bab 17

682 69 5
                                        

Ganira tercenung sendirian di dalam kamar Faris setelah beberapa menit lalu Raden di panggil oleh orangtuanya.

Pikiran mengatakan dirinya tidak seharusnya di sini. Dia tak di butuhkan, dan Faris belum tentu mempertahankan Ganira sebagai kekasih pura-pura. Terlebih setelah Faris bertemu langsung dengan gadis menawan yang akan menjadi calon tunangannya itu.

Namun tubuhnya tidak bisa bekerja sama. Ganira masih terduduk di tepi kasur seakan tubuhnya berkata tetap di sini kalau tidak ingin di anggap kalah.

Kalah?

Ganira tertawa, bukan kan dirinya memang selalu kalah dari apapun? entah materi ataupun fisik.

"Bahkan lo gak balik-balik Ris..." Gumamnya sendu. Rasanya tak etis memang mengharapkan Faris menemaninya sedangkan laki-laki itu ada acara dengan calon tunangannya.

Ganira memang pernah menyukai Raden dan berhenti ketika tau Sila lah menjadi perempuan yang dia sukai, namun entah kenapa perasaannya tak terima ketika sahabat nya juga menjadi calon tunangan Faris.

Seperti kasus dengan Raden, Ganira tak membenci Sila malahan dia benci dengan perasaannya sendiri.

"Sadar Ra... lo bukan siapa-siapa." Monolognya untuk sekian kali.

****

Sila menutupi ekspresi terkejutnya dengan senyuman tipis. Menatap Raden dan Faris seketika membuatnya mengingat sang sahabat.

"Gila! ini kalo Ganira tau bisa mati gue. Dari sekian banyak cowok kenapa gue harus berurusan sama Raden lagi sih?" Batin Sila geram. Untung saja Ganira bukan tipe teman yang akan menjauh bila lelaki yang mereka suka malah menyukai temannya sendiri. Entah apa jadinya bila Ganira membencinya, Sila mungkin tidak memiliki sahabat rasa saudara seperti Ganira.

Meskipun Ganira bilang tidak apa-apa, Sila tau perasaan sakit hati pasti Ganira rasakan. Mengingat Sila sendiri juga pernah merasakannya.

Maka dari itu dia ingin menjauhi Raden, namun entah kenapa Sila kembali di pertemukan dengan manusia itu. Dan sialnya malah menjadi calon adik iparnya.

Tapi demi apapun, Sila muka dan tak mau berurusan lagi dengan Raden sekalipun dengan kakaknya.

Lalu mata Sila meneliti Faris, "Buset, kenapa perasaan gue ini cowok lebih cocok sama Ganira ketimbang Raden ya. Mana Faris masuk tipe Ganira lagi... iya-iyalah jelas! orang mirip adiknya."

Sudut bibirnya tertarik, "Mana cool bet! jauh beda sama si Sarden." Cibir Sila ketika Raden diam-diam memakan kue dengan cukup rakus.

Selama acara pun Faris tidak banyak bicara, lelaki itu sekali berbasa basi dengan Sila sekedar untuk menyuruh mencicipi hidangan. Sedangkan Raden dengan segala tingkah lakunya berhasil menyorot perhatian.

Apalagi saat Raden tak sengaja menyenggol lengan Sila saat gadis itu hendak menegguk minumannya. Membuat dress berwarna putih gading pilihan Ganira seketika memiliki bercak kemerahan akibat cairan yang tumpah tersebut.

"CK! lo." Sinis Sila kepada Raden, seingatnya laki-laki aneh ini berada cukup jauh darinya namun entah kenapa Sarden— nama pelesetan yang menurut Sila cocok— tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.

"Tolak lamaran ini, terus jadi pacar gue." Bisik Raden di telinga sang gadis.

Sedangkan Faris berdecak pelan karena sudah tau tabiat adiknya bila menginginkan sesuatu pasti memperjuangkan hingga mendapatkannya, walaupun terkesan nekat dan egois.

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang