bab 10

629 63 4
                                    

"Pura-pura jadi pacar lo?"Tanya Ganira dengan mata mengerejap cepat, kebingungan. Ia pun memeluk bantal sofa dengan kuat.

Laki-laki yang duduk di sofa seberang berdehem mengiakan, "Gimana, lo mau gak?

"Bentar deh, lo kan udah gue kenalin sebagai sepupu. Terus entar orang tua lo tanya-tanya keluarga gue gimana. Entar mereka bisa curiga."

"Jadi lo kira mereka percaya?" Faris mengangkat salah satu alisnya.

"Maksudnya?" Ganira bingung dengan pertanyaan Faris.

"Gini, coba lo pikir. Keluarga atau pun saudara lo gak kenal gue, tapi dengan mudahnya mereka percaya kita sepupuan. Yang padahal mereka harusnya tau siapa aja sepupu lo. Okelah, kalo cuma tetangga ataupun temen karena emang bukan keluarga lo. Tapi ini keluarga lo sendiri Ganira, masa ia mereka percaya."

Benar juga apa yang di katakan Faris, "Dan alasan mereka bolehin lo tinggal sama gue karena lo mau nanggung biaya hidup gue." Tebak Ganira.

"Sekaligus ngejagain lo," Tambah Faris.

"Iya itu juga," ucap Ganira pelan.

Faris mengulum bibirnya, geli melihat wajah Ganira yang memerah tiba-tiba. "Jadi gimana lo mau gak?"

Ganira terdiam sesaat, sebenernya dirinya tidak masalah dengan tawaran ini. Toh, Faris juga sudah mengeluarkan banyak uang untuk dirinya hanya karena ungkapan terimakasih itu. Padahal kalau di pikir-pikir hanya ciuman biasa, tapi balasan yang Ganira dapatkan sangat luar biasa.

Hanya saja, Ganira sedikit takut dengan Raden.

"Soal Raden, tenang aja. Gue janji dia gak bakal tau hubungan kita." Seakan cenayang Faris berucap sesuai dengan apa yang Ganira pikirkan.

Ganira membasahi bibir, dengan pelan dia mengangguk, "Iya deh. gue mau."

Raden pun tersenyum miring, Padahal kalo gak mau juga bakal gua paksa sih. batinnya tertawa kecil.

"Kalo gitu sini dong, sama pacarnya kok duduknya jauhan."

Perempuan di sebrang mendelik, "Apaan? kan cuma pura-pura, itu pun di depan orang tua lo doang."

"Kan biar keliatan natural. Udah cepet sini." kekehnya, sambil menggerakkan kedua jarinya untuk menginterupsikan.

"Gak mau!"

Faris tersenyum geli, "Oh, atau gue yang kesana? iya?"

Ganira mendengus lalu berdiri sambil membawa bantal sofa di pelukannya untuk melemparnya ke badan Faris, dan Faris dengan mudah menangkapnya. Ia pun menyimpannya di belakang punggung.

"Sini duduk." Lelaki berhidung bangir itu menepuk tempat kosong di sampingnya. Dengan ogah-ogahan Ganira mendudukkan bokongnya di sana.

"Apa? lo mau nagih yang tadi."

"Hmm?" Faris sudah menduga, bahwasanya gadis ini lah yang akan mengungkitnya sendiri.

"Boleh?"

"Enggak," Jawab Ganira cepat.

"Jadi mau ingkar janji nih?"

"Ck, udah. Iya cepetan. Gue mau tidur."

Faris pun mencondongkan tubuhnya, begitupun Ganira yang sudah duduk menghadap Faris. Tangan Faris menyentuh leher Ganira sampai akhirnya berhenti di tengkuk gadis itu.

"Selama ini lo pernah ciuman selain sama gue?" Wajah mereka berhadapan bahkan Ganira bisa melihat pantulan dirinya di bola mata Faris.

"Ya, menurut lo aja gimana." jawabnya sambil menelan ludah ketika pandangan Faris sudah ke arah bibirnya.

Mata Ganira refleks tepejam saat tiba-tiba Faris mengecup bibirnya dua kali.

"Cuma sama gue kan?"

"Iss, kenapa nanya mulu sih!" Hadiah pukulan kembali Faris dapatkan di dadanya.

"Ya, gak apa-apa. Berarti kalo lo jago ciuman itu pasti karena gue." ucap Faris dengan pedenya.

Mendengar itu tak kuasa Ganira tertawa kecil, "Iya, biar cowok gue di masa depan puas."

Senyuman miring Faris tampilkan, tanpa babibu langsung menarik pinggang Ganira, mengangkatnya agar terduduk di pangkuannya. Ganira tentu saja terkejut, dia menjerit tertahan sebelum benda lembab kembali menyentuh bibirnya. Kali ini lebih lama, bahkan Faris mulai menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir bawah Ganira.

Seketika tubuh Ganira terasa lemas, dia pun berpegangan pada bahu Faris saat dia mulai gencar memperdalam ciuman.

Merasa sudah kekurangan oksigen, Ganira pun menepuk dada Faris agar melepaskan pangutan itu.

Wajah Ganira benar-benar memerah dengan nafas memburu, Faris sampai tak berkedip melihat pemandangan di depan matanya.

Tangan laki-laki itu pun mengusap bibir Ganira yang sedikit membengkak, hanya sebentar karena Ganira sudah terlalu lemas langsung menyadarkan kepalanya di bahu Faris. Tak menyadari kini jantungnya berdegup kencang, entah karena ciuman itu ataupun karena sosok laki-laki yang mengusap-usap kepalanya ini.

"Good night, Ra." Ujar Faris pelan.












_________
kalo di pikir-pikir momen Ganiris (Ganira-Faris) banyak juga ya...

Thanks ExpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang