Pantas saja kemaren Ganira bersikap sensitif, ternyata pagi ini dia mendapatkan tamu bulanan. Matahari pun belum sepenuhnya terbit, namun Ganira sudah ketar ketir mengetahui stok pembalutnya telah habis.
"Sial, toko apa yang buka jam segini?" Monolognya melihat jam menunjukkan pukul lima.
Gadis itu menghela nafas, "Gue beres-beres bentar deh, nanti baru beli."
Sejam berlalu, Ganira selasai dengan pekerjaannya. Bahkan nasi goreng beraroma lezat itu sudah tersaji di atas meja makan. dan Faris hanya bisa mengerutkan dahi saat matanya menangkap Ganira yang terus meringis.
Laki-laki meletakkan baju kotornya kedalam mesin cuci, lalu menyalakannya. "Mau kemana?" Tanya Faris saat Ganira keluar dari kamar menggunakan cardigan.
"Mau kewarung depan." Jawabannya pelan tidak seperti biasanya.
Faris mendekat, "Sakit lo?"
Ganira menggeleng. Dia pun buru-buru keluar namun Faris menahannya, "Mau beli apa? biar gue beliin."
"Ga usah."
Faris mendengus, "Ga usah ngeyel. dari tadi lo keliatan nahan sakit." Dia meneliti Ganira, "Datang bulan?" tebaknya.
Gadis mengerejap, "Kok tau?"
"Tau lah." Jawab Faris sekenanya, "Dah lo di rumah aja. Biar gue yang beli. Hmm, Biasanya lo make yang apa?"
"Make yang malem."
"Oke. Tunggu bentar."
****
"Gue nanti gak bisa jemput lo."
Ganira mengangguk saja. Sikapnya saat datang bulan akan berubah menjadi pendiam, karena memang dirinya terlalu malas untuk berbicara.
"Mau gue mintain Raden buat nganter lo?"
Mendengar nama Raden di sebut Ganira berbinar, "HAH beneran?" Namun gadis itu mengingat kembali tentang dirinya yang berpura-pura menjadi pacar Faris.
"Gausah deh Ris. Takutnya Raden curiga kok bisa lo kenal ama gue. Nanti gue balik naik ojek aja."
"Yaudah kalo gitu. Sana masuk."
Motor Faris menjauh, bertepatan Ganira yang sampai di kelasnya.
Selama belajaran berlangsung, Ganira terlihat tidak bersemangat sama sekali. Ke enam temannya yang sudah tau gelagat Ganira saat datang bulan hanya tersenyum geli.
"Foto Yuk sama pak Feri." Ajak salah satu teman Ganira. Pelajaran berganti PJOK sejak sejam yang lalu, mereka semua sudah berkumpul di area lapangan dan sudah pemanasan. Latihan materi senam lantai sudah selesai, para murid pun di bebaskan untuk bermain futsal, voli, basket atau pun duduk-duduk saja
"Ayuk," Jawab yang lain. Ganira sih ikut-ikutan dari pada di tinggal sendirian seperti orang ilang.
Guru olahraga yang terbilang masih muda itu pun tak menolak untuk dia ajak foto, hasil jepretan pun memuaskan. Membuat mood Ganira sedikit lebih baik.
"Ini kok story gue ga pernah di liat ya sama Raden."
Sila yang kebetulan duduk di sampingnya pun menanggapi, "Emangnya udah lo save nomornya?"
"Udah kok."
"Mank ea?" tanya yang lain tidak yakin.
Ganira mendengus, dia pun mengecek nomor Raden hingga beberapa detik kemudian Ganira menggaruk tengkuknya, "Pantes belum gue save."
Sila hanya menggeleng, "Kebiasaan lo." Dia juga melirik Room chat Ganira, "Buset, kata suka? kok lo anggurin ga di jawab pertanyaannya."
Ganira mengigit bibirnya, "Takut ketauan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Expression
Teen FictionKejadian di taman kota setahun yang lalu ternyata mengubah kehidupan Ganira. Apalagi semenjak kedatangan laki-laki asing yang mengatakan ingin membiayai hidupnyaa dengan berlandaskan ungkapan terimakasih. Yang mengharuskannya untuk tinggal bersama d...