya memalingkan wajahnya, kenapa Daniel selalu saja membuat jantung berdetak lebih kencang.

"Lo kenapa Velisya?"tanya Keinzy yang melihat wajah Velisya merah, seperti tomat.

"Aku gak papa kok,"elak Velisya lalu membaca bukunya.

Keinzy menatap ke arah pandang Velisya tadi, ternyata ada buaya yang lagi melirik-lirik Velisya, pantas saja wajah Velisya merah seperti tomat.

"Dasar buaya licik,"batin Keinzy, semenjak Keinzy tau fakta bahwa mereka membuat Velisya jadi taruhan, Keinzy sangat kesal dengan wajah mereka.

Jam pelajaran sudah berbunyi, pertanda pulang seluruh siswa sudah pulang. Velisya dan Keinzy berjalan beriringan.

"Keinzy,"panggil seorang pria dari belakang, Keinzy menoleh ke belakang lalu menarik pergelangan tangan Velisya supaya berjalan lebih cepat.

Bukannya menyerah, pria itu malah berlari supaya bisa lebih dekat.

"Kenapa lari-lari gini sih? Aku capek tau!"Velisya memegang perutnya, karena Keinzy menyuruhnya untuk lari.

"Aku gak kuat."Velisya menyerah, karena perutnya sudah sakit, dia tak terbiasa untuk lari.

"Ya, dia udah dekat. Yaudah deh gue nyerah Kasihan lo!"

Kevin mendekat, setelah Kevin sampai dia menghembuskan nafasnya rasanya Keinzy begitu cepat berlari.

"Lo kenapa sih? gue-kan udah minta maaf."

"Lo yang kenapa ngejar-ngejar kita!"

"Emang salah?"tanya Kevin yang masih tak merasa bersalah.

"SALAH!"Keinzy berdecak pinggan lalu memutar bola matanya malas.

"Aku duluan aja deh, kalian urus aja masalah kalian. Soalnya Daniel sudah nungguin aku."Velisya pergi dengan langkah pelan-pelan karena masih lelah.

"Hati-hati,"teriak Keinzy karena jarak mereka sudah jauh, Velisya mengacungkan jempolnya.

"Apa sih? Gak jelas banget jadi manusia!"Keinzy menghentakkan kakinya, kesal.

"Lo kenapa sih? Gue juga udah minta maaf."Kevin mengelus rambut Keinzy dengan lembut.

"Maaf itu gak cukup tau!"

"Jadi lo maunya apa?"tanya Kevin dengan suara khasnya.

"Gue gak tau."Keinzy menggelengkan kepalanya, sedangkan Kevin hanya memutar bola matanya, kenapa saat Kevin sudah berusaha lembut, Keinzy malah menghilangkan seleranya.

"Yaudah, gue antar lo ya!"

"Gue gak ma-,"

Belum selesai melanjutkan perkataannya, tangan  Keinzy sudah ditarik Kevin, Keinzy menghentakkan kakinya kesal.

"Lo kenapa sih."Kevin berhenti, lalu mendekatkan jaraknya kepada Keinzy, jarak yang begitu dekat sehingga Keinzy bisa merasakan aroma mint dari mulut Kevin.

Keadaan Keinzy sekarang panas dingin, dia tak berani menatap wajah Kevin karena ketakutan, alhasil dia menunduk saja.

Kevin mengangkat dagu Keinzy dengan jarinya begitu lembut, tapi Keinzy sangat mengakui kalau tangan Kevin begitu wangi.

"Jangan nunduk nanti mahkota lo jatuh!"pinta Kevin lalu mengulas senyuman hangat.

"Apasih sok iya lo!"Keinzy mencubit pinggang Kevin dengan kuat sehingga Kevin meringis kesakitan.

"Badan doang gede! Giliran di cubit wajahnya kayak bayi yang gak dikasih susu!"Keinzy terkekeh geli melihat wajah Kevin seperti bayi besar.

Udah part 32 aja nih, jangan lupa kasih bintang ya! Biar author makin semangat.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang