bab 19

448 55 2
                                    

"Faris?" Mendengar panggilan dari luar kamar, Ganira langsung mendorong Faris menjauh.

Gadis itu berdiri canggung di belakang Faris saat pintu kamar di buka, sosok wanita dewasa langsung menyapa mereka.

Mana Faris melirik Ganira, mukanya memang masih tanpa ekspresi namun sorot matanya tersirat kehangatan.

"Ganira." Panggilnya.

"Iya tan?"

Lalu seutas senyum tipis terbit di bibir Mama Faris untuk pertama kalinya. "Kamu kalo mau nginep, tidur di kamar Faris aja ya. Kamar tamu belum sempet di bersihin soalnya," Lalu Rafena menatap anak laki-lakinya dengan serius, "Tapi kalian gak boleh sekamar. Mama tau banget pikiran kamu."

Mendengar itu membuat telinga Faris memerah dan salah tingkah terlihat dari gesture saat menggaruk tengkuknya.

"Iya mah, aku juga gak pernah berfikir ngapa-ngapain Ganira kok." Mendengar itu Ganira langsung meringis, mengingat perlakuan Faris selama ini. Ciuman dan sentuhan tangan laki-laki itu di tubuhnya bukan kah termasuk ngapa-ngapain ?

Mama Faris hanya geleng-geleng tak percaya, "Pokoknya kamu tidur sama adikmu. Biar Ganira di kamar kamu. Yaudah itu aja, good night." Setalahnya dia pun melenggang pergi.

Menyisakan Faris dan Ganira yang sedang mengerejap bingung. Meyakinkan diri, bahwasanya Mama Faris barusan menyebutkan namanya tanpa embel-embel 'dia'.

Mama Faris memang sempat tak suka dengan Ganira. Tapi melihat anaknya untuk pertama kali bisa terus terang padanya dan tentu saja orang tua Sila tadi, membuatnya sedikit melunak.

Namun tetap saja, wanita dewasa itu belum setuju sepenuhnya. Selagi informasi Ganira belum di dapatkan, ia akan bersikap waspada.

"Kamu lihat tadi?" Faris menarik tangan Ganira mendekat, melingkarkan tangannya di pinggang ramping sang gadis.

Senyum tipis terpantri di bibir Faris, "Aku pikir mama gak akan suka sama kamu dan mentingin keegoisannya. Tapi ternyata salah, mama mulai nerima kamu."

Wajah Faris mulai mengikis jarak, bahkan hidung mereka mulai bersinggungan. "Aku seneng banget. Walaupun sedikit kecewa sih..."

"Kok kecewa, kenapa?"

Faris mendekatkan bibirnya ke telinga Ganira, "Kurang menantang Ra. Soalnya aku udah rencana mau kawin lari dan ngehamilin kamu kalo mereka gak setuju."

"Faris, Apaansih! Gak lucu tau!" Omel Ganira dengan ucapan Faris yang ngelantur.

"Emangnya siapa yang ngelucu?" Tanya Faris serius sambil mencubit gemas pipi gadisnya.

Ganira menepis tangan Faris dan mendorong tubuhnya, "Tau ah! Gue mau tidur, keluar sana!"

Faris malah semakin tersenyum lebar, lalu dengan gerakan kilat mencium bibir Ganira cepat.

"Di larang gue elo, kalo kamu manggil itu lagi aku bakal nyium kamu saat itu juga."

"Mesum!"

"Kan emang?"

Bibir Ganira mengerucut, "Kamu nyeremin tau gak? kaya om-om pedo!"

"Salah sendiri kenapa aku suka sama kamu."

"Hah?"

Tangan besar Faris mengelus pelan kepala Ganira, "Aku gak tau kapan perasaan ini numbuh makin besar, Ra. Tau-tau aku rasanya pengen ngurung kamu buat diriku sendiri."

Lalu di kecupnya dahi sang gadis, "Seperti yang kamu bilang tadi, kalo kamu sayang sama aku. Berarti aku juga lebih sayang sama kamu. Aku harap kamu gak ninggalin aku."

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang