DAVEL 39

46 5 0
                                    

"Papa juga harus ngertiin kami berdua, kami juga pengen ngerasain kasih sayang seorang Papa, bukan cuman duit."


Malam yang sejuk, cuacanya begitu tenang. Seperti biasa Kevin selalu berada di balkon. Tapi kali ini beda, yang dulunya Kevin melamun kini dia sedang vidio call dengan wanita pujaan hatinya.

"Kamu gak kedinginan? Udah malam tau."tanya Keinzy yang sedang rebahan, kali ini Keinzy pulang lebih cepat. Jadi dia bisa menghabiskan waktu bersama Kevin, ya. Walaupun dari jauh, tapi tak apa Keinzy juga merasa senang jika melihat wajah Kevin.

"Ngak, aku udah biasa kok."jawab Kevin sambil menyeruput kopinya.

"Cie, udah bisa bilang aku nih. Biasanya gue."Keinzy terkekeh geli, sedangkan Kevin hanya memutar bola mata nya malas, jika ini bukan keinginan Keinzy mana mau dia Kevin bicara seperti itu.

"Matanya gak boleh sinis gitu dong. Sama pacar sendiri."goda Keinzy sambil mengedipkan matanya sebelah, lalu tertawa lepas.

"Eh. Udah dulu ya! Aku mau ngerjain file, tadi aku lupa!"Kevin menepuk keningnya, perasaan dia tadi ke balkon untuk mengerjakan file yang di suruh Arjuna bukan pacaran.

"Iyah. Dah sayang."

"Bilang apa?"tanya Kevin, yang pura-pura tidak mendengar, padahal telinganya mendengar begitu jelas, kalau Keinzy memanggil dirinya dengan panggilan sayang.

"Gak bilang apa-apa."

"Aku gak dengar, coba ulang deh."

"Dahh sayanggg."ucap Keinzy dengan nada panjang, lalu mematikan vc, Keinzy sebenarnya malu mengucapkan itu, walaupun mereka sudah resmi pacaran.

Kevin hanya tersenyum, melihat tingkah gemas pacarnya, lalu Kevin mengambil laptop, supaya mengerjakan file dia tadi di suruh Arjuna untuk men-list anak yang bandel di sekolah Nusantara Jaya.

Daniel, Marvin, Gavin. Nama mereka tiga sudah tertera di sana. Kevin tidak terlalu heran, bagaimana tidak selama Kevin menjadi ketua OSIS dia sering menghukum mereka bertiga.

Arjuna melemparkan sebuah kertas kepada Daniel, dengan tatapan tajam. Daniel hanya mampu melihat sekilas lalu kembali menatap handphonenya kembali.

"Kamu lihat Papa!"titah Arjuna dengan rahang yang mengeras, emosinya sedang meluap-luap beberapa hari ini.

Daniel mendongak ke atas, lalu menatap wajah Papanya dengan tatapan yang sulit di jabarkan.

"Kamu sadar gak sih? Kalau kamu setiap tahun selalu masuk dalam list sebagai murid ternakal di sekolah, kamu ini bikin malu papa kamu sendiri tau!"

"Kenapa Papa harus malu? Emang aku seburuk itu di mata papa?"tanya Daniel dengan suara bergetar, seperti menahan tangisnya.

"Kamu lebih buruk dari pada sampah. Kamu selalu bikin malu papa, lihat Abang kamu dia udah jadi ketua OSIS sedangkan kamu hanya jadi aib bagi papa! Kamu ngerti gak sih Papa capek kerja, kamu malah asik-asik merokok."bentak Arjuna yang tak mampu berkata-kata, selalu saja Daniel di nasehati, tapi tak ada perkataan yang masuk dalam otaknya.

"Maaf, kalau aku emang segitu beban bagi Papa. Maaf juga kalau aku udah bikin aib sama Papa. Ya, walaupun sebenarnya aku nakal itu semua karena Papa."

"Gitu kamu tau. Kamu harus ngertiin perasaan papa, papa kerja buat kalian bukan untuk kesenangan papa sendiri."

"Papa juga harus ngertiin kami berdua, kami juga pengen ngerasain kasih sayang seorang papa, bukan cuman duit."

Arjuna hanya diam, lalu menatap anaknya dengan tatapan intens, setelah beberapa detik Arjuna pergi dengan wajah datar.

DAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang