by svrinai
part of zhkansas
...
Sekarang, umurku sudah 26 tahun.
Aku mengenal beberapa laki-laki selama ini setelah cinta pertamaku itu. Namun, di antara mereka tak satu pun yang membuatku merasa suka pada mereka. Mungkin karena aku tak peduli dengan yang namanya percintaan atau mungkin karena hatiku sudah mati rasa atau mungkin karena cinta pertamaku terasa masih membekas begitu dalam di hatiku.
Saat kuliah, beberapa laki-laki mengajakku pacaran dan aku tentu saja masih berpegang pada prinsip bahwa aku tidak ingin berpacaran dan ingin fokus pada pendidikanku. Aku bahkan mengatakan kepada mereka untuk saling mengenal saja tanpa harus berpacaran toh tujuan berpacaran untuk saling mengenal, tetapi mereka hanya ingin pacaran denganku. Aku tidak mau ada status pacaran karena merasa status itu adalah sebuah tanda kepemilikan yang membuat laki-laki maupun perempuan merasa berhak melakukan apa pun pada pasangannya.
Selama terjun ke dunia kerja, aku jadi lebih sibuk bekerja sehingga tak ada kesempatan dekat dengan laki-laki dan dingin pada laki-laki yang berniat untuk menggoda. Aku paling tidak suka dan langsung menjauh dari laki-laki yang punya niat untuk membawaku ke tempat tidurnya.
Beberapa perempuan mengataiku kolot dan tidak berpikiran terbuka hanya karena aku tidak akan memberikan keperawananku kepada laki-laki selain suamiku kelak.
Tentang cinta pertamaku....
Elon. Aku masih ingat namanya. Tentu saja. Namanya itu membekas begitu dalam di hatiku.
Apakah perasaanku masih ada untuknya?
Mungkin ... sedikit? Aku masih memiliki perasaan mungkin karena aku berusaha keras melupakannya karena aku tak bisa melupakan momen-momen kebersamaan kami saat SMA.
Atau mungkin, aku sulit melupakannya karena dia cinta pertamaku dan satu-satunya laki-laki yang mencuri perhatianku selama 26 tahun aku hidup di dunia.
Bukan karena jarak yang memisahkan kami, tetapi karena aku yang sengaja tak memberikan kesempatan pada Elon untuk berkomunikasi denganku.
Selain itu, Elon ... pasti juga sudah menyerah pada perempuan yang terang-terangan menjauhinya dan yang terpenting adalah mustahil dia tidak jatuh cinta pada perempuan-perempun lain yang dia temui selama ini. Dia bertemu dengan berbagai tipe perempuan dan tak mungkin salah satu dari mereka tak ada yang menarik perhatian Elon.
Mustahil dia tidak memiliki kekasih di usianya yang sudah 26 tahun.
Ah, atau mungkin saja dia sudah bertunangan dengan perempuan yang dia cintai.
Atau mungkin dia sudah menikah dan ... punya anak?
Entahlah. Aku tak tahu apa pun tentang Elon karena aku sibuk dengan duniaku sendiri. Aku juga menghindari grup chat atau pun pertemuan antara teman-teman SMA sehingga tak tahu apa pun tentang mereka.
Aku jadi teringat dengan kata-kata Elon dulu bahwa dia akan langsung menikahiku jika aku sudah siap untuk menikah. Haha. Apa yang harus dipegang dari perkataan seorang remaja SMA? Aku merasa itu lucu. Bukan karena aku sedang berusaha menghibur diri, tetapi karena kenangan-kenanganku saat remaja itu penuh dengan hal-hal menggemaskan yang ketika mengingatnya di usiaku sekarang akan membuatku tertawa geli.
Tak terasa aku sudah tiba di epilog kisahku dengannya dan ternyata kisahku dan Elon berakhir sedih. Aku tidak berakhir bersamanya. Bertolak belakang dengan harapanku saat aku menulis kisah ini pertama kali di usia 16 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Teen FictionSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...