bab 7

692 70 1
                                        

Melihat Ganira yang mematung, lantas Faris pun segera menyentil dahi perempuan itu pelan, "Jangan nangis lagi!" peringatnya.

Ganira meringis dan mengusap dahinya sambil membuang muka, "Terus kenapa tadi pagi gak terus terang aja sih?"

Sudut bibir lelaki itu terangkat, "Kan udah, tapi lonya ngeyel."

Ganira memajukan bibirnya, "Harusnya lo bilang, gini, 'muka lo kaya mayat kalo dandan kaya gitu' nah kalo lo ngomong gitu, guenya paham!"

"Alah, paling juga gue bakal kena pukul."

"Ia enggak lah." Elaknya, namun kenyataannya sebaliknya. Rasa-rasanya kalau Faris sedang mengejeknya tangannya gatal untuk memukulnya.

"Lagian lo emangnya bakal percaya omongan gue?"

"Percaya! omongan lo yang tadi aja gue percaya," Perempuan itu tiba-tiba tersenyum malu-malu, "Makasih loh, lo orang pertama yang muji gue cantik."

Faris menyugar rambutnya, "Kalo bilang makasih liat orangnya dong."

Ganira menggeleng, "Malu iss, lo gak pake baju!"

"Celana juga masih gue pake ini, santai aja kali."

Bola matanya memutar kesal, "Gimana mau santai sih Faris? lo itu cowok dan gue cewek!"

Hingga Ganira melotot tak kala merasakan terpaan hangat di lehernya, saat Faris menunduk untuk membisikan sesuatu, "Pokoknya lo harus terbiasa. Karena nantinya pemandangan ini jadi makanan lo sehari-hari."

Faris sedikit menjauh, lalu menepuk-nepuk puncak kepala Ganira yang kembali membeku, "Cepetan mandi, keburu malem." Perintahnya layaknya sang kakak kepada adiknya yang bandel.

Ganira yang sadar, langsung mendengus panjang. "Iya-iya!"

Beberapa menit berlalu akhirnya Ganira selesai juga, dia keluar dari kamar mandi dengan setelah piama berwarna hijau bermotif daun. Dengan wangi sabun yang menguar membuat Faris pun segera mematikan rokoknnya.

Lelaki itu juga sudah berganti pakaian yang biasa dia kenakan, kaos dan jaket jeans andalannya. Lalu berdiri menghampiri Ganira, memberikannya jaket bomber hitam yang serimg juga dia kenakan."Pake jaketnya, lo ikut gue."

Ganira mengerutkan dahinya, "Kemana? mau cari makan ya?" Kalo Faris mengajaknya untuk sekadar ke kompleks depan atau keliling mencari makanan, Ganira tidak masalah dengan penampilannya sekarang. Namun keterdiaman Faris membuatnya jadi ragu.

"Ikut aja." Katanya sambil meraih pergelangan tangan Ganira.

"Eh, tunggu bentar." Ganira pun langsung melesak masuk ke kamarnya, lalu memoleskan lipstik ke bibirnya agar tidak terlalu kelihatan pucat.

Di atas motor yang melaju, Ganira bertanya-tanya kemana sebenarnya tujuan Faris. Karena sejak tadi ruko-ruko atau pun tempat makan sudah banyak Faris lewati, padahal Ganira sudah lumayan lapar sekarang. Karena sejak pulang sekolah tadi dirinya belum menyantap apapun.

Hingga motor Faris berbelok dan berhenti di suatu tempat yang tak Ganira bayangkan.

"Ris, seriusan lo bawa gue sini?" Ganira turun dari motor sambil mengeratkan jaket Faris ketubuhnya.

Bisa-bisanya Faris tanpa memberi tahu terlebih dahulu mengajaknya ke mall. Kalo Ganira tau dia pasti tak akan berpenampilan seperti ini sekarang, sendal slop lucu, piama dan jaket kebesaran yang dia kenakan sangat tidak cocok untuk masuk ke tempat ini.

"Hmm, beli make up sama skincare buat lo." Jawab Faris santai.

Sumpah demi apapun, Ganira tau maksud Faris itu baik. Tapi kenapa dia tidak bilang dari awal saja sih? kalau begini Ganira malu untuk masuk kedalam. Dia takut pandangan mengolok orang-orang dengan penampilannya sekarang.

"Awh!" Faris pura-pura merintih tak kala bahu dan betisnya jadi sasaran pukulan Ganira.

Perempuan itu menatap sengit, "Lo ngerjain gue hah?!"

Bukanya takut, Faris malah terkekeh. Apalagi melihat jaketnya yang nampak besar membuat Ganira tenggelam di buatnya, "Lo keliatan lucu, orang pasti ngiranya lo cuma bocil SD."

"Ngaco. Gue tinggi gini mana bisa kelihatan kaya bocil SD!" Dia mendengus, ingin rasanya mencakar wajah tengil Faris.

"Masa sih tinggi?" Faris maju seakan-akan mengukur tinggi badan mereka.

Ganira balas berjinjit, "Noh tinggi kita hampir sama!" Katanya yang tak sadar membuat wajah mereka berhadapan dengan jarak dekat.

Faris tertegun, matanya turun ke titik yang membuat hal dari dirinya ingin keluar. Namun beberapa detik kemudian dia tersadar dan segera terkekeh kecil, "Iya lo tinggi kok. Cuma lucu aja keliatannya."

"Lucu atau gemesin?" Tanyanya dengan tatapan tajam.

Ayolah mereka diam-diam di perhatikan oleh orang yang memang berada di parkiran mall. Mereka mengira keduanya adalah pasangan yang tengah di mabuk asmara.

"Dua-duanya." Jawabannya membuat Ganira puas.

"Oke, ayo masuk!"

"Jadi gak malu lagi nih?"

Ganira yang sudah berjalan di depan menoleh sambil mengangkat bahu, "Enggak, karena gue percaya ucapan lo kalo gue lucu dan gemesin." Jawabannya tersenyum sumringah.

"Lagian kan lo bilang mau beliin gue skincare sama make up kan? mana bisa gue tolak tawaran lo itu." Katanya sambil menyugar rambutnya dan kembali berjalan lebih dahulu.

Faris yang memang sudah gemas sejak tadi hanya bisa menahan senyumnya. Ah, sejak bersama perempuan itu Faris sepertinya banyak tersenyum.

Mungkin kalau orang tuanya tau dengan kejadian langka ini, mereka pasti akan senang. Ngomong-ngomong soal acara dengan orang tuanya, Faris benar tak datang. Dia lebih baik menghabiskan waktunya dengan Ganira ketimbang menjadi 'alat' untuk orang tuanya.

Faris pun menghela nafas, dirinya mulai membuntuti Ganira yang sudah jauh di depan sana.









_____

kalo jadi Ganira kesel ga sih? si Faris pakaian nya kaya gini tapi pakaian Ganira hmzhhh udah kaya outfit kewarung༎ຶ‿༎ຶ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kalo jadi Ganira kesel ga sih? si Faris pakaian nya kaya gini tapi pakaian Ganira hmzhhh udah kaya outfit kewarung༎ຶ‿༎ຶ

singkat banget kan? wkwkw saran aja sih simpen aja dulu di perpustakaan baru deh kalo udah banyak baru di baca (~ ̄³ ̄)~ tapi jangan lupa vote juga ya hihihi

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang