by svrinai
part of zhkansas
...
Aneta merasa pegal di kakinya mereda setelah memakai plester pereda nyeri itu selama beberapa jam. Dia tak perlu merasa khawatir lagi memulai perjalanan yang cukup panjang menuju kantin sekolah.
Istirahat pertama mulai berlangsung. Satu per satu siswa-siswi kelas IPA 5 mulai keluar kelas. Aneta berdiri dari bangkunya setelah merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Diambilnya ponsel dan juga dompet kecilnya di dalam tas, lalu dia keluar dari perantara kursi dan meja.
Alona langsung meraih tangan Aneta. "Ayo, Net. Gue bakalan bantuin lo jalan."
"Ayo, El. Gue bakalan bantuin lo jalan." Key mengulang perkataan Alona kepada Elon sambil memegang tangaan Elon yang masih setengah sadar.
Bukannya mengikuti alur keusilan teman sebangkunya itu, Elon justru memberikan tamparan keras di punggung tangan Key hingga membuat Key terkejut saking perihnya. "Sialan lo."
"Haha. Rasain!" seru Alona sembari menarik Aneta. Dania mengikuti mereka di belakang sambil menggndeng tangan Geisha yang menurut saja.
Aneta melirik cowok-cowok di belakang ketika melangkah keluar dari kelas. Dia melihat Elon sedang menguap. Mata cowok itu tertutup. Kedua tangannya terangkat tinggi-tinggi untuk merenggangkannya karena baru bangun tidur. Satu tangannya turun ke perut dan mulai mengangkat kemeja dan kaosnya bersamaan hingga perut rata cowok itu terlihat sedikit, membuat Aneta langsung memalingkan wajahnya dengan buru-buru karena malu.
"Kaki lo pegel-pegel kenapa? Habis lari, ya?" tanya Alona.
"Kaki lo pegel-pegel kenapa? Habis lari, ya?" Key yang tiba-tiba saja berjalan di belakang mereka dan kembali memancing amarah Alona dengan mengulang perkataan cewek itu.
Alona menoleh dengan kesal. "Bisa diem nggak, sih? Dari tadi minta di-smackdown?" Dilihatnya Key juga mengikuti gerakannya, yaitu menggandeng lengan Elon sebagaimana Alona menggandeng lengan Aneta. Di belakang dua cowok itu ada Rangga dan Mulyo yang saling bergandengan tangan sambil menyanyikan lagu Mars Perindo.
"Bisa diem nggak, sih? Dari tadi minta di-smackdown?" ulang Key.
Di sampingnya, Elon hanya bisa menahan tawa karena sedikit menikmati tontonan kecil itu.
"Wah...."
"Wah...."
"Sumpah!"
"Sumpah!"
Kepala Aneta terasa pening. Dia paling tidak suka dengan ejekan seperti mengulang perkataan orang lain karena itu yang paling menyebalkan baginya. Saking kesalnya, dia menoleh untuk menatap Key. Namun, pandangannya justru terkunci pada Elon.
Aneta kembali menghadap ke depan dan mendekatkan kepalanya pada Alona. "Nggak usah digubris. Anggap aja dia monyet gila," kata Aneta setelah teringat Elon pernah mengatakan sesuatu tentang monyet.
"Kalau monyet gila harus lari, dong?" tanya Alona.
Aneta menggeleng cepat. "Jangan! Nanti dikejar. Mau?"
"Itu lebih ngeri, sih!" seru Alona dengan suara pelan.
Key memicingkan mata. "Ngomong apaan, sih, kalian? Bisikin juga dong!"
Alona menoleh saking tak bisa lagi menahan kekesalannya. "Ngiming ipiin sih kiliin? Bisikin jigi ding."
"Ngiming ipiin sih kiliin? Bisikin jigi, ding," ulang Key, membuat Alona menghela napas panjang dan helaan napas panjangnya itu pun diikuti oleh Key di belakang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Teen FictionSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...