bab 12

453 57 0
                                    

"Lo yang ngasih nomor gue kedia Nir?" ujar Sila pelan. Keadaan sepi di belakang kelas membuat Ganira mendengar jelas pertanyaan itu.

"Iya." Suaranya bergetar karena menahan tangis. Ganira kesal sendiri lantaran bisa secengeng ini! Efek datang bulan juga membuat perasaannya benar-benar down.

Sila mengusap wajah, dirinya juga terkejut saat melihat notifikasi hp menampilkan nomor asing saat di kantin tadi. Saat tau siapa pemilik nomor itu buru-buru dia menghampiri Ganira. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman antara mereka berdua.

"Maafin gue Nir, gue juga gak tau kalo bakal kaya gini." Sila menggenggam kedua tangan Ganira penuh permuhohonan, "Lu boleh nangis sepuasnya, tapi cukup sekali ini aja ya Nir. Gue merasa bersalah banget, gue bener-bener minta maaf."

Ganira menggelenh di sela tangisnya, dirinya mendongak berharap menghentikan aliran cairan bening keluar dari matanya.

Seperti yang dia bilang tadi, dirinya tidak marah dengan Sila. Temannya ini tidak salah apa-apa. Pun Ganira yakin Sila juga tidak pernah merayu Raden hingga lelaki itu bisa tertarik. Semua orang pun tau, Sila itu selalu terlihat menarik sekalipun hanya diam.

"Enggak Sil, lo ga salah. Guenya aja yang emang gak cantik. Cewek juga kalo misal di suguhi sekumpulan cowok pasti milih yang cakep kan, apalagi Raden Sil."

"Lo cantik anjing! Si Raden aja yang ngeselin! Dia belum tau aja seberapa playgirl nya gue! gue yakin kalo dia tau juga pasti bakal ilfil."

Ganira tak kuasa menahan tawanya. melihat Sila yang malah emosi. Dirinya lupa, temannya  memang play girl kelas kakap, sering berganti pacar bahkan tanpa malu berselingkuh hanya karena sang pacar tidak sesuai ekspektasinya. Walaupun begitu, tetap saja laki-laki tidak ada yang kapok mendekati Sila.

"Tumben ngakuin playgirl. Biasanya juga koar-koar cewek setia." Ucap Ganira sambil mengusap pipinya, rasa sedih seketika menguap.

"Ini demi lo lah! hmm gue gak suka ya lo bilang kalo Lo gak cantik. Kalo lo bilang lagi, piks sih lo pick me."

Ganira mendengus di sertai kekehan, "Dih, Iya-iya enggak!"

Sila tersenyum lalu mengusap bahu temanya, "Jangan sedih lagi, cowok ganteng masih banyak. Kalo lo masih mau sama Raden, please jangan tolol. Walaupun dia cinta pertama lo, gue yakin lo masih punya cinta terakhir."

"Iya Sil, makasih karena ada lo gue jadi gak galau berutal sekarang. Gue cuma rada malu aja, kenapa sebegitu pedenya gue berharap Raden suka sama gue dan giliran perasaan gak terbalas malah kecewa."

"Wajar Sil, gue juga pernah ngerasain itu. Jadi yang perlu lo lakuin sekarang ya cukup memperglow up diri, bukan sekedar buat menggait cowok ya. Tapi itung-itung buat diri sendiri. Soalnya selflove tuh sebenernya nyenengin sumpah."

Ganira mengangguk semangat, "Sebelum kenal Raden juga hidup gue gini-gini aja. Yah mungkin emang sebagai bumbu buat percintaan gue, siapa tau kan jodoh gue nanti lebih dari Raden. Hidup kan gak ada yang tau."

"Nah itu lo tau." Sila berdehem lalu menggaruk kepalanya, "Tapi ya, sepengalaman gue. Setelah cinta pertama lo. Lo bakal suka sama seseorang yang mirip sama dia. Entah penampilan, fisik, sikap atau auranya aja. Karena cinta pertama kadang malah jadi patokan tipe ideal cowok impian Lo."

Ganira berkedip-kedip, "Mirip?"

Entah kenapa tiba-tiba dia teringat Faris.

Astaga! Jangan gila lo Ganira!? masa iya lo malah suka sama cowok mesum itu, batinya mengingatkan.

****

Sedangkan dilain tempat, ada Faris dan Raden yang tengah duduk santai di area balkon kamar keduanya. Kamar kakak beradik ini memang bersebelahan, sebab itulah di buat balkon yang saling menyatu.

Mendapatkan info dari sang Ayah bawasanya sang Kakak akan pulang hari ini, Raden rela tidak masuk sekolah demi bertemu Faris. Panutannya yang sialnya menyebalkan.

"Jadi sekarang lo tinggal di mana bang?" Tanya Raden menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Biasanya dirinya tak suka merokok, namun gara-gara melihat kakaknya di jadi ingin mencoba.

"Apart."

Raden berdecak, "Gue tau lo gak tinggal di sana lagi. Hmm terhitung dari tiga hari yang lalu yakan? jujur aja sih bang tinggal di mana."

Faris melirik adiknya sekilas, "Gue gak ngomong juga biasanya lo tau sendiri kan."

"Hmm, terakhir kali gue ngejer lo sama kawan-kawan gue di daerah rajawali. Lo tiba-tiba ngilang, lo sebunyi di salah satu rumah warga kan. Dan kemaren gue ketemu lo di mall lagi bareng cewek. gue duga sekarang lo tinggal bareng sama tuh cewek?" Tebaknya dan betul tidak ada yang meleset.

Laki-laki itu pun mengangkat sudut bibirnya, "Kalo iya kenapa? lo cemburu?"




_____

Faris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faris


Raden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raden

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang