DAVEL 59

90 2 0
                                    

Di kelas suasana sangat hening, ujian sedang berlangsung. Karena ini adalah pertengahan semester.

Pak Saleh menatap intens para murid-murid yang ada dihadapannya. Seorang wanita mengacak rambutnya frustasi, Keinzy dia sama sekali tak mengerti, bagaimana tidak. Dia saja tidak belajar.

"Ini gimana sih!"

"Makanya kalau malam itu belajar, bukan chating-an sama pacar. Kamu kira pacar kamu bisa bantu kamu!"sindir pak Saleh, Keinzy yang mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan oleh Pak Saleh hanya bisa terkekeh.

"Pak, ini kenapa susah semua sih!"

"Mana ada yang susah. Kamu aja Marvin gak belajar!"

"Saya belajar pak, walaupun lima menit."

Tiga puluh menit sudah berlalu, akhirnya kertas jawaban diberikan kepada Pak Saleh. Mereka semua berpulang-an.

Velisya, dia masih sibuk mencari-cari barang. Daniel datang mendekatkan langkahnya ke arah Velisya.

"Nyari apa?"tanya Daniel yang melihat wajah Velisya kebingungan.

"Aku nyari gelang, tapi aku lupa dimana naro-nya."

Daniel juga membantu Velisya untuk mencari gelang, Daniel sudah melihat di laci Velisya, tapi tidak ada.

Lima menit sudah berlalu, tapi mereka berdua tak kunjung menemukan gelangnya.

"Mungkin kamu lupa naro-nya dimana. Nanti liat aja di rumah!""

Velisya membelalakkan matanya, dia kaget dengan tutur kata Daniel. Tidak biasanya Daniel mau berkata kamu kepada Velisya. Biasanya pasti Lo-gue.

"Kenapa?"tanya Daniel kebingungan.

"Tumben kamu panggil aku gitu."

"Emang salah?"dengan cepat Velisya menggelengkan kepalanya, bohong besar kalau ia tidak suka di panggil seperti itu. Velisya seperti merasa dihargai jika dipanggil seperti itu.

"Yaudah, pulang yuk!"ajak Daniel lalu menarik lengan Velisya dengan lembut. Velisya merasakan kalau jantungnya sekarang tidak aman.

Gandengan Daniel membuat Velisya seperti merasa nyaman. Dia merasa kalau Daniel adalah rumah keduanya. Velisya berharap ini akan bertahan lama. Dia tidak ingin Daniel pergi dalam hidupnya,  dia sudah terlalu nyaman dengan Daniel.

Kenyamanan adalah kunci dari hubungan, bagaimana kita bisa menjalani hubungan tanpa perasaan nyaman. Itu sama aja bohong!

"Makasih."

Daniel tiba-tiba mengehentikan langkahnya, dia menatap mata hazel Velisya. Tatapan matanya begitu lekat, sehingga Velisya tidak berani menatap balik Daniel.

"Buat apa?"

"Makasih, kamu udah mau jadi rumah kedua aku. Kalau kamu gak ada, aku pasti akan rasa dunia aku gelap, gak ada warna sama sekali."

"Gak usah ngomong gitu. Aku gak suka. Aku senang jadi rumah kamu. Dan kamu juga harus percaya kalau aku akan jadi rumah buat kamu, aku siap menampung semuanya. Aku siap menampung luka kamu, aku siap menampung kebahagian kamu."

Velisya merasa tersentuh dengan ucapan yang baru saja dilontarkan Daniel. Karena tak tahan air matanya keluar.

Daniel mengelap air mata Velisya dengan tangannya, dua detik kemudian ia mendekap erat tubuh gadis tersebut.

"Jangan pernah berfikir kalau kamu sendiri, aku ada buat kamu Velisya."Daniel mengelus rambut Velisya lalu mengecup kening Velisya.

****
"Kamu masih marah?"tanya seorang pria, dari tadi ia sudah berusaha membujuk gadisnya. Tapi sayangnya gadis tersebut masih tekad untuk ngambek.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang