Ganira meringis ketika tubuhnya di dorong sampai menubruk dinding. Sosok berperawakan tinggi itu dengan gesit menutup pintu rumahnya dan langsung membekap mulut Ganira yang hendak berteriak minta tolong.
"Lepasinhhhh." racaunya sambil berusaha melepaskan tangan besar yang menutup mulutnya.
"Diem!" Lelaki asing itu langsung menangkup kedua tangan Ganira lalu membawanya keatas untuk meminimalisir pergerakan.
Nafas keduanya sama-sama memburu, namun Ganira tidak bisa melihat wajah si pelaku dengan seutuhnya, sebeb masker yang di kenakan si pelaku.
Ganira mendongak menatap mata sang pelaku dengan tajam. Hingga akhirnya Ganira bernafas lega saat lelaki itu melepaskan bekapannya lalu melepaskan maskernya sendiri masih dengan posisi berdekatan.
"Lo siapa sih?! Seenak jidat masuk kerumah gue!" Sungut Ganira dengan emosi. Demi apapun dia tidak mengenali sosok di depannya ini. Wajahnya begitu asing dan seingatnya pun Ganira tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya.
Wajah Laki-laki terlihat dingin, dia bahkan tidak mengindahkan pertanyaan Ganira malahan dengan kasar dia mencengkeram erat dagu sang perempuan hingga kembali meringis kesakitan.
"Diem dulu bisa?"
"Engga-ahh." Rasa ngilu di dagu Ganira rasakan saat cengkraman semakin menguat.
Ganira mengerejap, sadar laki-laki di depannya begitu kejam dan tidak memiliki perasaan. Begitu mudah melakukan kekerasan kepada perempuan apalagi Ganira tidak tahu apa-apa mengapa dia diperlakukan seperti ini.
Di luar rumah Ganira bisa mendengar suara bising motor yang sepertinya sangat banyak. Tidak biasanya, karena rumah Ganira berada di dalam gang yang jarang di lewati mungkin hanya satu dua tiga kendaraan.
Hingga beberapa menit berlalu, segerombolan pemotor itu tidak terdengar lagi. Suasana kembali sunyi hanya debaran jantung Ganira yang seakan menjadi backsound di antara keduanya.
Laki-laki itu mendekatkan wajahnya. Refleks Ganira menjauh, membuat kepalanya hampir mencium tembok tapi sebelum itu terjadi si pelaku menahannya.
"Mulai sekarang gue tinggal disini." Masih tanpa ekspresi dengan pembawaan tenang tanpa beban. Laki-laki ini membuat Ganira tak hambis fikir, tanpa tahu malu mengatakan hal dengan seenaknya.
Memangnya dia pemilik rumah ini apa?
"Lo lagi mabok?" Tanya Ganira karena merasa laki-laki di depannya benar-benar ngaco.
"Ganira Inka, Umur 17 tahun. Anak yatim piatu yang baru di tinggal orang tuanya dua minggu yang lalu. Sekolah di SMA Merdeka kencana. dan sekarang lo lagi bingung buat biaya hidup Lo kedepannya... iya kan?"
Mendengar itu Ganira menelan ludah, "Jangan asal ngomong! g-gue masih punya sodara yang mau ngurusin gue! lagian lo siapa sih? sok kenal banget."
Akhirnya lelaki itu memberikan satu ekspresi lebih, senyuman miring yang membuat Ganira merasa senyuman itu berbahaya."Gue Faris Biantara, yang bakal nanggung semua biaya hidup lo."
Faris melepaskan cekalan pada tangan Ganira, langsung saja Ganira mendorong tubuh si laki-laki agar tidak terlalu dekat.
"Hah, gila? Gak waras! omongan lo gak masuk di akal."
Ganira menggeleng keras, "Terus hubungan lo sama gue apa? sampe-sampe lo mau biayain hidup gue?"
"Lo inget kejadian di taman kota?"
Ganira terdiam, mencoba mengingat-ingat. Kalau tidak salah terakhir kali dia ke taman kota itu satu tahun yang lalu dan dia tidak pernah ke sana lagi semenjak kejadian pelecehan yang dia alami.
Di cium oleh laki-laki asing!
Mengingatnya Ganira langsung melotot, "Lo yang ngelakuin itu kan?"
Seperti tidak memiliki dosa, Faris tersenyum. "Iya. Makanya dari itu gue mau ngebiyayain hidup lo."
"Buat ungkapan minta maaf?" Tanya Ganira dengan satu alis terangkat. "Gak usah, gue gak but-"
Belum selesai Ganira berbicara Faris langsung memotongnya.
"Bukan, tapi ungkapan terima kasih gue."
Ganira melotot saat merasakan ibu jari Faris mengusap bibir bawahnya dengan pelan, "Terima aja, jangan nolak. Kalo lo, gak mau gue apa-apain." Nadanya tenang namun mengancam.
Membuat Ganira tidak bisa berbuat apa-apa selain mengatakan, "Dasar cowok gila!"
_________
Faris Biantara
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Expression
Teen FictionKejadian di taman kota setahun yang lalu ternyata mengubah kehidupan Ganira. Apalagi semenjak kedatangan laki-laki asing yang mengatakan ingin membiayai hidupnyaa dengan berlandaskan ungkapan terimakasih. Yang mengharuskannya untuk tinggal bersama d...