bab 21

523 52 2
                                        

Double date yang di rencanakan Ganira dan Sila harus tertunda. Sebab lagi-lagi, sila memergoki pacarnya berselingkuh dan tentu saja ia langsung memutuskan hubungan mereka.

Sila juga sebenarnya masih ada pengganti yang lain, namun Faris malah menawarkan adiknya untuk menjadi gandengan teman Ganira ini.

Awalnya sempat mendapat tolakan. Namun berkat rayuan Ganira, temanya ini pun luluh.

Bukan lagi sekedar kencan di mall ataupun cafe, melainkan staycation di pulau raja ampat sesuai yang di janjikan Faris.

Ganira tidak bisa menutupi kekaguman melihat pemandangan indah didepan mata. Air laut berwarna biru yang cantik memanjangkan netra, serta angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya.

Kalau kalian mencari Sila dan Raden, mereka berdua tengah asik cek-cok. Dari awal keberangkatan, ada saja hal yang membuat ego keduanya saling beradu.

Kembali ke pasangan, yang sedang bucin-bucinnya. Faris tengah menyadarkan dagu di atas kepala Ganira. Lalu memeluk lengan sang gadis dari belakang sambil berkata,"Suka gak?"

"Suka. Banget malah, lebih dari ekspektasi aku tau Ris, kalo raja ampat emang seindah ini."

Laki-laki itu tersenyum puas, lantas mengecup pipi Ganira dengan gemas membuat sang empunya menjauhkan wajah, "Ih, Faris jangan cium, kita lagi di tempat umum."

"Emang gak boleh."

Mendengar itu Ganira langsung mencubit tangan Faris yang berada di depan perutnya.

"Aw! Kamu kebiasaan suka cubit-cubit. Mending pelan, ini pedes banget. Sakit tau, Yang" Seru Faris sambil bergerak untuk berdiri di samping Ganira.

"Apasih, yang-yang. Geli denger dari mulut kamu." Gadis itu membuang muka, merasakan pipinya memerah.

Faris menyentuh dagu Ganira agar menghadapnya, "Tapi kamu suka tuh sama mulut aku, apalagi kalo lidah aku udah mas-"

Ganira langsung membekap mulut pacarnya ini sambil melotot, "Omongan kamu mesum banget sih!"

Namun tentu saja Faris dengan mudah menyingkirkan tangan Ganira. Lalu mencium punggung tangannya, "Kamu sih gemesin."

Kali ini bukanya tersipu, Ganira berekspresi ingin muntah.

"Kalo gak inget sikap kamu awal-awal. Aku gak bakal nyangka sih, kamu bisa sealay ini." Kata Ganira sebelum kembali fokus melihat pemandangan pantai.

Faris bukanya tersindir malah terlihat santai, bibirnya pun menyeringai, "Jadi aku alay ya? "

"Iya,"Merasakan tatapan penuh dari arah sampingngya Ganira pun menoleh. "Ih, apasih kok kamu natepnya gitu banget."

Dan dengan tiba-tiba Faris sudah menarik tengkuk sang gadis untuk menyatukan bibir mereka.

Baru saja bibir Faris ingin bergerak, tiba-tiba di intrupsi oleh suara dengusan dari arah belakang. Karena terdengar tak asing, dengan tak Rela Faris pun menjauhkan wajahnya.

"Yah? Mah!"

Kedua remaja itu sontak menegang melihat dua sosok di depan mereka . Apalagi Ganira, dia malu sekali ketahuan bermesraan di depan orang tua Faris."

"Kalian kok bisa di sini, Yah?" Faris buka suara setelah meredakan rasa terkejutnya.

Sang Ayah pun langsung buka suara, intonasi pun terdengar santai, "Biasalah ada urusan sama investor."lalu melirik Ganira yang masih tertunduk malu.

Jangan salah, Faris sudah izin kepada kedua orangtuanya. Makanya mereka terlihat biasa saja. Namun, Faris tak menyangka orang tuanya juga ada urusan di pulau ini, kalau tau Faris pasti akan cari destinasi yang lain.

"Nak, Ganira. Maaf menganggu waktu liburan kamu sama Faris. Tapi saya ada urusan sebentar sama anak saya. Jadi Faris, Om bawa dulu ya."

Ucapan ayah Faris yang terlampau sopan, membuat Ganira merasa tak enak. Toh, mereka juga kan orang tua Faris sendiri.

Gadis itu pun langsung tersenyum, sembari mempersilahkan,"Iya, Om gak ganggu sama sekali kok. Masak orang tua mau ngobrol sama anaknya aku larang. Kalau gitu saya mau kesana dulu ya, Om, Tante."Pamitnya sebelum mama Faris tiba-tiba memanggilnya.

"Eh, tunggu dulu Ganira. Tante juga mau ngobrol sama kamu. Ayo, sini ikut Tante." Ajak mama Faris terlihat lebih terbuka tidak seperti awal bertemu.

Akhirnya mereka berdua pun perpisah. Ganira mengikuti ibu Faris menuju Restoran sedangkan Faris di ajak ayahnya masuk kedalam Vila.

"Kamu mau apa?"

"Samain aja kayak Tante." Jawab Ganira pada akhirnya. Sebab tatapan ibu Faris seakan mewanti-wantinya untuk jangan menolak.

Saat pelayanan yang menyatat pesanan mereka pergi. Ganira pikir meja akan terasa hening, namun tiba-tiba Mama Faris buka suara, terlebih ucapannya membuat Ganira langsung duduk dengan tegap.

"Sebenarnya Tante mau minta maaf sama kamu. Atas sikap Tante tempo hari."

Ganira tak bisa menutupi rasa terkejutnya karena permintaan maaf yang mendadak ini, "Tante. Gak apa-apa kok, gak usah sampe minta maaf gitu. Sikap tante itu wajar kok, kan berarti tandanya tante emang sayang sama Faris. Seorang ibu itu pasti mau yang terbaik untuk anaknya."

Mama Faris menunduk, Ganira tentu saja malah panik sendiri. Sebab ia sempat melihat kedua netra itu berkaca-kaca.

Dengan insiatif sendiri Ganira memutari meja untuk mendekati mama Faris, "Tante gak apa-apa kan?"

Baru juga Ganira khawatir, Mama Faris malah memeluknya erat. Sambil berkata, "Ternyata kamu anaknya Pak Gandi. Waktu cepet berlalu. Akhirnya doa Pak Gandi sama ibu kamu di ijabah."

Ganira masih mengerjap, dengan ekspresinya bingung padahal mama Faris juga sudah melepaskan pelukannya.

"Tante, kenal ayah saya?"

Mama Faris menggangguk sambil tersenyum tulus, dia juga dengan lembut mengelus kepala Ganira.

"Gimana tante gak kenal, dulu Tante pernah tinggal sama orang tua kamu dan di urusin sama mereka. Orang tua kamu udah kayak orang tua Tante sendiri, Ganira. Maaf ya sayang, Tante bener-bener gak tau kalo kamu anaknya Pak Gandi."

Ganira terdiam, tiba-tiba teringat lagi cerita sang ayah tentang anak perempuan dari majikan ayahnya yang pernah tinggal di rumah Ganira.

Ayah Ganira adalah pegawai kantor biasa tapi dia juga dekat dengan sang bos yang tak lain dan tak bukan adalah kakek Faris. Namun suatu ketika terjadi kerusuhan dari pihak luar akibat perusahaan yang di pegang kakek Faris selalu gol dalam hal apapun. Para petinggi yang iri dengki tentu saja tak terima.

Makanya ketika keluarga Kakek Faris mendapatkan serangan sana sini dan mulai meneror rumahnya. Hampir satu tahun lebih sang anak perempuan satu-satunya, mama Faris tinggal di rumah Ganira.

Saat itu umur Mama Faris baru menginjak 17 tahun, sedangkan kedua orang tua Ganira belum memiliki anak. Padahal Umur Pak Gandi sudah kepala tiga.

Hingga tiga tahun berlalu, Mama Faris kehilangan jejak keluarga pak Gandi. Ia juga di sibukkan dengan perusahaan serta acara pernikahannya.

"Kamu udah kaya anugrah, Ganira. Tante dulu inget banget gimana pengennya pak Gandi punya anak. Dia udah berobat sana kemari, doa sama sini dan Tante seneng banget bisa liat kamu sekarang. Cantik, persis ibu kamu."

Ganira tak kuasa, matanya tiba-tiba berair. "Tapi sayangnya mereka udah gak ada Tante. Doa mereka emang kuat banget. Tapi aku sedih banget tan, gak bisa bales doa buat mereka tetep ada sini. Di samping aku." Ucapannya sambil menahan sesak.

Mama Faris pun kembali menarik tubuh Ganira, memeluknya penuh kasih sayang.

Saling mencurahkan satu sama lain dan berbagi cerita. Hubungan yang awalnya seperti orang asing, tiba-tiba sudah sedekat nadi.

Ganira masih tidak menyangka dengan takdirnya ini dan tentu saja dia harus mensyukurinya. Terlepas baik atau buruk.

Karena seburuk apapun belum tentu buruk di mata sang pencipta.

________

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang