Ganira sudah hapal letak tempat menjual barang yang dia inginkan. Walaupun dirinya sering datang kesini, hanya sekedar menonton film di bioskop.
Lalu soal belanja Ganira lebih memilih belanja online. Karena tidak ribet untuk kaum mageran seperti dia dan tentu saja harganya lebih terjangkau.
Tapi berhubung Faris yang membelikan Ganira pun tidak akan menolak.
"Belanja skincare dulu ya?" Pertanyaan Ganira di aguki Faris yang sudah berdiri di sampingnya.
"Ngambil yang emang cocok aja sama lo, sekalian nyetok. Jangan nyoba yang aneh-aneh."
"Iya." Ganira mendengus malu, "Berasa punya abang yang mulutnya bawel." Cibirnya sambil mengambil keranjang belanja.
Ganira mengambil masih-masing dua di setiap produk. Dirinya cukup tau diri, untuk tidak berlebihan mengambil barang. Hanya yang memang dia perlukan saja.
Tidak sampai berjam-jam, semua sudah ada di dalam keranjang. Faris bahkan sampai menaikan alisnya, "Yakin, udah?"
"Iya, udah kok. Sekarang tinggal make up-nya."
Hingga saat mereka akan berjalan ke bagian permakeupan dering telepon dari saku jaket Faris membuat keduanya berhenti melangkah.
Ganira tak sengaja melirik nama kontaknya, "Ayah lo nelpon?"
Faris menghela lalu menolak panggilan itu dan kembali memasukkan ke saku jaket, "Hmm." Jawabnya enggan.
"Kok gak di angkat? takutnya ada apa-apa loh."
"Udah biarin aja."
Hingga deringan kembali berbunyi membuat Ganira jengah, "Angkat dulu Faris."
"Ck, iya." Faris pun sedikit menjauh, Ganira juka tak ingin menguping pun melanjutkan lakahnya ke tempat tujuan.
"Halo?"
"Kamu di mana sebenarnya Faris? udah jam segini, belum datang-datang juga!"
Terdengar suara ayahnya dari sebrang sana, Faris tau ayahnya pasti mengomel.
"Di apartemen."
"Apartemen kamu bilang?! Faris, jangan main-main sama ayah. Cepat kesini apapun alasannya."
"Gak bisa, bajuku kotor."
"Memangnya baju kamu cuma satu hah?!"
"Dari pada ayah nyuruh-nyuruh aku kesana. Kenapa gak Raden aja?"
"Kamu tau sendiri Raden masih sekolah."
"Aku juga masih kuliah."
"Tapi ayah pengenya kamu Faris. Adik kamu lebih berkecimpung ke bidang seni, sedangkan kamu pintar dalam mengurus perusahaan. Ayah tau kamu sekarang lagi main bisnis investasi kan? makanya kamu gak pernah minta uang ke ayah lagi. Makannya itu kamu yang paling cocok buat perjodohan ini, biar perusahaan kita makin besar."
"Ayah salah, perusahaan kita bisa berkembang tanpa campur tangan perjodohan itu. Aku bisa hendel sendiri yah. Tapi gak sekarang, aku mau nyelesain kuliah ku dulu."
"Sebenarnya ayah tau. Ayah juga gak bermaksud untuk memperalat kamu. Tapi alasan ayah selalu menjodohkan kamu karena rumor itu masih menghantui ayah."
"Ayah, masih mikirin rumor itu? yang benar aja yah! bukanya foto waktu di taman kota itu udah ayah liat."
"Ayah masih belum percaya, sebelum kamu bawa perempuan itu kerumah. Dan ayah belum berhenti maksa jodohin kamu, kalo kamu belum ngenalin dia ke ayah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Expression
Teen FictionKejadian di taman kota setahun yang lalu ternyata mengubah kehidupan Ganira. Apalagi semenjak kedatangan laki-laki asing yang mengatakan ingin membiayai hidupnyaa dengan berlandaskan ungkapan terimakasih. Yang mengharuskannya untuk tinggal bersama d...