bab 4

601 60 0
                                    

"Mereka temen lo?" Ganira melirik temannya yang masih di dalam gerbang sekolah. Mereka terlihat heboh saat melihat penampilan Faris, yang di nilai lebih dari ekspektasi mereka. Apalagi Mereka belum melihat wajah Faris keseluruhan, karena helm yang dia kenakan. Pasti kalau sudah melihatnya, mereka akan semakin gencar untuk meminta nomor Faris dan berusaha mendekatinya.

"Iya." Jawab perempuan itu sambil memakai helmnya, "Abaiin aja temen-temen gue emang gitu."

Faris tentu saja tidak perduli, karena tatapan yang di berikan teman-teman Ganira sudah sering dia dapatkan.

"Jadi mereka udah tau?"

Ganira menaiki jok motor Faris, " Hmm, gue kenalin lo sebagai sepupu."

"Kirain pacar." Faris pun mulai menjalankan motornya.

"Gila aja gue bilang gitu!" Jawab Ganira keras saat lelaki ini melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Faris hanya terkekeh geli, "Pegangan, entar kebawa angin."

"Ya, makanya pelan-pelan aja."

"Males."

"Iss Faris!" Geram Ganira karena bukanya mengurangi kecepatan, Faris malah makin menjadi. Tak kira-kira, Ganira perlu berpelukan dengan erat kalau dirinya tidak mau jatuh.

****

Setelah selesai mandi, Ganira bersiap untuk beres-beres. Mulai dari menyapu lantai, namun saat sampai di ruang tamu dia melihat Faris tengah sibuk dengan laptop di depannya dan beberapa buku tebal yang berserakan. Membuat Ganira penasaran.

Perempuan itu meringsut mendekat, duduk di atas sofa tepat di belakang Faris yang duduk lesehan. Sambil melihat isi laptopnya.

"Hah! Lo masih kuliah?"

"Hmm," Jawab Faris tanpa menoleh sedikit pun.

Ganira pun ikut duduk lesehan, berdampingan dengan Faris, "Kirain gue, lo udah kerja."

Lelaki itu menoleh, menatap Ganira lurus-lurus, "lo kayaknya pengen tau banget ya soal kerjaan gue. Gue kerja sambil kuliah, kalo lo mau tau." Ganira menelan ludah saat melihat sorot mata Faris, " Dan soal kerja gue apa, lo gak perlu tau."

"Kenapa gue gak perlu tau?"

Faris terkekeh geli, "Emangnya lo siapa?"

Ganira mengerejap, sambil mengusap lengannya sendiri, "Gue cuma mastiin kalo pekerjaan lo bukan Kriminal."

Faris menaikan salah satu alisnya, "Dari mana lo bisa nilai gue seorang kriminal?

"Hmm, dari... uang lo mungkin? gak mungkin lo punya uang sebanyak itu tapi lo minta orang tua lo. Terus gue inget, sewaktu lo masuk ke rumah gue ada segerombolan motor di luar dan itu nyariin lo kan?"

"Ternyata lo pinter juga ya."

"Jadi bener?"

"Hmm?"

Ganira menggigit bibirnya, "Lo beneran kerja kriminal?"

"Kalo iya, lo mau apa?"

Perempuan itu menelan ludahnya, "gue serius!"

"Mau banget gue seriusin?"

Ganira tak kuasa memberikan pukulan pada lengan Faris, "Lo nih ya! kalo di ajak ngobrol serius malah bercanda."

"Emangnya lo lupa?"

"Lupa apa lagi?" Benar-benar butuh mental yang kuat untuk berbicara dengan Faris.

"Kalo lo mau tau jawabannya harus.... apa?"

"Apa?" Tanya Ganira pura-pura tidak tahu.

Refleks, Ganira menjauhkan tubuhnya ketika wajah Faris begitu dekat, namun lelaki itu lebih dulu menahan bahu sempit Ganira, untuk merangkulnya.

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang