DAVEL 12

117 46 5
                                    

Saat ini Velisya sedang berada di kamar Najwa, dia memberanikan diri untuk bertanya kepada Najwa walaupun harus ngumpulin keberanian, soalnya Velisya sangat yakin kalau ia akan dimarahi.

"kamu harus mau menikah! Tante gak mau urus kamu! kamu itu cuman beban di rumah ini,"ujar Najwa dengan nada membentak.

"Aku gak cinta sama Daniel Tan, lagipula aku masih sekolah,"lirih Velisya menahan air mata supaya tidak terjatuh dia tak ingin terlihat lemah kali ini.

"Tante gak mau tau! kamu udah jadi beban gak tahu diri lagi!"Najwa menatap Velisya dengan tatapan tajam. "Harusnya kamu itu mati, bukan kakak saya!"sambung Najwa.

"Aku juga gak pengen semua terjadi Tan, disini aku juga korban," jawab Velisya dengan suara bergetar.

Velisya juga korban, tapi kenapa di sini semua seolah-olah dia yang berbuat hal tersebut, tidak. Kalau Velisya takdirnya akan seperti ini, maka dia akan memilih tidak terlahir di dunia yang jahat ini.

Plak
Satu tamparan mendarat di pipi Velisya, Velisya memegang pipinya yang sudah panas akibat perbuatan dari Tantenya.

"Kamu gak usah ngelawan!"Najwa mendorong Velisya Sehingga Velisya, tersungkur ke lantai.

"Pergi kamu!"titah Najwa dengan emosi yang menggebu-gebu.

Velisya berdiri, lalu pergi meninggalkan Najwa Velisya mencoba menahan tangisnya. Tapi sayang dia tak bisa.

Velisya adalah wanita cengeng, hatinya sangat rapuh. Dibentak saja Velisya sudah mengeluarkan air mata.

***
Di kamar Daniel uring-uringan memikirkan perkataanya tadi, ia merasa kalau sudah berlebihan. Membentak Velisya.

Pintu terbuka, Prilly duduk di sofa. "Mama minta tolong sama kamu. Kamu harus mau terima perjodohan ini!"pinta Prilly  seraya menatap Daniel dengan tatapan yang sulit dijabarkan.

"Ma, aku gak mau sama dia. Emang gak ada cewek lain lagi? kenapa harus dia!"Daniel memanyunkan bibirnya.

"Emang dia kenapa?"tanya Prilly. "Lagi pula Mama lihat dia cantik, sama dia mirip banget sama adik kamu." Prilly tersenyum hangat.

Daniel menatap Mamanya dengan tatapan lekat, entah kenapa hatinya merasa tersentuh, jika mendengar nama Karin.

Daniel menghela nafas panjang. "Aku coba pikirin dulu yah Ma,"

"Nah gitu dong, baru anak mama!"Prilly menepuk pundak Daniel.

"Mama minta kamu ajak Velisya ke rumah. Mama bosan gak ada teman,"lanjut Prilly tersenyum.

"Iyah. Deh,"ucap Daniel pasrah.

Daniel mengambil kunci motornya, lalu pergi dengan pakaian senada kaos oversize berwarna hitam dan celana pendek warna hitam. Ditambah lagi rambut acak-acakan menambah damage-nya.

Sesampainya Daniel mengetuk pintu, dia menatap Siska yang sudah ada di hadapannya dengan wajah datar. "Si cupu mana?"tanya Daniel langsung ke inti.

"Di kamar," jawab Siska seadanya. "Bentar gue panggil!"

Siska berjalan ke lantai atas, lalu masuk ke kamar Velisya, Siska sudah yakin kalau Velisya pasti belajar.

 "Cupu, turun sana! lo dipanggil sama Daniel,"ucap Siska dengan wajah juteknya.

Velisya menatap ke arah Siska, lalu mengerutkan keningnya.
"Ngapain kak?"tanya Velisya penasaran.

"Mana gue tau, mending lo samperin aja deh!"setelah mengatakan itu Siska pergi begitu saja.

Velisya merapikan bukunya, setelah selesai Velisya berjalan ke lantai bawah. Saat sampai, Velisya melihat Daniel yang sibuk dengan handphonenya, Daniel sama sekali tak menyadari kalau Velisya sudah ada.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang