bab 13

507 51 4
                                    

Raden terkekeh geli, mendengar pertanyaannya sang kakak. Ketimbang cemburu dirinya malah senang Faris kembali lagi ke jalan yang lurus. Walaupun sebenarnya enggak juga sih, soalnya kan tinggal berduaan sama cewek??

"Kagak lah. Malah gue penasaran siapa cewek yang berhasil bikin lo tertarik. Pasti cantik banget ya?"

Faris menggigit bibir bawah lalu menatap tajam adiknya, "Ga usah tanya-tanya kalo masih mau gue balik ke sini."

"Dih, sensi." Lelaki itu menggaruk tengkuknya.
Lalu dia pun teringat tentang perjodohan kakaknya. "Kak, kalo lo gak mau di jodohin. Gue bersedia gantiin elo."

Mendengar itu, mata Faris sedikit melebar terkejut namun hanya sesaat karena dia menaham ekspresinya, "Kenapa?"

Raden malah salah tingkah sendiri saat di tanya kakaknya, "Eummm, soalnya cewek itu inceran gue dari lama."

"Emang siapa ceweknya? gue belum sempet liat kemaren."

"Kan udah di kirim fotonya sama ayah. Hmm ceweknya cakep kan bang. Makanya kalo lo gak mau buat gue aja."

Faris menggeleng, "Belum gue liat. Keburu keapus."

Mendengar itu Raden berdecak, "Aelah kebiasaan lo bang! di kirim foto cewek cakep malah di apusin terus. Makanya orang tuh curiga kalo lo gay." Omelnya.

Tapi ocehan itu hanyalah angin lalu untuk Faris, "Yaudah mana liat ceweknya."

Raden pun mengambil ponselnya di meja, "Bentar." Lalu menatap kakaknya lurus-lurus, "Abang kalo udah liat ceweknya, please jangan berubah pikiran. Gue seriusan kalo tertarik sama dia."

"Iya, kagak." Jawab Faris tegas.

Lantas sang adik pun mengarahkan layar ponsel kek kakaknya, "Ini, dia adik kelas gue."

Faris langsung mengerutkan keningnya, melihat sosok gadis berambut sebahu itu. Seperti dia pernah melihatnya.

Ah! Benar, kalau tidak salah gadis itu adalah salah satu teman Ganira.

Lantas Faris menggeleng samar, "Ck, ayah aneh banget dah. Masa masih SMA udah di jodohin aja."

Raden mengangguk setuju, " Nah, iya! makanya mendingan ama gue aja di jodohinnya." Lalu cengengesan, "Jadi abang gak tertarik sama dia?"

Menghela nafas, lalu berucap tenang. "Enggak. Soalnya gue liat ini cewek auranya persis kek elo."

"Persis gimana bang?" Tanya Raden bingung. "Hmm. Berarti bener kan gue cocok ama dia kan mirip pertanda jodoh." Lanjutnya sambil senyum-senyum.

"Ya serah lo."  Faris menyugar rambutnya ketika mulai menutupi mata, "Kalian keliatan banget playernya dan sama-sama red flag. Udah cocok banget jadi pasangan."

"Dih bangsat lo bang! emangnya lo tau dia gimana."

"Jangan raguin insting gue."

Raden yang mengenal kakaknya hanya bisa pasrah. Sebab setiap tebakan dan ucapan kakaknya itu selalu benar. Kadang dia berfikir kalau Faris adalah jelmaan cenayang.

****

Sore ini setelah pulang sekolah, Ganira tidak langsung pulang kerumahnya. Melainkan pergi bersama Sila yang meminta di temani untuk berbelanja. Ganira pun dengan senang hati menerima ajakannya.

Faris juga tak di rumah, bahkan tak sempat menjeputnya. Dari pada di rumah sendirian lebih baik pergi bersama Sila, pikirnya.

"Oke, yang pertama kita cari drees elegan yang sopan tapi wow." Ujar Sila yang berjalan beriringan di samping Ganira.

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang