Faris menatap wajah Ganira lamat-lamat, "Lo bedakan?"
Perempuan yang tengah asik menikmati sarapannya itu pun mendongak, tak menyangka Faris akan menyinggung soal itu. "Iya. mhh, kenapa? aneh ya?"
Entah setan apa yang merasuki Ganira pagi ini, karena tidak seperti biasanya ia berkeinginan untuk berdandan sedikit. Seperti menggunakan bedak dan juga lipstik. Tidak mencolok memang, namun tetap saja terlihat jelas perbedaannya.
"Bedak lo dempul," Jawab Faris datar bersamaan dengan air wajah Ganira yang mulai surut.
Alasan kenapa pagi ini dia berdandan hanya satu, agar terlihat cantik dan berharap Raden bisa terpesona dengannya.
Namun mendengar ucapan Faris tadi membuat semangat Ganira yang sempat membara jadi padam seketika. Kakaknya saja mengatainya seperti itu, apalagi adiknya.
Ganira mendengus, "Perasaan, gue makenya tipis kok."
Faris yang telah selesai dengan sarapannya pun bangkit, lalu mendekati Ganira sambil membungkuk. Membuat Ganira mengerutkan dahi saat wajah mereka sudah berjarak dekat. lalu dengan biba-tiba saja punggung tangan Faris mengusap pipi Ganira pelan
"Terserah mau percaya atau enggak, tapi ini juga buat kebaikan lo" Kata Faris setengah berbisik, lalu kembali menegakkan tubuhnya lalu pergi ke arah ruang tamu.
Ganira mengerejap, saat sadar dia pun mengusap-ngusap bekas sentuhan Faris. "Apasih, maksudnya? manipulatif banget." Lalu dia pun menegug minumannya saat tenggorokannya terasa seret, "Emangnya gue bakal terpengaruh apa sama omongannya."
Masih di tempat yang sama saat Faris mengantarkannya ke sekolah. Ganira pun turun dari motor Faris. Laki-laki itu masih menampilkan ekspresi ketidak sukaanya saat Ganira tidak mengikuti perkataannya. Perempuan itu bukanya menghapus make upnya malah menambahkannya lagi.
"Keras kepala," oloknya.
Ganira memutar bola matanya, "Gue tau apa yang terbaik buat gue sendiri." ujarnya sebelum berlari untuk menyebrang hingga tubuhnya menghilang tertelan gerbang sekolah.
Faris berdecak, "Kenapa juga gue peduli?" monolognya, lalu kembali melirik ke gerbang sekolah.
Hingga matanya tak sengaja bertatapan dengan sosok yang dia hindari, seketika itu juga Faris pun menancap gas dengan gelisah.
Hampir saja, keberadaanya teratakap basah oleh Raden.
****
"Ada yang mau ke kantin gak?" Tanya Ganira karena kehausan sebab botol minumannya yang bawa telah habis, dan Sila pun mengangguk.
"Ayo."
Tubuh Ganira langsung membeku saat melihat Raden ternyata juga berada di kantin. Namun karena Ganira terlalu pengecut, dia bahkan tak berani untuk melihatnya bahkan mencuri pandang pun tidak. Dengan dada berdebar Ganira pun membuat es cekek untuknya sendiri.
Hingga Sila menyenggol lengannya, dia pun berbisik, "Dia dari tadi liatin lo terus tuh, bahkan sampe nunjuk lo ketemen-temennya."
Seketika bola mata Ganira melebar, "Hah? yang bener?" Tanya Ganira masih dengan pendiriannya untuk tidak menatap ke arah Raden. Giliran dari jauh saja Ganira dengan terang-terangan terus memandangi Raden namun giliran dari dekat nyalinya langsung ciut.
"Iya, makannya coba lo liat sendiri."
Tanpa berfikir Ganira menggeleng kencang, " Gak mau."
"Iss, aneh lo." Katanya lalu melirik Raden dengan leluasa.
"Tuh kan, dia nunjuk lagi."
Ganira diam-diam tersenyum, "Jangan gitu, bikin salting aja." Bisiknya.
"Dih, bisa salting juga lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Expression
Teen FictionKejadian di taman kota setahun yang lalu ternyata mengubah kehidupan Ganira. Apalagi semenjak kedatangan laki-laki asing yang mengatakan ingin membiayai hidupnyaa dengan berlandaskan ungkapan terimakasih. Yang mengharuskannya untuk tinggal bersama d...